Perajin Anyaman Rotan Tenggarong Sebut Kesulitan Dapatkan Rotan karena Banyak Lahan Tambang

Perajin anyaman rotan Tenggarong sebut kesulitan dapatkan rotan karena kanyak lahan tambang.

TRIBUNKALTARA.COM/JINO PRAYUDI KARTONO
Mida sedang membuat anyaman anjat berbahan kayu rotan. Satu buah anjat dibanderol mulai dari Rp 150 ribu sampai Rp 300 ribu tergantung ukuran dan tingkat kesulitannya. TRIBUNKALTARA.COM/JINO PRAYUDI KARTONO 

TRIBUNKALTARA.COM, SAMARINDA - Perajin anyaman rotan Tenggarong sebut kesulitan dapatkan rotan karena kanyak lahan tambang.

Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah.

Berbagai macam jenis tanaman dan satwa tinggal di kabupaten tersebut.

Sayangnya eksploitasi alam besar-besaran membuat terkikisnya hutan-hutan yang ada di kawasan tersebut.

Baca juga: Pengacara Kondang Hotman Paris Beberkan Analisa Pasal UU Cipta Kerja, Benarkah Untungkan Buruh?

Baca juga: Rapat Persiapan Debat Publik Calon Bupati, KPU Malinau berencana Libatkan Lembaga Penyiaran Nasional

Baca juga: Kepala BNNP Kaltara Brigjen Pol Henry Simanjuntak Rangkul Tokoh Agama Cegah Peredaran Narkotika

Lahan yang gundul tersebut disulap menjadi area tambang yang menjadi sumber pemasukan terbesar di Kabupaten tersebut.

Semakin terkikisnya hutan otomatis jumlah flora maupun fauna kian surut.

Salah satunya pohon rotan yang menjadi bahan utama pembuatan tas anjat khas suku Dayak tersebut.

Mida, perajin anyaman rotan yang mengikuti pameran di UPTD Taman Budaya ini mengaku saat ini kesulitan mencari rotan di wilayah Tenggarong.

Hal tersebut dikarenakan kawasan hijau semakin berkurang.

Sehingga pohon rotan di wilayah Kecamatan Tenggarong semakin menipis.

Sehingga ia pun memutar akal agar usahanya berjalan terus.

Salah satunya mengimpor kayu rotan di wilayah Kalimantan Tengah..

"Rotan sekarang agak susah. Banyak tambang karena batubara sehingga jumlah Rotan sekarang sulit. Jadi cari ke kampung ibu saya di kalteng," ucap wanita berdarah Dayak Tawoyan ini.

Selain itu tipisnya kawasan hijau di wilayah pegunungan semakin sulit dalam mencari rotan berkualitas baik.

Sebab rotan Gunung memiliki kualitas baik dibandingkan dengan rotan yang hidup dekat aliran sungai.

"Rotan Gunung lebih bagus. Rotan air tidak bagus karena kebanyakan air jadi Lebih gampang putus. Tidak bisa sembarang orang cari. Rotan bagus saat dipatah bunyinya keras. Kalau jelek bunyinya tidak keras," ucap Mida.

Baca juga: Optimis, Dandim 0907 Tarakan Yakin Giat Fisik TMMD ke 109 Selesai 100 Persen Sebelum 22 Oktober 2020

Baca juga: Tinjau Lokasi TMMD 109 Kodim 0907 Tarakan, Tim Waasev Apresiasi Pelaksanaan TMMD di Kota Tarakan

Baca juga: Mata Najwa Tadi Malam, YLBHI Bongkar Kelakuan Represif Polisi, Mahfud MD Bela Institusi Idham Azis

Ia pun tidak menghitung berapa jumlah potongan kayu rotan yang dipakai.

Yang pasti ia mampu menyelesaikan anyaman tas anjat bisa sehari penuh.

"Karena saya juga ibu rumah tangga jadinya tidak bisa diselesaikan kurang dari sehari. Paling lama bisa dua hari," tuturnya.

( TribunKaltara.com / Jino Prayudi Kartono )

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved