Berita Bulungan Terkini
Kerap Dianggap Hama, Pemuda Bunyu Ubah Pakis Jadi Sedotan Ramah Lingkungan hingga Media Tanaman
Di tangan pemuda asal Pulau Bunyu ini, tanaman pakis mampu diolah dan dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk teknologi tepat guna, berupa sedotan.
Penulis: Maulana Ilhami Fawdi | Editor: Sumarsono
TRIBUNKALTARA.COM, TANJUNG SELOR - Tumbuhan pakis yang tumbuh di Kalimantan Utara, termasuk di Pulau Bunyu kerap kali dianggap sebagai gulma atau hama.
Namun, di tangan pemuda asal Pulau Bunyu ini, tanaman pakis mampu diolah dan dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk teknologi tepat guna.
Adalah Hamdani dan Deli Saputri, yang berhasil mengolah batang tanaman pakis menjadi sedotan ramah lingkungan.
"Batangnya ini teksturnya keras jadi bisa digunkan sebagai sedotan," kata Hamdani, Kamis (9/6/2022).
Ia menjelaskan, proses pembuatan sedotan pakis yang mereka beri nama SOKISS ini cukup mudah dan tidak memakan waktu yang lama.
Baca juga: PT Pertamina EP Bunyu Field Kembali Tajak Dua Sumur Pengembangan
"Kalau prosesnya itu 1-2 hari dari proses pencarian bahan baku sampai pengeringan," ujarnya.
Menggunakan SOKISS, mereka berharap penggunaan sedotan plastik yang tak ramah lingkungan dapat dikurangi.
"Sedotan ini bisa digunakan sekali pakai, atau digunakan berkali-kali secara pribadi, kalau sekali pakai bisa digunakan untuk kafe atau warung-warung," ujarnya.
"Dan ini sudah dipakai dan dijual di kafe dan warung-warung di Pulau Bunyu," ungkapnya.
Sama halnya dengan Hamdani dan Deli Saputri, inovasi dari bahan baku tumbuhan pakis juga dilakukan oleh Tigo.
Dia mengolah akar pakis menjadi media tanam untuk metode tanam hidroponik. Menurut Tigo, akar pakis memiliki nilai manfaat yang lebih ketimbang hanya dianggap sebagai hama.
Baca juga: Pertamina EP Bunyu Field Gelar Environmental Youth Gathering 2.0, Ajarkan Siswa Penyelamatan Penyu
"Media tanam hidroponik umumnya pakai rockwool tapi ini mahal dan harus didatangkan dari luar," kata Tigo.
"Dari sana kami cari alternatif lain dan ternyata akar pakis itu bisa kita pakai, yang biasanya dianggap hama sama petani," ujarnya.
Tak hanya mudah dimanfaatkan, produk media tanam akar pakis yang ia beri nama Good Fern ini diklaim lebih murah jika dibandingkan dengan media tanam lainnya seperti rockwool.
"Produk kami ini selisih harganya jauh lebih murah, ini hanya Rp10.000 dan ini bisa dipakai berulang kali dan rata-rata para petani hidroponik di Bunyu sudah gunakan ini," ungkapnya.
Dia berharap, kehadiran produk Good Fern juga dapat dimanfaatkan untuk menggalakan tanaman bawang merah di Kaltara.
"Dan ini bisa juga sebagai media tanam bawang merah, hasilnya juga cukup memuaskan," papar Tigo.
Dua produk inovasi yang ikut dalam perlombaan inovasi teknologi tepat guna tersebut merupakan binaan dari Pertamina EP Bunyu dan PHE Nunukan Company.
Baca juga: Bupati Bulungan Syarwani Harap Inovasi Teknologi Tepat Guna Terus Bermunculan dari Desa
Pihak Pertamina EP Bunyu dan PHE Nunukan Company diketahui melakukan bimbingan sejak perlombaan diadakan di tingkat kecamatan hingga level provinsi.
Associate Field Relations & CID Officer Pertamina SHU Regional 3 Zona 10, Rijal Fadilah, mengatakan hal tersebut merupakan bentuk komitmen Pertamina untuk memajukan inovasi teknologi kegiatan pemberdayaan masyarakat.
"Inovasi produk SOKISS dikembangkan oleh Komunitas Kerabat Bunyu, ini salah satu implementasi program CSR di bidang pendidikan melalui peningkatan kapasitas bagi generasi muda di Bunyu, sedangkan inovasi produk Good Fern adalah implementasi dari program lingkungan yaitu Program Kampung Hijau Hidroponik," kata Rijal Fadilah.
"Kami berharap produk-produk yang dihasilkan oleh mitra binaan Pertamina di Field Bunyu dapat bersinergi dengan program Pemerintah Kabupaten Bulungan yakni mewujudkan One Village One Product," harapnya.
Baca juga: Hebat, Inovator Asal Provinsi Kalimantan Utara Juara 2 Nasional Teknologi Tepat Guna Unggulan
Pihaknya juga memastikan program CSR yang dilakukan oleh Pertamina akan terus mengusung prinsip keberlanjutan.
"Program CSR yang dilakukan oleh Pertamina selalu dirancang untuk program jangka panjang, jadi memperkuat program-program yang sudah ada atau sudah berjalan.
Dan mengembangkan potensi-potensi lokal yang baru, sehingga sedapat mungkin dapat terintegrasi dengan program-program yang telah berjalan, mengarah pada pelaksanaan program yang sustain atau berkelanjutan," tuturnya.
(*)