Berita Malinau Terkini
Pencemaran Berulang CSR Disorot, Warga Desak Solusi Jangka Panjang Atasi Krisis Air Bersih Malinau
Pencemaran berulang CSR perusahaan jadi sorotan, warga desak solusi jangka panjang atasi krisis air bersih Malinau.
Penulis: Mohamad Supri | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM, MALINAU - Krisis air bersih akibat sumber air baku terkontaminasi limbah batubara bukan hal pertama kali terjadi di Malinau.
Berdasarkan catatan TribunKaltara.com, tiga kejadian terakhir yakni pada Juli 2017, Februari 2021 dan terakhir Agustus 2022 ini.
Hasilnya sama, krisis air bersih, hilangnya sumber penghasilan nelayan hingga dampak kesehatan dan lingkungan.
PDAM atau Perusahaan Air Minum Daerah (Perumda) Apa Mening memiliki total 6 Instalasi Pengolahan air. Dua diantaranya kerap terdampak jika kejadian serupa berulang.
Baca juga: Akibatkan Krisis Air Bersih di Malinau dan Tana Tidung, DPRD Kaltara Minta PT KPUC Bertanggung Jawab
"Ada 6 IPA dikelola Perumda, IPA Kuala Lapang, Malinau, Tanjung Lima, Loreh, Singai dan Long Nawang. Biasanya yang terdampak ini IPA Kuala dan IPA Malinau. Dua ini yang biasanya terdampak," ujar Manajer Layanan Pelanggan dan Bisnis Perumda Apa Mening, Sofiansyah.
Tokoh Masyarakat di Malinau Kota, Agus Purwanto menilai kejadian tersebut memerlukan solusi jangka panjang, sebab problema kerap berulang.
Diperlukan solusi jangka panjang khususnya untuk mengatasi krisis air. Bukan tidak mungkin, kejadian yang sama akan terua berulang.
"Ini kan sudah beberapa kali terjadi ya. Berulang-ulang terus. Krisis air bersih ini adalah pembelajaran. Perlu ada solusi jangka panjang, khususnya air bersih. Karena ini hajat hidup orang banyak," katanya, Minggu (21/8/2022).
Agus menilai, saatnya Pemerintah Kabupaten Malinau menyiapkan mitigasi mengurai persoalan yang sama.
Diantaranya, mencari sumber air baku alternatif di luar sumber saat ini, seperti air tanah atau memanfaatkan sungai yang belum terkontaminasi.
Solusi lain memperbesar daya tampung penyimpanan air atau storage tank. Atau menyambung saluran baru ke rumah pelanggan dari IPA yang tidak terdampak, seperti IPA Tanjung Lima.
"Ini kejadiannya kerap berulang dan masalahnya sama, krisis air bersih. Pemda dan pihak perusahaan sewajarnya memperhatikan solusi jangka panjang itu tadi. Daripada anggaran habis buat nutupi kerugian tadi," katanya.
Hal yang sama diungkapkan Warga Malinau Utara, Idis Elvard. Menurutnya, warga sudah jenuh dengan kejadian yang kerap berulang.
Baca juga: Dampak Tuyak Jebol Masih Diinventarisir, Kerugian Langsung Mencakup Tiga Desa di Malinau Selatan
Masalah air bersih tak hanya aspek rumah tangga. Tapi mempengaruhi seluruh lini rutinitas masyarakat.
"Katakanlah warung makan, toko-toko. Berapa yang tutup kemarin karena 4 hari air nda ngalir. Bagaimana Nelayan itu sudah tidak bisa cari ikan. Belum lagi soal kesehatan. Di rumah sakit, Puskesmas. Seluruh malinau berdampak," katanya.
Warga berharap agar program CSR dialokasikan untuk hal-hal yang lebih urgent. Tidak kepada golongan tertentu, atau untuk kegiatan seremonial, melainkan untuk mengantisipasi hal berkaitan hajat hidup orang banyak.
(*)
Penulis : Mohammad Supri