Tradisi Manene

Jasad Meninggal Puluhan Tahun Dibersihkan dan Dirias ala Pengantin, Inilah Makna Ritual Ma’nene

Jasad yang sudah meninggal puluhan tahun dibersihkan dan dirias ala pengantin. Inilah makna Ritual Ma’nene yang dilaksanakan masyarakat Toraja.

Penulis: Febrianus Felis | Editor: Sumarsono
tribunkaltara.com
Tradisi Ma'nene suku Toraja, 33 tahun setelah meninggal dunia, mayat pasangan suami istri (pasutri) diangkat dari liang lahat. 

TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - Jasad yang sudah meninggal puluhan tahun dibersihkan dan dirias ala pengantin. Inilah makna Ritual Ma’nene yang dilaksanakan masyarakat Toraja.

Ma'nene merupakan ritual masyarakat Toraja yang dilakukan untuk menghormati para leluhurnya.

Hal itu dilakukan dengan membersihkan jasad para leluhur yang sudah meninggal dunia beberapa tahun bahkan hingga ratusan tahun yang lalu.

Ritual unik itu bagi masyarakat awam terdengar menyeramkan.

Baca juga: BREAKING NEWS, Ritual Suku Toraja, 33 Tahun setelah Dikubur, Mayat Pasutri Diangkat dari Liang Lahat

Baca juga: Jelang Paskah, Polres Nunukan Siagakan 200 Personel, Kapolres Imbau Umat Nasrani Tetap Waspada

Namun, tidak bagi masyarakat Toraja, ritual Ma'Nene sudah menjadi adat dan budaya yang sudah bertahun-tahun dijalankan masyarakat etnis Toraja, utamanya di Sulawesi Selatan.

Masyarakat dari etnis Toraja yang berada di perantauan juga masih meyakini ritual Ma'Nene sampai sekarang.

Seperti yang dilaksanakan masyarakat Toraja di Nunukan, Kalimantan Utara, Kamis (01/04/2021).

Masyarakat suku Toraja melangsungkan ritual Ma'Nene di Jalan Persemaian, RT 010 Kelurahan Nunukan Barat, Kabupaten Nunukan, Kamis (01/04/2021).
Masyarakat suku Toraja melangsungkan ritual Ma'Nene di Jalan Persemaian, RT 010 Kelurahan Nunukan Barat, Kabupaten Nunukan, Kamis (01/04/2021). (tribunkaltara.com)

Ritual Ma’nene berlangsung di Jalan Persemaian, RT 010, Kelurahan Nunukan Barat, Kabupaten Nunukan.

Mayat pasangan suami istri, yakni M Timbang (kakek) menurut pengakuan keluarga, telah meninggal pada tahun 1988 atau sudah 33 tahun.

Sedangkan sang istri bernama Maria Maku' (77) meninggal pada 2017 lalu.

Baca juga: Pastikan Hari Paskah Berjalan Lancar, Polda Kaltara Bekerjasama dengan Pengamanan Internal Gereja

"Kalau di Toraja bilang Ma'Nene tapi di perantauan kami sebut Paskah. Syarat mengangkut mayat itu harus ada potong kerbau dan babi.

Itu sudah jadi tradisi turun temurun nenek moyang kami," kata Titus Takke (60), menantu dari Kakek Timbang kepada TribunKaltara.com.

Menurutnya, ritual Ma'Nene atau Paskah itu hanya satu kali dilakukan.

Untuk pelaksanaannya, tergantung pada kesiapan dari pihak keluarga termasuk jumlah kerbau dan babi yang akan disembelih.

Halaman
123
Sumber: Tribun Kaltara
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved