Berita Tarakan Terkini

Sikapi Aksi Teror di Indonesia, Badan Intelejen Negara Beber Pemicu Faktor Munculnya Terorisme

Sikapi aksi teror di Indonesia, Badan Intelejen Negara beber pemicu faktor munculnya terorisme.

Penulis: Andi Pausiah | Editor: M Purnomo Susanto
HO/Humas Tarakan
Kegiatan sosialisasi pengawasan aliran kepercayaan dan keagamaan masyarakat (Pakem) di gedung Serbaguna Pemkot Tarakan. ( HO/Humas Tarakan ) 

TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN - Sikapi aksi teror di Indonesia, Badan Intelejen Negara beber pemicu faktor munculnya terorisme.

Insiden bom bunuh diri di Gerbang Katedral Makassar dan penyerangan ke Mabes Polri menjadi atensi dan harus diwaspadai.

Tak terkecuali pula di Kaltara.

Baca juga: Waspadai Munculnya Terorisme, Badan Intelejen Negara Beberkan Poin Penting

Baca juga: Sosok Nouval Farisi Terduga Teroris yang Jadi Buruan Densus 88, Dulu Sering Pakai Seragam FPI

Baca juga: Disebut Terduga Teroris Ajari Ilmu Kebal, Abah Popon Sebut Difitnah, Banyak Orang Datang Ada Pejabat

Lewat kegiatan sosialisasi Pengawasan Aliran Kepercayan dan Keagamaan Masyarakat (Pakem) Kota Tarakan, Badan Intelijen Negara (BIN) yang turut menjadi pembicara, membeberkan beberapa poin penting yang harus diketahui khususnya persoalan terorisme.

Dikatakan Ardi Brasmata, Kepala Pos Daerah (Kaposda) Tarakan, terorisme sudah diatur dalam Perpu Nomor 1 Tahun 2003.

Ardi membeberkan, faktor pendukung terjadinya terorisme, jika dicermati secara mendalam akar penyebab munculnya aksi terorisme sangat rumit.

Selain itu persoalannya sangat kompleks dengan berbagai multifaktorial yang menyangkut masalah nasional dan kehidupan politik dunia bisa jadi penyebab dan pemicu terjadinya terorisme.

Secara umum lanjutnya, salah satunya yakni multi faktorial.

Yakni, faktor ketidakadilan yang terjadi di berbagai belahan dunia baik secara sosial politik ekonomi maupun budaya merupakan faktor pemicu tumbuhnya radikalisme.

Kemudian lanjutnya, paham radikalisme.

Paham ini akan dipermudah oleh rendahnya pendidikan kemiskinan budaya dan kehidupan sosial keterbelakangan pendidikan perubahan politik.

"Atau bisa juga karena rendahnya peradaban budaya dan sosial seseorang akan memicu radikalisme yang bertujuan pada kekerasan ekstrimisme dan terorisme," beber Ardi.

Lebih jauh ia mengulas, semua agama di dunia termasuk Islam tidak mengajarkan kekerasan.

Karena Islam merupakan agama yang penuh toleransi, melihat kompleksitas permasalahan tersebut tampaknya terorisme bukan semata-mata masalah agama, tetapi masalah seluruh umat manusia dalam berbagai aspek.

Ia menjelaskan lebih jauh, untuk pengelompokan terorisme bisa dilihat dari negara, keagamaan, sayap kanan dan kiri, patologis, orientasi isu, separatis dan neo-terorisme.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltara
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved