Hadiri Talkshow INOVASI di Jakarta, Kadisdikbud KTT Jafar Sidik Beber Upaya Cegah Learning Lost

TRIBUNKALTARA.COM, TANA TIDUNG - Hadiri Talkshow INOVASI di Jakarta, Kepala Disdikbud Tana Tidung beber upaya cegah learning lost.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tana Tidung, Jafar Sidik menjadi salah satu narasumber di Talkshow INOVASI di Jakarta, Selasa (7/6/2022)

Pada talkshow bertajuk Pemulihan Pembelajaran dan Mendukung Fondasi Belajar Siswa itu, Jafar menyampaikan upaya Pemerintah Kabupaten Tana Tidung cegah terjadinya learning lost pada siswa di Tana Tidung.

Baca juga: Baru Dilantik, Pengurus KONI KTT Akan Siapkan Atlet Menuju Porprov Kaltara, Ini Cabor Andalannya

Apalagi, adanya pandemi Covid-19 yang mengharuskan para siswa belajar dari rumah.

"Maka yang harus dilakukan adalah mencari solusi untuk mencegah learning lost.

Nah waktu itu kami sama tim INOVASI mencari cara, membuat suatu kurikulum yang sangat sederhana sekali," ujar Jafar.

Lebih lanjut dia sampaikan, pihaknya juga mengadopsi kurikulum darurat yang diinisiasi oleh Kemendikbud.

Melalui kurikulum darurat inilah, pihaknya membuat lembar aktivitas siswa atau LAS.

Menurutnya, jika satuan pendidikan masih mengguanakan kurikulum 13 (K13), KTSP dan sebagainya, tentu itu menjadi hal yang sulit diterapkan di masa pandemi Covid-19.

"Nah, LAS ini dibuat oleh guru-guru. Tentunya LAS ini mudah sekali dipahami siswa, karena sesuai dengan kemampuan siswa itu sendiri," katanya.

Melalui kurikulum merdeka ini, dia sampaikan ada peningkatan mutu belajar siswa selama pandemi Covid-19.

Bahkan partisipasi siswa Tana Tidung dalam belajar selama pandemi Covid-19 mencapai 98 persen

Pada kurikulum merdeka ini juga, pihaknya membentuk fasilitator daerah (Fasda) dan fasilitator gugus (Fasgus) bagi para guru di Tana Tidung.

Baca juga: Hasil Sampel Hewan Ternak Asal KTT Diterima, DPPP Tana Tidung Sebut Nagatif Penyakit Mulut dan Kuku

Dengan sistem ini, menurutnya akan memudahkan para guru, terutama yang bertugas di wilayah terpencil dan jauh dari pusat kota.

"Kami juga memanfaatkan kelompok kerja guru di lingkungan SD. Sedangkan di SMP, kami memanfaatkan musyawarah guru mata pelajaran.

Jadi kalau ada suatu masalah, bisa diselesaikan di Fasgus dulu. Kalau tidak bisa baru diserahkan ke Fasda di kabupaten," tuturnya.

Penulis: Risna