Berita Tarakan Terkini
Banjir Rob Rendam Permukiman Warga Pesisir, Kipas Angin Milik Bahar Rusak: Syukurnya Tak Hujan
Puncak air pasang diTarakan terjadi Minggu (7/11/2021) malam. Sekitar pukul 19.00 WITA sampai pukul 20.00 WITA, di wilayah pesisir alami banjir rob.
Penulis: Andi Pausiah | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN – Puncak air pasang di Kota Tarakan terjadi pada Minggu (7/11/2021) malam.
Sekitar pukul 19.00 WITA sampai pukul 20.00 WITA, sejumlah titik di wilayah pesisir mengalami banjir Rob atau air laut yang masuk ke darat.
Sejumlah warung dan rumah milik warga terdampak dan ikut terendam air laut. Selain itu juga sebagian jalan digenangi air seperti area Jalan Kusuma Bangsa masuk Jalan Tengkawang, area Jalan Gajah Mada dan beberapa titik di pesisir Kota Tarakan.
Salah seorang warga RT 3 Kelurahan Gunung Lingkas yang terdampak, Bahar mengakui untuk hari ketiga, air pasang mulai pukul 18.00 WITA.
Baca juga: BMKG Tarakan Imbau Warga Waspada Hujan saat Banjir Rob, Malam Ini Prediksi Puncak Air Pasang
Ia mengalami kerugian yakni kipas angin yang ikut terendam sampai rusak. Begitu juga kasur yang dipakai sehari-hari ikut terendam.
Adapun untuk warungnya sendiri, pihaknya sudah melakukan persiapan jauh-jauh hari dan menempatkan semua jualannya di atas rak yang lebih tinggi.
Baca juga: Detik-detik Ganjar Pranowo Disentil Megawati saat Bahas Banjir Rob Semarang di Acara PDIP
Pria yang sudah lama tinggal sejak 1984 ini mengakui pada Minggu malam, atau malam tadi menjadi puncak terjadinya banjir Rob. Dan banjir Rob dimulai selama tiga hari lalu. Dan paling tertinggi yakni pada Jumat malam.
“Tapi kalau dibandingkan tahun ini dan tahun lalu, tahun ini paling tinggi. Sampai betis dewasa. Puncaknya setelah Magrib masuk Isya atau pukul 19.20 WITA,” ujarnya.

Ia mengakui, hampir setiap tahun menjelang akhir tahun mengalami banjir Rob selama tiga hari. Ini dikarenakan tempat tinggalnya berada di atas air dan memang ketinggian permukaan air lebih tinggi daripada bangunan miliknya.
Meski kerugiannya tak begitu besar, namun ia mengakui cukup kerepotan jika harus membersihkan pasca air pasang surut. “Syukurnya saat air pasang ini tidak hujan. Kalau hujan pasti banjir lagi,” ujarnya.
Baca juga: Di Malinau Bencana Banjir Urutan Pertama Disusul Tanah Longsor, Kecamatan Mentarang Paling Rawan
Bahar mengakui, setiap kali ada air pasang naik, biasanya menemukan hewan melata seperti ular dan ikan.
“Kalau ularnya diusir warga kembali ke laut. Kalau efeknya di warga dengan banjir ini ya gatal-gatal karena air asin,” bebernya.
Selain Bahar, ada pula Kamid, warga RT 1 Kelurahan Gunung Lingkas. Ia mengakui untuk rumah miliknya tidak ikut terendam di bagian depan. Namun di bagian belakang kadang ayam miliknya ikut terendam.
Baca juga: Sering Alami Banjir, Dinas Sosial Kaltara Bakal Bentuk Kampung Siaga Bencana di Kabupaten Malinau
Ia mengakui memang setiap tahun sekali terjadi air pasang sampai masuk ke badan jalan atau aspal di Jalan Kusuma Bangsa. Pemandangan ini bagi warga di sana menurutnya sudah biasa.
“Kalau kerugian Cuma terendam saja,” pungkasnya.
(*)
Penulis: Andi Pausiah