Hari Batik Nasional
Kota Tarakan Punya Batik Tarakan, Tapi Belum Menjadi Tuan Rumah Sendiri Beber Sonny
Hari Batik Nasional, seorang pengrajin Batik Tarakan, Sonny Lolong mengatakan Batik Tarakan belum menjadi tuan rumah di negeri sendiri di Kota Tarakan
Penulis: Rismayanti | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN - Peringatan Hari Batik Nasional, bisa menjadi momentum mempopulerkan batik Tarakan ke khalayak luas.
Seorang pengrajin batik Tarakan, Sonny Lolong mengatakan batik Tarakan belum menjadi tuan rumah di negeri sendiri di Kota Tarakan, Kalimantan Utara ( Kaltara ).
Ia mengatakan masih banyak masyarakat yang belum peduli terhadap produk daerahnya sendiri.
Padahal, kata dia, potensi batik Tarakan sangat besar. Hanya saja belum populer dikalangan masyarakat Kota Tarakan.
Jangankan masyarakat awam, owner Batik D'Erte ini menyampaikan di kalangan pejabat di lingkungan pemerintah Kota Tarakan mungkin saja belum mengetahui Tarakan punya batik sendiri.
"Saya jamin itu," ucapnya kepada TribunKaltara.com melalui sambungan telepon, Jumat (2/10/2020)
Menurutnya, kurang populernya batik dikalangan masyarakat, karena batik tidak dikonsumsi (digunakan) setiap hari.
• BREAKING NEWS Kasat Reskrim Polresta Mamuju Meninggal Dunia, Begini Kronologinya, Heboh di WhatsApp
• Presiden Amerika Serikat Positif Covid-19, Donald Trump Umumkan Kondisinya dan Istri via Twitter
• Bertambah Lagi 7 Pasien, Virus Corona di Kalimantan Utara Kini Mencapai 587 Kasus
• Institusi Idham Azis Turun Tangan Soal Polemik Kapolres Blitar dan Kasat Sabhara, Ini Langkah Polri
Selain itu, harga juga mempengaruhi tingkat beli masyarakat.
Pembina Kelompok Usaha Bersama Disabilitas Batik (Kunedistik) itu menyebutkan batik Tarakan lebih mengangkat motif suku Tidung, satu diantaranya Tanduk Galung.
Sebagai pengrajin, ia membeberkan strategi mempopulerkan batik Tarakan yakni melalui sosial media dan pameran-pameran baik tingkat nasional maupun internasional.
"Luar negeri itu sudah ke Australia, Jepang, China, ke Belanda juga. Itu waktu pameran," jelasnya.
Sementara di dunia internasional, saat beberapa kali mengikuti pameran, kata dia, orang luar negeri lebih menyukai motif-motif dayak dengan pewarnaan alam.
"Kalau saya perhatikan selama pameran itu, orang-orang barat lebih suka warna alam seperti back to the nature. Itu yang diminati," ujar dia.
(*)
(Tribunkaltara.com/Risnawati)
Jangan Lupa Like Fanpage Facebook TribunKaltara.com
Follow Twitter TribunKaltara.com
Follow Instagram tribun_kaltara
Subscribes YouTube Tribun Kaltara Official