Berita Nunukan Terkini

Sambangi Anak Korban Pelecehan Seksual di Nunukan, Ketua PUSPA Kaltara Soroti Pola Asuh Keluarga

Sambangi anak korban pelecehan seksual di Nunukan, Ketua PUSPA Kaltara soroti pola asuh keluarga.

Penulis: Febrianus Felis | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM/ FEBRIANUS FELIS
Ketua Partisipasi Publik Untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak (PUSPA BENUANTA) Kaltara, Fanny Sumajouw. 

TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - Sambangi anak korban pelecehan seksual di Nunukan, Ketua PUSPA Kaltara soroti pola asuh keluarga.

Ketua Partisipasi Publik Untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak (PUSPA BENUANTA) Kaltara, Fanny Sumajouw sambangi anak korban pelecehan seksual di RSUD Nunukan, Senin (23/05/2022).

Fanny Sumajouw mengatakan pelecehan seksual yang dialami oleh R (16) tidak terlepas dari pola asuh dalam keluarganya.

Baca juga: Fakta Baru Kasus Pelecehan Seksual Pelajar di Nunukan Terungkap: Keduanya Jalin Hubungan Pacaran

Kedekatan terduga pelaku SR dengan korban R sempat diabadikan melalui foto bareng menggunakan Handphone korban.
Kedekatan terduga pelaku SR dengan korban R sempat diabadikan melalui foto bareng menggunakan Handphone korban. (HO/ Irfan sepupu korban)

"Korban dan tersangka bertemu secara langsung sejak Maret 2022. Jadi kondisi anak yang depresi berat saat ini bukan serta merta karena kejadian tiga bulan belakangan ini. Tapi ini bisa jadi karena ada rentetan panjang peristiwa traumatik, dan bisa saja salah satunya dari dalam internal keluarga, utamanya pola asuh orang tua," kata Fanny Sumajouw kepada TribunKaltara.com pukul 19.00 Wita.

Psikolog asal Kota Tarakan itu menduga kuat ada kesalahan dalam pola asuh orang tua. Ada indikasi pembiaran, lantaran ibu angkat dalam hal ini tersangka tidak dikenal baik oleh keluarga anak tersebut.

Sehingga berakibat pada terganggunya kondisi psikologis korban.

"Kalau dalam psikologi ada istilah LDR (lekat, dekat, rekat), nah apakah korban cukup lekat dan rekat dengan keluarganya? Mungkin hanya cukup dekat dengan keluarga, tapi tidak lekat dan rekat. Karena anak sekolahnya di Nunukan, sementara orangtua di Malaysia. Komunikasinya intens nggak. Apakah orangtuanya sempatkan waktu untuk cari tahu mengenai situasi anaknya," ucap wanita yang akrab disapa Fanny itu.

Ditambah, anak dipercayakan untuk dijaga sama perempuan yang tidak dikenal baik oleh orangtuanya.

"Saya sempat ketemu tersangka di Polsek tadi, memang dia sempat komunikasi dengan ibu anak itu, tapi sebatas meminta izin untuk ambil jadi anak angkat. Bahkan, saking percayanya uang bulanan anak ditransfer melalui rekening tersangka itu," ujarnya.

Menurut Fanny, respon yang diberikan oleh anak R kepada orang lain yang datang membesuknya berbeda dengan respon pada ibunya sendiri.

Bahkan kata Fanny, terhadap paman dan sepupu yang menjaganya di rumah sakit, R sampai ingin memukul mereka ketika mulai hilang kesadaran.

"Sama ibunya dia tidak pernah kasar. Jadi begini, di dalam memory manusia ada yang namanya LTM (long term memory) dan STM (short term memory). Namanya keluarga inti, terutama orang tua, mau sampai kapanpun terpisah, pasti masih akan tetap diingat. Meski dalam kondisi seperti ini, ingatan serta ikatan emosional ke ibunya sangat kuat," tuturnya.

Dari pengakuan tersangka saat ditemui Fanny, korban memperlakukan tersangka SR (42) sebagaimana ibunya.

Sedangkan tersangka menganggap korban adalah kekasihnya.

"Jadi korban memproyeksikan figur mama angkatnya ini sebagai ibunya sendiri. Tapi tersangka tetap menganggap korban sebagai kekasihnya, yang diharapkan suatu saat bisa menjadi belahan jiwanya. Bahkan tadi tersangka menangis, katanya tidak bisa hidup tanpa anak itu. Irasional sekali kan," ungkapnya.

Korban Sensitif Dengan Warna Kuning

Fanny menyebut perihal korban yang sensitif ketika melihat benda berwarna kuning, lantaran dia memiliki ingatan buruk terhadap sesuatu yang punya unsur warna kuning.

"Coba lihat postingan video tersangka di tik-tok, mereka berdua berada di kamar yang penuh dengan warna serba kuning. Cat tembok kamar kuning, gorden jg cenderung kuning, di mana tempat pelaku melakukan kekerasan seksual pada korban," imbuhnya.

Peran Ibu Sangat Besar Untuk Kesembuhan Anak

Fanny menuturkan, peran ibunya sangat besar untuk kesembuhan anak R. Selain itu juga motivasi dari dalam diri anak R untuk sembuh juga berpengaruh.

"Peran ibu untuk kesembuhan anaknya sangat besar. Tadi saat saya besuk anak itu, saya sentuh di bagian kepala dan pegang tangannya dia bilang aku mau mama, mau peluk mama. Dalam proses healing, harus dilakukan terapi holistik (terpadu) dan orang tua serta keluarga harus mendukung secara intens," pungkasnya.

Baca juga: Siswanya jadi Korban Pelecehan Seksual, Wakepsek di Nunukan Sebut Pengawasan Pembina Asrama Ketat

Fanny berpesan kepada semua orangtua agar selalu mengutamakan pola asuh LDR yang baik pada anak.

Selain itu, dia juga meminta agar selalu mengawasi anak dalam menggunakan gadget, karena gawai ini memiliki pengaruh besar dalam perkembangan kognitif dan prilaku anak.

"Jangan sembarang titipkan anak pada orang yang tidak dikenal. Yang dekat saja bisa jadi pelaku apalagi yang tidak dikenal baik. Sempatkan waktu untuk komunikasi intens dengan anak," terang Fanny.

Penulis: Febrianus Felis

Sumber: Tribun Kaltara
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved