Berita Bulungan Terkini

Cerita Inspiratif Tumanan, Petani Sukses di Salimbatu Bulungan, Budidaya Ikan Mas hingga Ternak Ayam

Tumanan (57 tahun), salah seorang petani sukses di Lubuk Manis, Desa Salimbatu, Kabupaten Bulungan, Kaltara.

Penulis: Edy Nugroho | Editor: Amiruddin
TribunKaltara.com/Edy Nugroho
HASILKAN TELUR - Tumanan memberikan makan ayam petelur di kandang miliknya. Tumanan (57 tahun), salah seorang petani sukses di Lubuk Manis, Desa Salimbatu, Tanjung Palas Tengah, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. (TRIBUNKALTARA.COM) 

TRIBUNKALTARA.COM, BULUNGAN - Inspiratif. Begitu lah yang dilihat saat kita berada di areal pertanian milik Tumanan (57 tahun), petani sukses di Lubuk Manis, Desa Salimbatu, Tanjung Palas Tengah, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara.

Berikut catatan Tribun Kaltara yang berkunjung ke tempatnya akhir pekan kemarin, Sabtu (05/04/2025).

Berjarak kurang lebih 300 meter dari jalan perkampungan, kita akan sampai di rumah pondok, yang sebenarnya bisa dibilang bukan pondok.

Melewati pematang yang lumayan lebar untuk bisa ke rumah pondok milik Tumanan

"Kalau kondisi kering, mobil bisa sampai depan pondok," kata Tumanan saat berbincang di pondoknya.

 

MENYEMAI PADI - Tumanan menebar benih padi pada tempat penyemaian di salah satu petak sawahnya di Lubuk Manis, Salimbatu, Tanjung Palas Tengah, Bulungan, Kalimantan Utara. (Tribunkaltara.com/Edy Nugroho)
MENYEMAI PADI - Tumanan menebar benih padi pada tempat penyemaian di salah satu petak sawahnya di Lubuk Manis, Salimbatu, Tanjung Palas Tengah, Bulungan, Kalimantan Utara. (Tribunkaltara.com/Edy Nugroho) (TribunKaltara.com/Edy Nugroho)

 

Baca juga: Pemkab Bulungan Anggarkan Rp 40 Miliar Peningkatan Jalan dan Jembatan Tanjung Palas-Salimbatu

Pondok berbentuk rumah panggung ini cukup besar. 

Bersih, dan rapi. 

Fasilitas lengkap. 

Listrik, air bersih, tersedia.  

Tumanan ditemani istri, dan seorang anaknya yang sementara libur bekerja, sibuk dengan aktivitasnya masing-masing di areal pertanian tersebut.

Sang istri ditemani anaknya siang itu, memanen telur di kandang Ayam Petelur yang berada di belakang. 

Bersamaan dengan itu, istrinya sambil memetik buah jeruk yang berada di dekat kandang ayam.

Ya. Ada 300 ekor Ayam Petelur yang diternak Pak Tumanan--demikian akrab disapa untuk perantau asal Palopo, Sulawesi Selatan itu.

Dari 300 ayam miliknya, tiap hari Tumanan mampu memanen kurang lebih 170 butir atau sekira 5-6 piring. 
Dengan harga jual saat ini Rp 60.000 per piring. 

"Lumayan, dari hasil telur bisa buat beli pakannya. 

Ya ada juga lebihnya," kata Tumanan ramah.

Selain telur ayam, di lahan Tumanan juga ditanami buah jeruk. 

Hasilnya lumayan. 

Tanpa menyebut nilainya, dia mengaku dari hasil buah jeruk tersebut, bisa mengkuliahkan dua anaknya. 

"Dari jeruk ini, dia dan adiknya kuliah. 

Alhamdulillah, yang satu sudah selesai," kata Pak Tumanan menunjuk Ardi anaknya.

Ardi sendiri sudah menyelesaikan studinya di salah satu perguruan tinggi ternama di Yogyakarta. 
Sementara adiknya sekarang masih kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung, Jawa Barat.

Usaha ternak dan tanaman jeruk bisa dibilang hanya sebagai "sampingan". 

Tanaman utama di lahan pertanian Tumanan adalah padi sawah. 

Di areal seluas kurang lebih dua hektare tersebut, dikelola dengan pola Mina Padi. 

Artinya ditanam padi, bersamaan dengan memelihara ikan.

Pada musim kemarin, tanaman padi Pak Tumanan bisa dikatakan gagal. 

Dari yang biasanya menghasilkan 3 ton gabah kering, tapi kali ini kurang. 

Bahkan di beberapa petak, tidak menghasilkan sama sekali. 

Namun itu tak membuat putus asa. 

