Berita Malinau Terkini
Harga Cabai Rawit Paling Sensitif di Pasaran Malinau, Petani Lokal Ungkap Penyebabnya
Ada beberapa kendala yang dialami petani lokal, terutama untuk meningkatkan produksi hasil panen lokal selama dua tahun terakhir.
Penulis: Mohamad Supri | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM, MALINAU - Sebagian besar komoditas pertanian di Malinau, Kalimantan Utara masih berharap impor dari luar daerah.
Ada beberapa kendala yang dialami petani lokal, terutama untuk meningkatkan produksi hasil panen lokal selama dua tahun terakhir.
Diantaranya cabai rawit.
Komoditas ini merupakan yang paling sensitif harganya di pasaran Malinau.
Baca juga: Pemkab Malinau Anggarakan TPP Bagi ASN Sebesar Rp308.368.471.573, Berikut Ini Rinciannya

Setahun terakhir harganya sempat mencuat 56 persen dari harga normal berdasarkan Data Dinas Perindagkop Malinau.
Selain pupuk, Petani mengeluhkan dalam satu dua tahun terakhir, tanaman cabai tidak dapat diandalkan karena mudah terserang penyakit.
Jenis penyakit layu kuncup dan batang atau patek dan hama serupa lalat buah menjadi momok bagi petani cabai di Malinau.
Diperkirakan karena kondisi cuaca, serangan hama dan penyakit membuat petani kewalahan. Terlebih pestisida hama dan penyakit cabai, harganya lebih mahal karena diperoleh dari luar.
Petani Cabai dan sayuran asal Desa Sempayang, Yohanes mengakui, tanaman ini memang sepadan dengan harga jualnya.
Terutama karena cuaca yang tak menentu, panas pada siang hari ditambah hujan pada malam hari membuat tanaman ini rentan terserang penyakit.
"Sebenarnya pupuk bisa kita upayakan. Cuma hama, dan juga jamur itu, Patek. mungkin karena cuaca. Kenapa dia mahal? Karena biayanya racun semprot nda sedikit," ungkapnya.
Kepala Dinas Pertanian Malinau, Faridan mengakui keragaman komoditas lokal masih bergantung pada satu dua jenis varian.
Saat ini, rata-rata petani mengandalkan tanaman sekali musim, diantaranya padi dan jagung.
Dispertan menurutnya telah berupaya memfasilitasi petani agar dapat meningkatkan produksi jenis komoditas lain.
"Seperti contohnya, cabai. Kita sudah fasilitasi pengadaan bibit tempo hari. Tapi akhir tahun, kita lihat, hasil panen itu tidak sesuai ekspektasi jumlah bibit yang dibagikan," ujarnya saat rapat pengendalian inflasi Malinau.
Baca juga: Delapan Speedboat Reguler dari Tarakan Menuju Malinau Berangkat Hari Ini, Berikut Jadwalnya
Kurang Sebulan Jelang Irau Malinau ke-11, Panitia Matangkan Persiapan |
![]() |
---|
Usaha Mikro Malinau Kaltara Didukung Naik Kelas, Peran Ibu-ibu Penopang Ekonomi Keluarga |
![]() |
---|
Cerita Perjuangan Tim Peledak Batu Jeram Sungai Bahau Atasi Krisis Transportasi Malinau Kaltara |
![]() |
---|
Selama 4 Hari, Jambore PKK Catat Transaksi Rp200 Juta untuk UMKM Malinau |
![]() |
---|
Cuaca Ekstrem, Peledakan Jeram Sungai Bahau Tertunda, Tim Terpadu Sudah 5 Hari Bertahan di Lokasi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.