BPOM Temukan Takjil Bahan Berbahaya
Tarakan Tertinggi Temuan Kasus Pangan TIE, Nilai Ekonomis Alami Kenaikan, 2023 Tembus 217 Juta
Balai POM di Tarakan turut merilis jumlah sarana yang menjual produk tidak memenuhi syarat (TMS) dalam kegiatan konferensi pers, Senin (17/4/2023).
Penulis: Andi Pausiah | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN – Balai POM di Tarakan turut merilis jumlah sarana yang menjual produk Tidak Memenuhi Syarat (TMS) dalam kegiatan konferensi pers, Senin (17/4/2023) siang tadi.
Kegiatan yang berlangsung kurang lebih hampir tiga jam tersebut, memaparkan khususnya Kaltara, Kota Tarakan tertinggi untuk temuan produk TMS yakni sebanyak 11, disusul Bulungan dan Malinau masing-masing tiga.
Untuk kedluwarsa, ditemukan 9, disusul Bulungan dua dan Nunukan satu kasus.
Sementara untuk produk rusak, Tarakan ditemukan 4 dan Bulungan 1, dan Nunukan nihil.
Baca juga: Balai POM di Tarakan Nihil Temuan Parsel Kedaluwarsa, Tiap Bulan Dilakukan Pengawasan
Dalam paparannya Kepala Balai POM di Tarakan, Herianto Baan menjelaskan nilai ekonomis masing-masing setelah dihitung, Tarakan tertinggi yakni di angka Rp123 juta.
Disusul Bulungan di angka Rp5,6 juta, dan Nunukan Rp 88,2 juta.
Yang paling dominan ditemukan adalah kasus TIE seperti yang ditampilkan dalam rilis pers hari ini.
Produk pangan TIE tidak dijamin mutunya oleh negara dan institusi atau regulator dan sangat berbahaya dikonsumsi khusus makanan.
“Kalau masuk ke mulut tidak bisa dimuntahkan. Saat ini kami fokus pengawasan untuk TIE. Jumlah persentase untuk sarana yang menjual produk tidak memenuhi syarat (TMS) jika dilihat dari tahun 2021 sampai 2023 mengali peningkatan,” ujarnya. Sementara untuk yang kasus kedaluwarsa, fluktuatif dan kasus rusak terjadi penurunan.
“Data TIE meningkat sampai 50 persen di tahun 2023. Tahun 2022 48 persen dan tahun 2021 44 persen,” sebutnya.
Kemudian untuk jumah temuan, khususnya TIE dari tahun 2021 sampai 2023 mengalami kenaikan, untuk kedaluwarsa berdasarkan jumlah temuan tak berubah dan untuk kasus rusak mengalami penurunan.
“Temuan paling parah TIE. 85 persentasenya dari tahun 2021 61 persen. Produk ini ada juga diproduksi Indonesia dan sudah ada TIE. Contoh Milo Malaysia lebih manis dari Indonesia tapi masing-masing negara punya standar baik pemanis dan pengawet dan standar itu sudah dikaji tim ahli berdasarkan pola hidup masyarakat dan negara menetapkan standar masing-masing,” tegasnya.
Baca juga: Berikut Tujuh Jadwal Speedboat Kaltara ke Tarakan, Berangkat dari Pelabuhan Liem Hie Djung Nunukan
Selanjutnya membahas nilai ekonomis lanjutnya, dari tahun 2021 sampai tahun 2023 justru mengalami kenaikan.
Tahun 2021 mencapai Rp 26,3 juta untuk nilai ekonomis total, kemudian tahun 2022 mencapai RP 67,7 juta dan tahun 2023 Rp 217 juta.
“Tarakan ini pusat niaga kalau dilihat, paling ramai di Tarakan. Dari jumlah temuan itu, Nunukan rendah karena Tarakan intensif dilakukan pemeriksaan sehingga data hasil ekonomisnya lebih tinggi,” tukasnya.
(*)
Penulis: Andi Pausiah
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.