Berita Ekonomi Terkini

Menghadapi Resesi Ekonomi, Ketua OJK: Indonesia Harus Perkuat Kampanye Positif Sawit dan Batu Bara

Menghadapi resesi ekonomi menuju krisis multidimensi, Ketua Dewan Komisioner OJK: Indonesia harus perkuat kampanye positif sawit dan batu bara.

Editor: Sumarsono
Tribunnews.com
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan ( OJK ) Mahendra Siregar 

TRIBUNKALTARA.COM, NUSA DUA – Menghadapi resesi ekonomi menuju krisis multidimensi, Ketua Dewan Komisioner OJK: Indonesia harus perkuat kampanye positif sawit dan batu bara.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan ( OJK ) Mahendra Siregar mengingatkan agar Pemerintah Indonesia percaya diri dan tidak defensif menghadapi krisis multidimensi  ke depan.

Saat ini hingga beberapa waktu ke depan, Indonesia akan diperhadapkan pada  krisis multidimensi.

Penyebabnya adalah inflasi tinggi, kontraksi ekonomi menuju resesi, dan situasi geopolitik yang tak pasti.

Namun demikian, Mahendra Siregar berpendapat, Indonesia harus percaya diri karena dianugerahi banyak kekayaan alam, mulai komoditas kelapa sawit hingga kandungan energi seperti batu bara.

Baca juga: Produksi CPO Bersertifikat ISPO Capai 22 Juta Ton, Mentan: Naikkan Daya Tawar Sawit di Pasar Dunia

“Di sisi lingkungan hidup, Indonesia sebenarnya punya solusi lingkungan dan konservasi yang terus dibenahi.

Sehingga komoditas Indonesia seperti sawit secara fundamental dapat terus diterima dan berkembang,” kata Mahendra Siregar pada 18th Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) di Nusa Dua, Kamis 3 November 2022.

Ekonom Singapura Khor Yu Leng dari Regional Economist, Segi Enam Advisors menilai pasar Uni Eropa selama ini bias dan tidak adil dalam penerimaan minyak sawit.
Ekonom Singapura Khor Yu Leng dari Regional Economist, Segi Enam Advisors menilai pasar Uni Eropa selama ini bias dan tidak adil dalam penerimaan minyak sawit. (HO)

Menurut dia, setidaknya ada sejumlah hal yang berpotensi membentuk krisis multidimensi yang berakibat pada The Perfect Storm di Indonesia.

Pertama inflasi yang tinggi yang memaksa ekonomi terkontraksi dan  berpotensi mengakibatkan suatu negara resesi.

Baca juga: Ekonom Singapura Khor Yu Leng Sebut Pasar Uni Eropa Bias dan Tidak Adil terhadap Sawit Indonesia

Faktor lain adalah ketidakpastian dalam lingkup geopolitik. Aspek ini perlu diperhitungkan karena dampaknya mulai terlihat cukup besar.

Lebih lanjut, Mahendra menyatakan, OJK sebagai bagian dari keseluruhan sistem yang menjaga sistem keuangan.

OJK bersama industri jasa keuangan (IJK) akan konsisten mencermati, memantau dan melakukan mitigasi dalam  menghadapi persoalan global dengan tingkat ketidakpastiannya cukup tinggi.

"OJK terus melakukan pembahasan, antisipasi, untuk bisa memitigasi, termasuk dengan apa yang dimaksud dengan langkah-langkah stress test, sehingga kita tidak panik dan tidak lengah terhadap risiko-risiko tadi," ungkap dia.

Baca juga: Kepada Negara-negara Uni Eropa, Indonesia Terus Gaungkan Sawit sebagai Komoditas Ramah Lingkungan

Di sisi lain, Mahendra menilai, ekonomi Indonesia sendiri telah tumbuh dan terjaga baik, meski dihadapkan badai dan ketidakpastian.

“Proyeksi ke depan juga masih baik dengan pertumbuhan sama atau di atas 5 persen sampai akhir tahun ini,” kata Mahendra Siregar. (*)

  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved