Terlebih, kata Rasmid, terdapat rintikan air hujan pada kaca Menara BIC yang menyebabkan pemantulan cahaya pada teropong yang digunakan saat pengamatan hilal.
"Karena awannya tebal, dan kondisi cuaca yang gerimis, ditambah kaca yang berembun di depan teropong. Jadi tidak clear, sementara hilal itu kan tipis sekali," imbuhnya.
Namun berdasarkan pantauan BMKG, Rasmid menyebut data-data observasi hilal di Balikpapan sudah masuk kriteria hisab merujuk penetapan 1 Dzulhijjah 1445 Hijriah.
Tercatat, ketinggian hilal di Balikpapan sudah jauh di atas rata-rata 6,3 derajat yakni 9 derajat. Kemudian elongasinya berkisar 12,43 derajat, sementara umur bulannya 21,5 jam.
"Karena konjungsinya atau masuk awal bulannya kemarin pada tanggal 6 Juni itu di jam 20.37 menit 35 detik WITA. Sehingga sampai tadi matahari terbenam itu umur bulan adalah sudah 21,5 jam," jelas Rasmid.
Ia menekankan, data observasi dari pantauan hilal tersebut sudah masuk hisab.
Pasalnya, pantauan tersebut hanya memverifikasi dan membandingkan hasil perhitungan hisab dengan observasi atau rukyatul hilal.
Adapun dari seluruh titik pengamatan di Indonesia, hanya ada 6-7 titik yang bisa melihat hilal.
Antara lain di Gorontalo, Makassar, Ternate, Sorong, Tangerang, Medan, dan Tegal. "Hasil pantauan ini juga tersambung dengan Kemenag Pusat untuk dibawa ke sidang isbat," pungkasnya.(kps/ars)
Baca berita terkini Tribun Kaltara di Google News