Hari Lahir Pancasila

Digitalisasi Pancasila Membangun Peradaban Dunia

Bulan Juni atau tepatnya awal bulan Juni adalah salah satu hari bersejarah yang patut untuk selalu diingat oleh seluruh rakyat Indonesia.

Dok Alif A. Putra
Dosen Fakultas Hukum Universitas Borneo Tarakan Alif A. Putra. (Dok Alif A. Putra) 

Oleh: Alif A. Putra

Dosen Fakultas Hukum Universitas Borneo Tarakan

Hujan Bulan Juni

Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu.

TRIBUNKALTARA.COM - Apakah cukup familier dengan puisi di atas? Jika belum, mari saya perkenalkan.

Puisi di atas adalah puisi dari salah satu penulis Indonesia. Namanya Sapardi Djoko Damono atau biasa dipanggil dengan sapaan “Pak Sapardi”.

Judulnya Hujan Bulan Juni, seperti yang biasanya terjadi jika memasuki akhir musim pancaroba di Indonesia. Puisi tersebut tercipta pada tahun 1989.

Beberapa hari lagi (saat tulisan ini diketik) akan memasuki bulan Juni. Bukan hujan bulan Juni atau musim kemarau berkepanjangan yang patut untuk diperingati.

Tetapi, bulan Juni atau tepatnya awal bulan Juni adalah salah satu hari bersejarah yang patut untuk selalu diingat oleh seluruh rakyat Indonesia.

Setiap tanggal 1 Juni adalah hari lahirnya dasar negara Indonesia. Dasar yang sejak kemerdekaan (tahun 1945) hingga tahun ini—saat ini, masih menjadi dasar falsafah negara dan rakyat dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dasar yang menjadi pondasi dalam negara heterogen.

Lahirnya dasar negara yang diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila yang diperingati setiap tanggal 1 Juni berdasarkan surat Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila.

Sehingga sejak tahun 2016, seluruh instansi pemerintah baik pusat hingga daerah, dalam negeri maupun luar negeri untuk melakukan peringatan Hari Lahir Pancasila dan sebagai hari libur nasional.

Peringatan Hari Lahir Pancasila tahun 2022 memiliki tema Bangkit Bersama Membangun Peradaban Dunia. Tema yang sangat tepat untuk menggambarkan keadaan, kondisi, dan situasi masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia secara keseluruhan atau secara khusus.

Bangkit, berarti bangun lalu berdiri. Kata yang bisa ditafsirkan sebagai keadaan setelah dihantam pandemi selama kurang lebih 2-3 tahun.

Bersama, berbareng; serentak. Bisa pula berarti semua; sekalian, atau seiring dengan. Namun, pengertian yang terakhir lebih tepat menjelaskan Indonesia saat ini. Seiring dengan bangkitnya ekonomi dan kesehatan yang pelan-pelan sudah menjadi normal (kembali dalam keadaan semula—sebelum pandemi).

Perubahan sistem pendidikan yang tiba-tiba

Hal yang paling penting sebenarnya adalah peradaban dunia yang kini berubah setelah pandemi melanda.

Seluruh negara di dunia kini mengalami perubahan pola hidup. Salah satu yang nyata adanya adalah perubahan pola Pendidikan di sekolah.

Sebelum pandemi melanda, tatap muka atau pertemuan dalam kelas sangat intens dilakukan hampir setiap hari.

Namun, saat pandemi melanda perubahan pola terjadi secara signifikan, pertemuan tatap muka dalam kelas ditiadakan, diganti dengan tatap muka secara virtual memanfaatkan aplikasi dan gawai yang terkoneksikan internet.

Perubahan pola belajar inilah yang menjadi tugas dan tanggung jawab bersama. Bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja untuk menyelenggerakan pendidikan berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tetapi juga menjadi tugas dan tanggung jawab masyarakat sebagai peserta didik, tenaga kependidikan, dan pendidik.

Tugas dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan inilah yang seyogianya menjadi titik fokus pemerintah dan masyarakat. Sebab, kualitas suatu negara akan tercermin dari sistem dan kualitas pendidikannya.

Pemerintah bertugas menyediakan sistem pendidikan yang bersifat adaptif dalam artian bahwa sistem pendidikan tersebut atau dalam hal ini adalah kurikulum. Kurikulum yang adaptif adalah kurikulum berdasarkan Pancasila yang mampu dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan.

Sementara itu, masyarakat mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Terlebih untuk masyarakat di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak untuk memperoleh pendidikan layanan khusus.

Sistem pendidikan nasional saat ini sedang mengejar dan menyesuaikan diri dengan keadaan yang telah berubah pasca penyebaran Covid-19 yang melumpuhkan kegiatan masyarakat. Bukan hanya bidang ekonomi, tetapi dunia pendidikan pun terkena imbas.

Perubahan sistem pendidikan tidak terlekkan. Penerapan sistem daring dari awalnya tatap muka menjadi kebiasaan baru saat ini.

Pertemuan tatap muka diganti dengan pembelajaran berbasis daring. Seluruh peserta didik, tenaga kependidikan, dan pendidik bekerja dari rumah atau dikenal dengan istilah asing work from home (WFH).

Hal ini awalnya membuat peserta didik dan orang tua peserta didik sedikit repot karena harus menyesuaikan diri. Menyesuaikan jadwal pembelajaran dan sistem pembelajaran yang tidak lagi berupa tatap muka.

Hal ini menjadi sulit karena masyarakat belum terbiasa untuk memanfaatkan perangkat keras/gawai untuk keperluan pendidikan.

Peserta didik pun memiliki keterbatsan dalam bersosialisasi. Peserta didik hanya berdiam diri dalam rumah sambil memperhatikan pendidik (guru) menerangkan atau menjelaskan materi pembelajaran. Sementara orang tua mengalami kesulitan karena harus menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang juga harus dilakukan di rumah selama pandemi melanda.

Digitalisasi Pancasila dan peradaban dunia

Penggunaan dan pemanfaatan perangkat keras/gawai saat ini sudah menjadi kebiasaan baru. Kebiasaan baru yang pelan-pelan menjadi gaya hidup. Kebiasaan baru yang kini menjadi gaya hidup dalam segala bidang termasuk bidang ekonomi (pemanfaatan media sosial sebagai sarana promosi).

Namun, penggunaan dan pemanfaatan perangkat keras/gawai sangat berdampak dalam bidang pendidikan.

Bidang pendidikan adalah bidang yang sangat terkena dampak dari pandemi. Penggunaan perangkat keras/gawai pun kini diwajibkan untuk proses belajar mengajar hampir semua jenjang pendidikan. Mulai jenjang sekolah taman kanak-kanak hingga bangku perkuliahan.

Penggunaan dan pemanfaatan perangkat keras/gawai sangat mendominasi proses karena situasi dan kondisi saat pandemi yang mengharuskan masyarakat untuk melakukan segala kegiatan dari rumah masing-masing.

Karena keterbatasan akses tatap muka serta tempat atau fasilitas umum ditutup untuk sementara, maka pemerintah dan masyarakat menerapkan penggunaan internet sebagai media komunikasi antarpengguna.

Hal ini mengingat bahwa internet adalah jaringan komunikasi elektronik yang menghubungkan jaringan komputer dan fasilitas komputer yang terorganisasi. Dengan demikian internet memudahkan komunikasi antarpengguna termasuk dalam proses pembelajaran.

Menjelang peringatan Hari Lahir Pancasila tanggal 1 Juni setiap tahun. Pemerintah menetapkan tahun 2022, peringatan Hari Lahir Pancasila dengan tema “Bangkit Bersama Membangun Peradaban Dunia”.

Pancasila sebagai dasar negara serta falsafah bangsa dan negara Republik Indonesia yang terdiri dari lima sila. Makna Pancasila untuk bangsa dan negara Indonesia sangatlah penting. Karena Pancasila adalah dasar dari segala peraturan serta menjadi tuntunan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pengenalan Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah bangsa khususnya dalam bidang pendidikan bukan lagi sebagai bentuk mata pelajaran atau penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Tetapi, pengenalan Pancasila sebaiknya kini merambah dunia digital atau digitalisasi Pancasila.

Digitalisasi Pancasila dalam bentuk pengenalan sila-sila Pancasila melalui media sosial yang kini digandrungi banyak anak muda khususnya generasi emas Indonesia 2045.

Digitalisasi Pancasila adalah dengan memperkenalkan sila-sila Pancasila dalam bentuk video pengamalan, infografis, atau bahkan komik.

Video pengamalan sila-sila Pancasila akan lebih mudah dimengerti oleh anak-anak karena akan menarik perhatian mereka yang lebih suka gambar daripada harus diajarkan dalam kelas. Terlebih, kini proses pembelajaran lebih memanfaatkan internet khususnya media sosial.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, tentang cara memperkenalkan Tuhan sejak dini kepada anak-anak akan lebih mudah dimengerti saat anak-anak disuguhkan video tentang menghormati teman atau guru yang berbeda agama; menunjukkan sikap toleran kepada semua warga sekolah, tentang cara hidup rukun dengan semua warga sekolah yang berbeda agama, menjalankan perintah agama masing-masing, tidak menjadikan perbedaan agama sebagai halangan untuk berteman, menghormati dan menghargai hari-hari besar keagamaan teman yang berbeda agama.

Salah satu manfaat digitalisasi adalah kebebasan akses dari mana saja dan kapan saja. Jadi, anak-anak bisa mengakses atau mempelajari video pengamalan sila-sila Pancasila kapan saja dan di mana saja mereka mau tanpa terhalang pembelajaran tatap muka atau jadwal pembelajaran dalam kelas yang terbatas.

Selain itu, pengejawantahan digitalisasi Pancasila memudahkan pembelajaran jarak jauh atau PJJ yang kini menjadi cara paling “aman” untuk mencegah penyebaran virus.

Digitalisasi juga sebagai cara untuk memajukan kemampuan anak (siswa) dalam memanfaatkan teknologi agar nantinya mampu berdaya saing dalam revolusi 5.0 yang secara pelan-pelan akan mengubah perspektif terhadap pendidikan.

Maka dari itu, Pancasila dalam beradaptasi dengan kehidupan masyarakat dunia khususnya masyarakat Indonesia yang heterogen, dibutuhkan digitalisasi dalam pengenalan dan pengamalan dalam bidang pendidikan mulai jenjang paling bawah yaitu pendidikan anak usia dini, taman kanak-kanak, dan sekolah dasar.

Pada peringatan Hari Lahir Pancasila, Bangkit Bersama Membangun Peradaban Dunia, digitalisasi adalah revolusi industri. Pancasila akan selalu menjadi dasar negara dan falsafah bangsa. Digitalisasi Pancasila Membangun Peradaban Dunia.

"Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan." –Ir Soekarno.

(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

BERSAMA RAMADAN DI ERA DIGITAL

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved