Berita Kaltara Terkini

Cerita Sekdes Long Peso Kunjungi Cina 10 Tahun Lalu, Masih Ragu dengan Proyek Bendungan PLTA Kayan

Sekretaris Desa Long Peso, Ding, masih ingat kunjungan perdana dirinya ke Cina pada satu dekade lalu. Ding, bersama sejumlah pejabat Pemkab Bulungan,

Penulis: Maulana Ilhami Fawdi | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM/ MAULANA ILHAMI FAWDI
Sekretaris Desa Long Peso, Ding 

TRIBUNKALTARA.COM, TANJUNG SELOR - Sekretaris Desa Long Peso, Ding, masih ingat kunjungan perdana dirinya ke Cina pada satu dekade lalu. Ding, bersama sejumlah pejabat Pemkab Bulungan, perwakilan masyarakat, dan juga perwakilan pemerintah desa, berangkat ke Cina pada tahun 2012 lalu.

Kunjungan yang diprakarsai oleh investor PLTA Kayan yakni PT KHE itu dalam rangka melihat operasional bendungan di Yichang, yang membendung sungai terbesar di Cina yakni sungai Yangtze.

Di sana, Ding menyaksikan keunggulan teknologi yang dimiliki oleh bendungan, mulai dari kemegahannya, hingga kemampuan teknologi ship lift, yang memungkinkan perahu mampu melintasi bendungan. Selama di sana, Ding dan rombongan dipandu oleh pemandu wisata yang bisa berbahasa Indonesia.

Baca juga: Sebelum Lakukan Survey Pembangunan PLTA di Kecamatan Peso, FFI Izin ke Bupati Bulungan Syarwani

"12 hari hingga kembali ke sini, kami berangkat dari Jakarta, transit di Hongkong lalu lanjut ke Beijing. Kita juga dibawa ke tempat wisata dan bersejarah, ke museum juga, lalu kita berangkat ke Yichang, tempat bendungan itu, itu di sungai Yangtze," kata Ding, Jumat (21/1/2022).

"Bendungan itu ada dua pintu, depan dan belakang, kapal pesiar tiga tingkat itu antre, kalau air surut, satu kapal masuk, jadi pakai sistem hidrolik airnya naik sampai pintu depan terbuka, ada akses di situ, kalau pintu lagi ditutup itu bisa dilalui oleh motor untuk akses jalan. Kami waktu itu masuk di dalam kapal jadi tahu kalau ada antrian itu, jadi diatur keluar masuknya kapal itu," terangnya.

Usai mengunjungi bendungan, Ding dan rombongan diajak untuk mengunjungi pusat perekonomian di Cina, yakni Kota Shanghai. Menurut Ding, Cina adalah negara yang cukup maju, bahkan pertanian di sana seperti di Wuhan hampir sepenuhnya menggunakan teknologi mesin.

Baca juga: Menengok Kondisi Terkini Bekas Lokasi Groundbreaking PLTA Kayan 1, Terlihat Banyak Kontainer Kosong

"Setelah itu kami ke Shanghai, waktu itu dikatakan itu pusat perekonomian di Shanghai, kalau Beijing kan pusat pemerintahan kaya di Jakarta, kalau Shanghai model Surabaya lah," ujarnya.

"Kami juga lewati Wuhan yang sekarang Covid-19, itu daerah pertanian dan industri, tanah pertaniannya luas, sejauh mata memandang mendatar itu pertanian, dan pertanian itu modern pakai mesin," katanya.

Kendati telah berkunjung ke Cina dan menyaksikan kehebatan teknologi bendungan di sana, Ding dan juga masyarakat Desa Long Peso masih meragukan keamanan dari bendungan PLTA Kayan, seandainya megaproyek di Kaltara itu rampung dikerjakan.

Plang PT Kayan Hydro Energy bersebelahan dengan lima buah tugu lima bermotif khas Dayak dengan burung enggang di atasnya di lokasi bekas groundbreaking PLTA Kayan pada 2014 lalu.
Plang PT Kayan Hydro Energy bersebelahan dengan lima buah tugu lima bermotif khas Dayak dengan burung enggang di atasnya di lokasi bekas groundbreaking PLTA Kayan pada 2014 lalu. (TRIBUNKALTARA.COM/ MAULANA ILHAMI FAWDI)

Salah satu yang diragukan dan dikhawatirkan ialah bila bendungan untuk PLTA Kayan yang membendung aliran sungai Kayan itu jebol. Desa Long Peso yang berlokasi di hilir bendungan, akan menjadi lokasi pertama yang dihantam bencana banjir bah, jika PLTA tersebut jebol.

"Itu menjadi keraguan bagi masyarakat, karena kita tidak tahu sejauh mana kekuatan konstruksi bangunan di tempat kita apakah sama dengan yang dibangun di Cina?" tanya Ding.

"Kemudian kondisi kita yang ada di hilir bendungan, kita juga meragukan mungkin adanya potensi bendungan jebol, karena ini perbuatan manusia, keahlian manusia membuat bendungan akan mengubah kondisi alam yang ada, kita tidak tahu sejauh mana kekuatan yang sudah disiapkan untuk menangkal kekuatan alam itu, itu yang menjadi keraguan kami," ungkapnya.

Baca juga: Pembangunan PLTA Kayan, Camat Peso Jonilius Beber Progres Pengerjaan Gudang Bahan Peledak

Tak sampai di sana, keraguan Ding dan juga warga Desa Long Peso ialah mengenai tenaga kerja yang nantinya digunakan dalam proyek PLTA Kayan, selain itu keraguan Ding juga terletak pada pembangunan PLTA Kayan yang hingga saat ini belum menunjukan progres yang signifikan.

"Pertanyaan kita, apakah orang-orang yang membangun bendungan yang saat itu di Cina, juga sama dengan di sini? Apakah mereka akan mendatangkan orang-orang yang sama untuk di sini? Lalu kekuatan struktur bendungan, lalu kekuatan kualitas material yang kita gunakan di sini sama tidak dengan di sana? itu keraguan kita," sambungnya.

Terpisah, Seksi Pemerintahan Desa Long Peso Joni mengatakan, keraguan dan kekhawatiran akan proyek PLTA Kayan disebabkan belum adanya sosialisasi dari pihak PT KHE kepada masyarakat luas.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltara
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved