Berita Bulungan Terkini
Profil Syarwani, Putra Lurah Kini Menjadi Bupati Bulungan, Lulus Sarjana Jangan hanya Ingin Jadi ASN
Jalani hidup seperti air mengalir. Itulah ungkapan Syarwani, SPd, MSi, putra seorang Lurah di Tanjung Palas yang kini menjadi Bupati Bulungan.
Penulis: Maulana Ilhami Fawdi | Editor: Sumarsono
Kedua, saya juga ingin mudah-mudahan menjadi inspirasi bagi kawan-kawan muda yang baru menyelesaikan pendidikan. Jangan kita baru selesai kuliah lalu orientasi kita jadi PNS.
Banyak lapangan kerja yang bisa kita ciptakan, termasuk di dunia politik.
Baca juga: Digosipkan dengan Ariel, Agnez Mo Beri Pengakuan ke Deddy Corbuzier, Kapok Pacaran dengan Penyanyi?
Nah, kalau untuk maju sebagai Bupati Bulungan, siapa yang awal-awal mendorong Anda?
Ya tentu ada keyakinan dari partai, dan kedua dari kawan-kawan di lingkungan saya yang memberikan masukan pandangan dan keyakinan.
Termasuk, tentunya istri dan keluarga. Sekian selama berkerier di politik, sebenarnya untuk berkarier di DPRD sejak 1999 hingga 2019 cukuplah.
Namun untuk mencoba, katakanlah tantangan baru, tentu harus di Eksekutif, karena lahirnya kepala daerah, juga dari proses politik. Pengalaman kita di legislatif bisa dikolaborasikan, saat nanti di eksekutif sebagai kepala daerah.
Terbayang tidak di masa kecil Anda akan menjadi pemimpin, seperti Bupati?
Kalau saya sih orang yang tidak pernah membuat cita-cita, kalau saya mengalir saja. Mengalir dan mencoba melihat kondisi yang mana yang bisa kita perankan.
Saya juga tidak ingin berandai-andai melambung tinggi, manakala tidak bisa tercapai, malah mempengaruhi pikiran dan kondisi kita.
Ya mengalir saja, sehingga bagi saya, ketika SD sampai sarjana, tidak pernah berpikir harus menjadi Bupati.
Latar belakang keluarga Anda, apakah ada yang dari kalangan pejabat?
Kalau karir, Bapak saya itu PNS. PNS rendahan, karena terakhir, almarhum Bapak saya itu menjabat sebagai Lurah di Tanjung Palas Hulu.
Berarti memang ada trah darah biru, meskipun level Lurah?
Hahahaha, ya kalau bisa dianggap begitu ya. Tapi yang jelas, keluarga saya dari keluarga biasa, Mamak saya bukan pegawai, hanya ibu rumah tangga.
Kakek-Nenek saya juga tidak ada, semua biasa-biasa saja, semua warga biasa.