Berita Nunukan Terkini

Pelajar SD di Nunukan Putus Sekolah Gegara Tergiur Upah Ikat Rumput Laut, Jadi Perhatian Kadisdikbud

Pelajar SD di Nunukan putus sekolah gegara tergiur upah ikat rumput laut, jadi perhatian Kadisdikbud.

Penulis: Febrianus Felis | Editor: M Purnomo Susanto
(HO/ Tina warga Mamolo)
Guru-guru turun ke lokasi mabettang untuk menemui pelajar SD maupun SMP, belum lama ini. 

TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - Pelajar SD di Nunukan putus sekolah gegara tergiur upah ikat rumput laut, jadi perhatian Kadisdikbud.

Masih ditemukan pelajar SD di Nunukan yang memilih putus sekolah gegara tergiur upah dari hasil mengikat rumput laut (Mabettang).

Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Nunukan, Akhmad.

Baca juga: Indeks Inovasi Nunukan Terendah se-Kaltara, Bupati Asmin Minta Peserta LAN Aplikasikan Inovasinya

"Memang masih ada sebagian anak di bawa kelas VI SD yang tidak sekolah lagi, karena ikut orangtuanya mengikat rumput laut. Kami temukan di Mamalo, Kelurahan Tanjung Harapan," kata Akhmad kepada TribunKaltara.com, Rabu (11/05/2022), sore.

Akhmad menduga, fonomena anak SD putus sekolah terjadi saat pandemi Covid-19. Hal itu karena himpitan ekonomi keluarga ditambah lagi pembelajaran dilakukan melalui Daring, sehingga pengawasan guru terhadap siswa agak sulit.

"Saat Covid-19 melanda hingga ke merebak ke Nunukan, beberapa anak usia SD, SMP, dan SMA membantu orangtuanya mengikat rumput laut. Begitu mereka merasakan bisa hasilkan uang sendiri, saat belajar tatap muka mulai diadakan, jadi malas masuk sekolah. Bahkan itu berlanjut sampai sekarang," ucapnya.

Saat ini, siswa kelas VI SD sedang menjalani ujian akhir sekolah. Akhmad mengaku tak ada siswa kelas VI SD yang bolos ujian, kecuali mereka yang izin karena masih terkendala transportasi arus balik Lebaran. Termasuk siswa yang izin karena sakit.

Sehingga, kata Akhmad pihaknya akan memfasilitasi ujian susulan kepada siswa yang izin karena dua alasan di atas.

"Ini hari ketiga anak kelas VI SD ujian akhir sekolah. Jadi siswa yang tidak ikut ujian karena masalah terkendala transportasi pulang setelah Lebaran. Dan ada juga siswa yang sakit. Kami akan fasilitasi ujian susulan hari Selasa, 17 Mei mendatang. Karena hari Senin tanggal merah," ujarnya.

Lalu terhadap anak SD yang putus sekolah, beber Akhmad pihaknya akan memberikan pemahaman terlebih dahulu kepada orangtuanya.

"Harapannya orangtua tidak membiarkan anaknya mengikat rumput laut. Kalau usia sekolah ya fokus sekolah. Kalau anak-anak ukuran Rp100.000 dari hasil mabettang sangat besar. Tapi sebagai orangtua harus nasehati anaknya, mereka punya masa depan yang lebih baik," tuturnya.

Baca juga: Arus Keberangkatan Speedboat Reguler Nunukan-Tarakan Masih Terpantau Ramai, Rabu 11 Mei 2022

Lanjut Akhmad,"Guru-guru ada sudah yang turun ke lokasi mabettang untuk temui pelajar SD maupun SMP untuk berikan motivasi kembali ke sekolah," tambahnya.

Informasi yang dihimpun dari Ketua Asosiasi Pedagang Rumput Laut Nunukan, kadar ekspor rumput laut saat ini mulai Rp31-32 ribu di gudang.

Sementara itu untuk harga rumput laut ditingkat petani dengan kadar standar mulai Rp26-27 ribu. Sedangkan upah mengikat rumput laut, 1 tali ukuran 20 meter seharga Rp12 ribu.

Penulis: Febrianus Felis

Sumber: Tribun Kaltara
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved