Irau Malinau 2023
Belanyat Kerajinan Khas Dayak Tembus Pasar Manca Negara, Ikut Pecahkan Rekor MURI Irau Malinau 2023
Dalam Irau Malinau 2023, kerajinan tangan khas masyarakat Dayak yakni Belanyat ikut pecahkan rekor MURI, ada 3 ribu masyarakat Kenyah bawa.
Penulis: Mohamad Supri | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM, MALINAU - Belanyat, anjat atau tas tradisional dikenal sebagai kerajinan tangan khas masyarakat suku Dayak di Kalimantan termasuk Malinau, Kalimantan Utara.
Belanyat ditampilkan kolektif masyarakat Kenyah pada Pagelaran Seni dan Budaya Lembaga Adat Dayak Kenyah (LADK) Malinau pada Irau Malinau ke-10.
Sekira 3 ribu masyarakat Kenyah membawa Belanyat, sehingga memecahkan rekor Museum Rekor Dunia-Indonesia atau MURI.
Ketua Adat Dayak Kenyah Malinau, Emang Mering menyampaikan Belanyat dikenal secara luas sebagai alat tradisional khas masyarakat Dayak.
Baca juga: Irau Malinau 2023 Kembali Catat Rekor Baru, Masyarakat Adat Dayak Kenyah Sumbang Rekor MURI Ke-3
Termasuk bagi masyarakat Adat Kenyah, Belanyat adalah bagian dari keseharian masyarakatnya. Digunakan sebagai wadah mengutip hasil alam.
"Puji tuhan, kami mempersembahkan rekor MURI dengan jumlah Belanyat terbanyak. Ini merupakan sebagian dari upaya dari LADK melesarikan kebudayaan," Ungkapnya.
Koordinator Bidang Kehumasan LADK Malinau, Martinus Surang menyampaikan gambaran deskripsi dan fungsi Belanyat, tas rotan khas masyarakat Dayak yang memecahkan rekor MURI pada Irau Malinau 2023.
Mantan Presenter senior dan Penyiar lembaga penyiaran Negara tersebut menerangkan Belanyat merupakan bagian dari keseharian masyarakat dayak terkhusus warga Kenyah.
Tas rotan yang dikenal dengan sebutan Belanyat atau Anjat tersebut diklasifikasikan berdasarkan fungsi dan kegunaannya.
Baca juga: Pecahkan Rekor Dunia, MURI Catat Ada 20.893 Saung di Parade Pembukaan Irau Malinau 2023
"Alat ini dekat dengan keseharian orang Dayak secara umum, terkhusus bagi Kenyah. Banyak sebutan, kita biasa sebut Belanyat, terbuat dari anyaman rotan.
Ada banyak macam jenisnya, ada yang digunakan ketika bertamu, sampai yang umum digunakan saat berburu, berkebun atau berladang," Ujarnya saat diwawancarai TribunKaltara.com, Selasa (10/10/2023).
Secara umum, dikenal 2 jenis Belanyat berdasarkan fungsinya. Sebutannya juga berbeda-beda sesuai rumpun masyarakat adatnya.
Seperti Belanyat "Anyung" Produk yang kini menembus pasar mancanegara ini merupakan tas yang digunakan sewaktu bertamu atau menghadiri acara kebesaran.
Jenis kerajinan yang umum dikenakan pegawai kantor, pejabat maupun masyarakat umum dalam kesehariannya. Saat ini berkembang menjadi tren dan mode yang ramai digandrungi ibu-ibu.
"Belanyat Anyung ini khas, karena tren sekarang. Biasanya bermotif. Umumnya kalau di pasaran harganya cukup mahal karena sangat dikenal saat ini.

Permukaannya bermotif, dan rotannya halus sekali, anyamannya rapi dan rapat," ungkapnya.
Belanyat Anyung biasa difungsikan sebagai wadah menyimpan barang-barang berharga bagi kalangan, seperti perhiasan, uang tunai, dompet bagi kawula muda dan dewasa.
Saat ini, tren tas rotan ini lebih kerap dibawa dengan cara dijinjing sesuai tren yang berkembang dewasa ini.
Sementara bagi Lansia, umum dijadikan wadah menyimpan peralatan dan bahan "Inang" Atau sirih.
Harganya saat ini bervariasi tergantung label produksi dan ketelatenan perajinnya. Biasanya bervariasi, dijual hingga jutaan rupiah.
Fungsi lain adalah sebagai wadah menyimpan hasil berburu dan mengutip hasil sungai. Umum disebut masyarakat Kenyah sebagai Belanyat "Njat"
Secara umum, tas punggung tradisional ini kerap digunakan saat berburu dan mengutip hasil sungai. Teksturnya sedikit lebih kaku, dengan rongga kecil serupa jaring pada permukaannya.
Baca juga: Inilah Foto Detik-detik Pesta Budaya Irau Malinau 2023 Cetak Rekor MURI Parade Saung Terbanyak
Produk ini memiliki permukaan yang berongga. Sangat dikenal dengan fleksibilitas dan ketahanannya. Ukurannya beragam, namun umumnya lebih besar dari jenis Belanyat lainnya.
"Belanyat Njat, rata-rata ukuranya sedang hingga besar. Bentuk dan ukurannya menyesuaikan isi, karena dia mengembang, fleksibel," katanya.
Saat ini sebagian Belanyat berkembang menjadi tren. Motif dan kekhasannya membuat kerajinan tangan inu menembus pasar dunia.
(*)
Penulis : Mohammad Supri
Jangan Lupa Like Fanpage Facebook TribunKaltara.com
Follow Twitter Tribun Kaltara Redaksi
Follow Instagram tribun_kaltara
TikTok tribunkaltara.com
YouTube Shorts TribunKaltara.com
Subscribes YouTube Tribun Kaltara Official
Lestarikan Kebudayaan, LABT Malinau Terima Sertifikat Warisan Budaya Bepupur Tidung dari Kemendikbud |
![]() |
---|
Rencana Pemanfaatan Acara Penutup Tahun 2023, Stan Pameran Irau Malinau tak Dibongkar Sementara |
![]() |
---|
Perputaran Uang Selama Irau ke-10 Capai Rp 44 Milliar, Survei BPS dan Bappeda Litbang Malinau |
![]() |
---|
Selama 20 Hari Pelaksanaan Irau ke-10, Terindentifikasi Ada 320 Ribu Pengunjung ke Malinau |
![]() |
---|
Malam Resepsi 24 Tahun Kabupaten Malinau, Pesta Kembang Api Tandai Puncak Penutupan Irau ke-10 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.