Berita Tarakan Terkini
Lansia Rentan Tertular Covid-19, IDI Kaltara Beber Lansia yang Boleh Vaksin dan Dilarang Vaksin
Orang lanjut usia (lansia) rentan tertular Covid-19, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kalimantan Utara beber lansia yang boleh vaksin dan dilarang vaksin
Penulis: Andi Pausiah | Editor: Sumarsono
TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN - Orang lanjut usia (lansia) rentan tertular Covid-19, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kalimantan Utara beber lansia yang boleh vaksin dan dilarang vaksin.
Hingga saat ini pendaftaran vaksinasi bagi masyarakat kategori lansia di Kaltara masih berjalan. Pendaftaran sudah dimulai sejak Selasa (13/04/2021) lalu.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Provinsi Kaltara dr Franky Sientoro, SpA mengungkapkan, lansia menjadi prioritas untuk divaksin karena kekebalan tubuh berbeda dengan usia 15-50 tahun.
Menurutnya, risiko tertular bagi yang belum divaksin lebih besar daripada kemampuan untuk bertahan terhadap penyakit Covid-19.
Baca juga: Vaksinasi Lansia di Kota Tarakan Dibuka, Begini Cara Daftarnya, Ada Dua Kategori Lansia Divaksin
Baca juga: Vaksinasi Calon Jemaah Haji Utamakan Lansia, Dinkes Tarakan Sebut Dilaksanakan Bertahap
Baca juga: Ratusan Guru di Kabupaten Tana Tidung Telah Divaksin, Lansia Masih 13 Orang, Vaksin Terbatas
"Dibandingkan usia muda, lansia lebih rentan, sehingga itu menjadi sebab kenapa lansia diprioritaskan," beber dr Franky.
Lanjutnya lagi, di luar negeri, lansia justru menjadi prioritas nomor satu baru disusul tenaga kesehatan.
"Di Indonesia, lansia prioritas kedua," ungkapnya.

Dr Franky menyebutkan secara nasional, saat ini baru 10,7 juta warga yang divaksin berdasarkan update jumlah data per Maret 2021 lalu.
Sementara masih ada 180 juta warga Indonesia yang ditarget untuk divaksin.
"Di Kaltara dijatah tidak banyak. Persoalannya bukan di pelaksanaan vaksinasi yang lambat melainkan stok yang dijatahkan terbatas," kata dr Franky.
Baca juga: Zaskia Gotik Tanggapi soal Kabar Bisnis Usaha Suami Bangkrut, Akui Bersyukur Masih Bisa Makan
Menyoal vaksin lansia, ia membeberkan beberapa syarat khusus sebelum menjalani vaksinasi.
Pertama standar tensi di angka 180/110 mmHg.
"Kalau lewat dari angka itu, melebihi angka itu, ditunda dulu," ungkapnya.
Kedua, jika memiliki riwayat penyakit atau komorbid, harus rutin memeriksakan diri agar penyakit terkontrol. Jika memenuhi kriteria tersebut barulah bisa divaksin.
Baca juga: Login eform.bri.co.id/bpum, Begini Cara Cairkan Dana BPUM atau BLT UMKM Rp 1,2 Juta
"Jika sedang minum obat secara rutin, justru sebelum divaksin diimbau meminum obat rutin yang biasa diminum agar penyakit terkontrol," jelasnya.
Adapun kiat khusus yang bisa dilakukan lansia sebelum vaksin. Pertama harus menyiapkan fisik. Cukup tidur dan asupan bergizi. Kedua menyiapkan mental dan keyakinan agar jangan takut divaksin.
"Karena faktor utamanya adalah faktor stres. Untuk itu harus menyiapkan mental juga," ujarnya.
Lebih lanjut menyoal riwayat kepemilikan penyakit dan masih bisa divaksin lanjut pria yang juga sebagai Ketua Vaksinator RSUD Kota Tarakan, memiliki riwayat kencing manis, tekanan darah tinggi (hipertensi), masih bisa minum obat dan tetap dilakukan seperti biasa
"Termasuk pasien cuci darah yang terkntrol dan rutin juga bisa ikut divaksin," cetusnya.
Mereka lansia yang dilarang atau sebaiknya menunda melaksanakan vaksin di antaranya mereka yang mendapatkan obat sitostatik dan obat steroid, yang menurunkan kekebalan tubuh.
Itu harus ditunda sementara sampai menunggu dosisnya rendah.
Biasanya, mereka yang menjalankan terapi steroid adalah yang memiliki penyakit pada ginjal, penyakit pada alergi berat.
Baca juga: Live Streaming MotoGP Portugal 2021 Petang Ini, Marquez Paksakan Diri meski Kondisi Belum Fit
"Penyakit ginjal, memerlukan terapi steroid. Terapi steroid ada banyak macam terhadap penyakit-penyakit.
Selama penggunaan dosis terapi steroid besar, itu tidak boleh. Kalau dosisnya kecil baru bisa dilakukan," jelasnya.
Jika dipaksakan melakukan vaksin sementara memiliki riwayat yang dilarang atau ditunda maka vaksin tak bisa bekerja. Antibody dari vaksin tak akan terbentuk dalam tubuh.
" Karena saat berbentur dengan steroid, tubuhnya ditekan dan tidak bisa membentuk antibody. Percuma ketika disuntik, tapi ikuti terapi steroid. Lebih baik ditunda," pungkasnya. (*)
Penulis: Andi Pausiah