Berita Tarakan Terkini

Swab PCR Mulai Langka Bagi Pelaku Perjalanan di Kaltara, Dinkes: Fokuskan PCR untuk Tracing Kontak

Beberapa hari terakhir jelang Hari Raya Idul Adha, lonjakan kenaikan konfirmasi positif Covid-19 cukup signifikan meningkat di Kota Tarakan.

Penulis: Andi Pausiah | Editor: Sumarsono
Tribun Kaltara
Tampak ruang dalam bertekanan negatif untuk uji swab RT PCR di Rumkital Ilyas Tarakan saat awal di-launching 2020 lalu 

“Ini kami usahakan urai mudahan ada solusi. Bagaimana atasi sementara waktu agar bisa  membantu masyarakat mengikuti prosedurnya,” ujar Khairul.

Kemampuan mesin PCR dalam satu hari sendiri ada sekitar 90 sampel, 94 sampel, 80 sampel dan ada yang 100 sampel. Total dalam sehari  mungkin yang bisa diperiksa oleh tiga rumah sakit yakni 200-an sampel. 

“Jika yang ditracing banyak sekali.  Yang diisolasi mandiri udah banyak,  belum yang dirawat di rumah sakit ditambah kontak-kontak erat baru ini  yang membuat over,” ujarnya.

Sejumlah petugas medis dari Kantor Kesehatan Pelabuhan wilayah kerja Nunukan sedang bersiap melayani PCR test ratusan WNI asal Malaysia di ruang tunggu Pelabuhan Tunon Taka Nunukan, Jumat (30/04/2021), sore.
TRIBUNKALTARA.COM/ Febrianus felis.
Sejumlah petugas medis dari Kantor Kesehatan Pelabuhan wilayah kerja Nunukan sedang bersiap melayani PCR test ratusan WNI asal Malaysia di ruang tunggu Pelabuhan Tunon Taka Nunukan, Jumat (30/04/2021), sore. TRIBUNKALTARA.COM/ Febrianus felis. (TRIBUNKALTARA.COM/FELIS)

Ia menambahkan, jika dalam dua hari jika misalnya ada 600-an sampel yang ingin diperiksa maka butuh tiga hari baru bisa diselesaikan dan bisa membaca hasil positif atau negatif.

“Sehingga mereka yang mau berangkat tidak bisa. Pasti fokusnya kan ke pasien dulu. Upaya rumah sakit lebih banyak ke pasien,” ujarnya.

Di satu sisi lagi, rumah sakit swasta belum membuka layanan PCR. Ia melanjutkan, selain dari Tarakan juga ada sampel kiriman dari luar Tarakan.

“ Misalnya dari Bulungan, dari Malinau pastinya akan ke RSUD Tarakan milik Provinsi Kaltara mereka uji sampelnya. Maka mereka prioritas dirawat,” ujarnya.

Sementara mendatangkan alat PCR itu harganya tidaklah murah. Satu alat bisa sekitar Rp 1,9 miliar.  Kalau Rp 400 juta itu lanjut Khairul, belum semua perangkatnya lengkap.

“Karena banyak alat pendukungnya. Bisa sampai Rp 1,9 miliar,” jelasnya.

Untuk mesin PCR di RSUKT sendiri lanjutnya, ada dua mesin.  Dulunya kapasitas sampel hanya 30-an saat ini bisa sampai 80 sampel per hari.  “Tapi yang satu ini KSO. Alatnya gak kita beli tapi kerja sama,” pungkasnya.  (*)

Penulis: Andi Pausiah

Baca Berita Tarakan Terkini

Sumber: Tribun Kaltara
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved