Berita Tarakan Terkini
Dapat Alat Bantu Dengar, Hadi Penyandang Tuna Rungu Sangat Senang: Pernah Jatuh Saat Masih Bayi
Hadi girang tak terkira. Ia akhirnya bisa mendengar suara orang-orang sekitarnya usai mengenakan alat bantu dengar yang diterima dari Mensos RI belum
Penulis: Andi Pausiah | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN – Hadi girang tak terkira. Ia akhirnya bisa mendengar suara orang-orang sekitarnya usai mengenakan alat bantu dengar yang diterima dari Mensos RI belum lama ini.
Ia diketahui sejak bayi, atau saat itu umur belum genap satu tahun mengalami gangguan pendengaran karena mengalami kecelakaan.
“Pernah jatuh waktu umur belum sampai setahun. Dan setelah itu dia tidak mendengar lagi,” ungkap Soni Lolong mewakili awak media saat bertanya kepada Hadi, anggota Komunitas Difabel Tarakan yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama Disabilitas Batik (Kubedistik) Tarakan.
Baca juga: Sambangi Rumah Batik Disabilitas, Mensos Risma Borong Batik Khas Tarakan, Soni: Surprise Awal Tahun
Ini kali pertamanya Hadi menggunakan alat ini, untuk pertama kalinya pula akhirnya kembali bisa mendengarkan suara-suara di sekitarnya.
Dikatakan Soni, pembina Kubedistik Tarakan, kesehariannya Hadi dikenal rajin dan bertanggung jawab. Memiliki kreativitas yang cukup tinggi saat bekerja.
Tugasnya sendiri kata Soni, mulai dari membuat kain polos menjadi kain batik. Istilahnya kata Soni, jika di bangku kuliah, Hadi bisa mendapatkan predikat cumlaude untuk selevel kondisinya yang memiliki keterbatasan pendengaran.
Baca juga: 47 Formasi Dibuka Empat Tidak Terisi, BKPSDM Tarakan Beber Jalur Disabilitas Masih Ada Harapan
“Batik tulis, batik cap semua banyak hasil karyanya. Sudah tidak terhitung. Dia pintar melukis, bakatnya di situ,” ujarnya.
Ia saat ini juga sudah membuka usaha berupa rumah produksi batik. Memang tidak dalam berbentuk gallery namun saat ini rumah produksinya sudah berjalan dan sudah memiliki juga banyak pesanan.
Modalnya sendiri diakui Soni dibantu dari Kelompok Usaha Bersama Disabilitas Batik (Kubedistik) Tarakan. Mulai dari kain, cat dan lainnya.

“Dia sudah cumlaude untuk pewarnaan, pengecatan. Kalau belajar di Kubedistik itu belum sampai dua tahun dan sudah bisa produksi sendiri. Tapi saya memang genjot dia, dan kami bantu pasarkan,” urainya.
Bahkan terakhir kali bertandang ke kediaman Hadi, oleh orangtua Hadi menyampaikan keinginan untuk membuka gallery.
“Saya support banget. Tujuan akhir saya membina mereka, mereka buka usaha sendiri dan saya dan mereka nantinya bisa menjadi mitra. Jadi bukan mereka kerja dengan saya,” jelasnya.
Ia juga menilai dari sisi karya, kacamata pembatik profesional memang masih dikatakan masih jauh. Namun di kondisi keterbatasan, Soni justru menilai sangat sempurna menurutnya.
Baca juga: 15 Link Twibbon Hari Disabilitas Internasional, Bagikan pada Jumat 3 Desember
Hasil batik sendiri dihargai Rp 325 ribu per lembar untuk batik cap. Untuk batik tulis kisaran Rp 600 ribu sampai Rp 1 juta.
“Batik tulis, batik cap semua dia bisa,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan pada18 Januari 2022 kemarin, perwakilan Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Kemensos RI bertandang ke Tarakan dalam rangka memberikan bantuan.