Gagal di tanaman padi, Tumanan masih memetik hasil dari budidaya ikan mas di lahan sawahnya.

"Alhamdulillah ikan mas nya banyak yang minat. 

Belum kami panen pun sudah banyak yang pesan," kata Tumanan

Ikan mas hasil dari kolam sawahnya dijual dengan harga Rp 35.000 - Rp 40.000 per Kilogram (Kg).

Dari beberapa petak lahan sawah yang dikelola dengan pola Mina padi, menghasilkan kurang lebih 300 kilogram ikan mas. 

Jika dinominalkan, dengan masa pemeliharaan 3-4 bulan, mampu menghasilkan cuan Rp 10 juta lebih.

Sambil berbincang, kami memancing ikan dengan alat pancing yang disiapkan Pak Tumanan, berikut dengan umpannya.

Ada sekitar 10 kilogram ikan, hasil mancing yang kami dapat. 

Dua kilogramnya langsung kami masak di pondok Pak Tumanan, dengan alat masak yang memang siap tersedia di tempat itu.

Sambil menikmati makan siang, dengan lauk ikan mas bakar, sambel Petai yang lombok, tomat, dan petai baru saja dipetik dari pohon, kami ngobrol seputar suka suka bertani yang telah digeluti Tumanan sejak beberapa tahun terakhir.

Sebelumnya, merupakan karyawan perusahaan di wilayah itu. 

Berkeinginan untuk merubah nasib dengan berusaha sendiri, Tumanan pun banting setir, dari karyawan swasta menjadi petani.

Kawasan Lubuk Manis yang berada di hulu Desa Salimbatu, menjadi pilihannya. 

Berada di pinggir sungai besar dari aliran Sungai Pimping, lahan berawan itu dikelolanya dari awal.

Tumanan mengolah sawah dengan sistem pompanisasi.

Untuk pencetakan sawah, bersyukur dia mendapat bantuan dari pemerintah.

 

HASILKAN TELUR - Tumanan memberikan makan ayam petelur di kandang miliknya. (TRIBUNKALTARA.COM)
HASILKAN TELUR - Tumanan memberikan makan ayam petelur di kandang miliknya. (TRIBUNKALTARA.COM) (TribunKaltara.com/Edy Nugroho)

 

Baca juga: Belum Tuntas, Pengerjaan Jalan Tanjung Palas-Salimbatu di Bulungan Dilanjutkan Lagi Tahun Ini   

"Kalau isi air, tinggal hidupkan mesin pompa. 

Begitu pun kalau mau buang air. 

Karena di sini dekat sungai besar, kalau soal air tidak kekurangan. 

Bahkan berlebih," kisahnya.

Satu persoalan krusial yang menjadi momok bagi Tumanan dan sejumlah petani lainnya yang berada di kawasan itu.

Yaitu kondisi tanah, dengan zat asam yang tinggi.

"Kalau dicek PH tanahnya rendah. Hanya sekitar 5-6. 

Sementara normalnya harus di atas 7. 

Makanya di sini hasil panen 3 ton per hektare itu, sudah bisa membuat kita tersenyum. 

Itu pernah, hanya beberapa kali. Selebihnya hasil yang kami dapat kurang. Bahkan tak jarang gagal panen," keluhnya.

Akibat zat asam yang tinggi, yang membuat PH tanah rendah, kata dia, padi biasa menguning sebelum waktunya. 

Tak hanya itu, buahnya pun banyak kosong, tidak berisi. 

"Kalau PH-rendah betul, ikan mas pun kadang mati," ungkap Tumanan.

Dia berharap ada solusi untuk menaikkan PH di lahan persawahan miliknya dan juga para petani lain di sekitarnya.

Kali ini, Tumanan mencoba dengan menggunakan pupuk organik, serta alat penyubur tanah, sekaligus meningkatkan PH tanah yang ditawarkan oleh salah satu pembina pertanian milik Tumanan

"Ini sudah mulai kita coba, kita lihat hasilnya nanti dalam 1-2 bulan ke depan. 

Kalau ini berhasil, insyaallah panen kita lebih baik lagi. Dan tentu petani lain akan mengikuti nanti," ujarnya.

Tak terasa sudah sore. 

Matahari mulai menjorok ke ufuk barat. 

Kami pun pamit pulang. 

Pulang tidak tangan kosong, ikan mas hasil mancing, kami beli ke Pak Tumanan

Sebagai bonus, Pak Tumanan memberikan oleh-oleh buah jeruk, petai dan sayuran lain untuk kami bawa pulang. 

Sukses terus Pak Tumanan dan para petani di Kaltara!

(*)

Penulis: Edy Nugroho 

 

 

Baca Berita Terkini Tribun Kaltara di Google News

Sumber: Tribun Kaltara
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved