Berita Tana Tidung Terkini

Kembali Naik, Harga Cabai Tembus Rp 120 Ribu per Kilo di Pasar Imbayud Taka Tana Tidung Kaltara

Harga cabai rawit di Pasar Imbayud Taka, Tideng Pale, Kecamatan Sesayap melonjak tajam dalam beberapa hari terakhir.

Penulis: Rismayanti | Editor: M Purnomo Susanto
TribunKaltara.com/Rismayanti
HARGA CABAI NAIK - Suasana di Pasar Imbayud Taka, Tideng Pale, Kecamatan Sesayap, Kabupaten Tana Tidung, Kaltara, Selasa (5/8/2025). Harga cabai kembali alami kenaikan. (TribunKaltara.com/Rismayanti) 

TRIBUNKALTARA.COM, TANA TIDUNG - Harga cabai rawit di Pasar Imbayud Taka, Tideng Pale, Kecamatan Sesayap, Kabupaten Tana Tidung, Kalimantan Utara ( Kaltara) melonjak tajam dalam beberapa hari terakhir.

Nurjanah, salah satu pedagang sayur di pasar tersebut, menyebut harga cabai rawit kini dijual Rp 120 ribu per kilogram.

Nurjanah mengaku, harga itu sudah disesuaikan dengan harga modal dan risiko kerugian akibat penyusutan hingga pembusukan cabai rawit.

“Modal ambilnya ( cabai rawit ) saja sudah Rp 85 ribu per kilo. Jadi kami jual Rp 120 ribu karena harus hitung susut dan kadang ada juga yang busuk,” kata Nurjanah kepada TribunKaltara.com, Selasa (5/8/2025).

Baca juga: 8 Manfaat Cabai, Berkhasiat Turunkan Berat Badan, Bukan cuma Pedas

Ia menjelaskan, biasanya harga cabai normal berada di kisaran Rp 60 ribu hingga Rp 65 ribu per kilogram.

Namun sejak kemarau melanda, harga melonjak drastis.

“Infonya dari sana karena banyak petani gagal panen. Sekarang ini musim kemarau, jadi memang sering naik harga lombok (cabai) kalau sudah begini,” tuturnya.

Nurjanah menyebut, pasokan cabai ia peroleh dari Kabupaten Malinau. 

Sementara untuk pasokan lokal dari Tana Tidung saat ini tidak tersedia.

“Kalau dari KTT kosong. Jadi kita ambil dari Malinau,” ujarnya.

Baca juga: Harga Tomat di Malinau Naik Rp 40 Ribu per Kilogram dan Cabai Rawit Rp 80 Ribu, Begini Alasannya

Dengan harga yang cukup tinggi, Nurjanah memilih untuk tidak menyetok dalam jumlah besar.

Ia hanya mengambil satu kilogram cabai dalam sekali ambil, agar cepat habis dan tidak menimbulkan kerugian.

“Ambilnya satu kilo saja, itu habis satu sampai dua hari. Kalau stok banyak takut tidak habis, akhirnya malah busuk,” pungkasnya.

(*)

Penulis : Rismayanti 

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved