"Dalam praktiknya, golput bisa dikontribusikan oleh pemilih yang apatis, pemilih yang abstain atau merasa tidak punya pilihan yang cocok. Serta pemilih yang kecewa terhadap partai politik dan calon yang mereka usung," ungkapnya.
Selain itu, Titi Anggraini menuturkan bahwa partai-partai politik mestinya melakukan evaluasi, terkait optimalisasi pencalonan kader-kader terbaiknya.
"Jangan lupa evaluasi juga apakah mesin dan kader partai sudah turun ke lapangan secara maksimal dalam melakukan kempanye dan menjangkau pemilih untuk mau gunakan hak pilihnya," imbuh Titi Anggraini.
(*)
Penulis: Febrianus Felis