Berita Tarakan Terkini

Kasus Asusila Korban di Bawah Umur, Psikolog Fanny Sumajouw Nilai Ada Degradasi Moral

Dua kasus terbaru melibatkan tindak asusila terhadap belasan korban yang rerata berusia di bawah umur saat ini masih ditangani Polres Tarakan.

Penulis: Andi Pausiah | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM/ ANDI PAUSIAH
Psikolog Fanny Sumajouw, S.Psi, Psi. 

“Ada yang tertekan secara psikologis, seperti ketakutan terhadap pandemic ini, sehingga berakibat kepada fisikly. Mulai dari tidak mau makan, atau mungkin mengonsumsi obat berlebih. Kemudian jadi gamers (maniak gaming) untuk mengurangi stres atau menghilangkan kecemasan berlebih bahkan untuk melupakan rasa takut itu sehingga larinya ke hal-hal seperti itu,” lanjutnya.

Lalu pada satu kondisi, ada yang karena ini berkaitan dengan pandemi, mengharuskan semua berjarak dan justru sering berada di rumah. Orang-orang yang sebelumnya terbiasa beraktivitas di luar kini jadi berdiam diri di rumah. Untuk menghilangkan rasa bete atau istilah saat ini gabut, pelariannya pasti ke android.

“Sekarang kan gadget yang benar-benar menjadi momok. Nah di dalam penggunaan gadgeting itu, kalau diamati banyak kaitannya. Penggunaan game menghilangkan gabut di rumah, itu kan digunakan orang untuk bermacam -macam fungsi,” urainya.

Ada yang memanfaatkan android untuk berkomunikasi, ada yang hanya digunakan untuk scrool media sosial FB, Tiktok, Twiter, Instagram, YouTobe.

“Ada dipakai gaming. Ada yang jadi youtuber dadakan. Nah ada juga yang kemungkinan mengonsumsi film liar yang tidak sepantasnya sampai mendowload segala macam. Yang memang mungkin bisa membuat dia menghilangkan kegabutan sesuai keinginannya. Nah, Kalau dasarnya jalan pikirannya sudah bias dan terganggu kemudian mengonsumsi film yang memang unfaedah, ini juga jadi awal mula bisa mendorong menjadi pelaku kekerasan seksual,” bebernya.

Lantas apakah terlepas korbannya laki-laki atau perempuan? Psikolog Fanny menjelaskan, dalam berbagai kasus pengalaman yang ditanganinya, jenis kelamin tidak melihat korelasi untuk melakukan tindak asusila, bisa korbannya perempuan dan laki-laki.

Lebih lanjut dikatakannya, pandemi ini berimbas pada semua kalangan baik perempuan dan laki-laki, mereka mengalami stressor yang sama.
Jika mereka kreatif dan positif, misalnya pada perempuan atau ibu-ibu, mereka bisa memanfaatkan situasi pandemic dengan berjualan online artinya menjadi produktif. Namun bisa juga mentalnya down, mengalami gangguan psikologis. Banyak juga yang tidak bisa survive dan mengalami gangguan psikologis,” urainya.

Baca juga: Polisi Beber Kasus Asusila di KM Bukit Siguntang, Wajah Pelaku Sempat Dilihat Korban Sebelum Kabur

Namun yang sulit ditebak, bagaimana pria dengan stressor yang sama, tetapi lebih memilih lari kepada pelampiasan kebutuhan biologis atau menjadi gamers yang ketagihan game online.

Aktivitas di depan gadget yang berlebihan bisa menuntun mereka pada hal-hal yang tidak diinginkan. Terutama bagi yang tidak punya pekerjaan tetap, sejak dulu menganggur dan punya kebiasaan berpikir negatif untuk kesenangan.

Ia juga menambahkan sedikit, kecenderungan rata-rata pria memiliki tingkat libido yang lebih tinggi daripada wanita. Sehingga menyebabkan prosentase pelaku kekerasan seksual lebih banyak pria dibandingkan wanita.

Sehingga pada akhirnya kata Psikolog Fanny melihat kasus-kasus asusila ini, bisa dikatakan karena adanya pergeseran-pergeseran atau degradasi moral dengan kondisi mindset atau cara berpikir yang sudah bias.

“Dan itu disebabkan karena stressor (sumber stresnya) sudah bermacam-macam dan campur aduk,” pungkasnya.

(*)

Penulis: Andi Pausiah

Sumber: Tribun Kaltara
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved