Berita Nunukan Terkini

Harga Beli TBS Kelapa Sawit di Nunukan Anjlok, Jadi Penyebab Petani Beralih Jual Buah ke Malaysia

Harga beli tandan buah segar atau TBS kelapa sawit di Nunukan anjlok, jadi penyebab petani beralih jual buah ke Malaysia melalui pengepul.

Penulis: Febrianus Felis | Editor: M Purnomo Susanto
(HO/ Fahri)
TBS kelapa sawit dari Desa Sekaduyan Taka, Kecamatan Sei Menggaris yang siap dijual kepada pembeli di Malaysia, belum lama ini. 

TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - Harga beli tandan buah segar atau TBS kelapa sawit di Nunukan anjlok, jadi penyebab petani beralih jual buah ke Malaysia melalui pengepul.

Sejumlah petani sawit di Desa Sekaduyan Taka, Kecamatan Sei Menggaris terpaksa menjual TBS (tandan buah segar) kelapa sawitnya ke Malaysia.

Hal itu dilakukan lantaran harga beli TBS oleh perusahaan kelapa sawit di Kabupaten Nunukan anjlok. Bahkan tidak sesuai dengan ketetapan harga oleh Pemerintah Provinsi Kaltara.

Seperti peribahasa, rumput tetangga lebih hijau daripada rumput sendiri.

Baca juga: Bupati Nunukan Asmin Laura dan Suami Wujudkan Permintaan Anak, Kurban Sapi Berbobot 1 Ton

Begitulah yang dirasakan oleh petani sawit di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia saat ini.

"Sudah empat hari ini, hasil panen kelapa sawit kami jual kepada pengepul lalu mereka yang menjual ke Malaysia. Karena di sana sawit kita lebih berharga ketimbang dijual di sini," kata seorang petani sawit di Desa Sekaduyan Taka, Majit kepada TribunKaltara.com, Jumat (08/07/2022), sore.

Majit katakan harga TBS yang ia jualkan kepada pengepul sebesar Rp1.300.000 per ton.

Sedangkan bila ia menjual TBS miliknya kepada PT Permata Nusa Sejahtera (PNS) melalui CV Sunarti (SN) hanya Rp1.090.000 per ton.

Atau melalui N Koperasi Tani & Nelayan (TN) hanya sebesar Rp1.020.000 per ton.

"Rp1.300.000 per ton itu masih kotor. Karena saya harus bayar ongkos mobil Rp400.000 per ton. Biaya tombak Rp200.000. Jarak dari tempat saya ke tempat pengepul 30-40 Kg. Kita lewati dua kilang milik perusahaan Indonesia," ucapnya.

Menurut Majit, perusahaan sawit telah semena-mena memainkan harga TBS kelapa sawit setiap hari tanpa melihat harga yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Kaltara.

Belum lagi kata dia, PT Bhumi Simanggaris Indah (BSI) saat ini membatasi penerimaan TBS sawit dari petani mandiri.

"Perputaran ekonomi di tempat kami lambat. Karena pedagang tidak laku jualannya, akibat daya beli masyarakat turun. PT BSI saat ini batasi hanya 50 ton per hari hasil panen sawit yang mereka bisa beli dari petani. Per hari petani panen lebih dari itu," ujarnya.

Tak Ada Pilihan Lain

Terpisah, seorang pengepul sawit di Desa Sekaduyan Taka, Fahri mengaku sadar bahwa tindakan menjual TBS sawit ke Malaysia tanpa melalui prosedur ekspor termasuk ilegal.

Namun, Fahri menyampaikan pihaknya tak ada pilihan lain, karena banyaknya petani sawit di perbatasan yang enggan memanen buahnya akibat anjloknya harga beli TBS.

"Saya tidak bawa TBS petani sampai masuk wilayah Malaysia. Saya bawa TBS sampai ke patok perbatasan. Di sana saya ketemu pembeli dari Malaysia. Transaksinya di patok itu," tutur Fahri.

Lanjut Fahri,"Truk saya di Indonesia truk pembeli di Malaysia. Loding aja dari truk ke truk," tambahnya.

Harga jual kepada pembeli TBS sawit dari Malaysia sebesar Rp1,500.000 per ton.

Fahri menyebut selama empat hari belakangan ini, ia sudah menjual sebanyak 40 ton TBS sawit kepada pembeli dari Malaysia.

Baca juga: Niat Jenguk Nenek di Bone Sulsel, Remaja 18 Tahun Asal Tawau Malaysia Diamankan Imigrasi Nunukan

"Kalau mau harap perusahaan lokal bisa mati berdiri petani sawit kita karena terlilit hutang. 90 persen petani ngambil kredit usaha rakyat (KUR). Cicil pupuk ke pengepul Rp600.000 per karung. Rata-rata lahan petani 10 hektar habis 50 karung. Biaya kehidupan lagi," ungkapnya.

Dia berharap kepala daerah tidak tinggal diam melihat situasi petani sawit di perbatasan.

"Bila perlu pemerintah pusat cabut pajak CPO, jadi kita tidak jauh-jauh menjual TBS ke Malaysia. Karena yang buat mahal karena CPO kita diambil pajaknya 50 persen oleh pemerintah," imbuhnya.

Penulis: Febrianus Felis

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved