Berita Daerah Terkini
Dijuluki Dokter Seribu Rupiah, Sudah 46 Tahun Layani Warga Papua, Pernah Dibayar Sagu & Kayu Bakar
Dijuluki Dokter Seribu Rupiah, Fransiskus Xaverius Soedanto sudah 46 tahun melayani warga Papua, pernah dibayar dengan sagu dan kayu bakar.
TRIBUNKALTARA.COM - Dijuluki Dokter Seribu Rupiah, Fransiskus Xaverius Soedanto sudah 46 tahun melayani warga Papua, pernah dibayar dengan sagu dan kayu bakar.
Sudah pensiun sejak tahun 2013 lalu, tak membuat Fransiskus Xaverius Soedanto, pria yang dijuluki Dokter Seribu Rupiah tetap saja melayani warga Papua.
DIceritakan, sejak tahun 1975 setelah Fransiskus Xaverius Soedanto lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, langsung melayani kesehatan warga pedalaman Papua.
Asmat, menjadi lokasi penugasan pertama Fransiskus Xaverius Soedanto saat tiba di Papua.
Baca juga: Kisah Mendiang Serda Rizal, TNI yang Gugur di Papua, Rajin Puasa Senin Kamis, Sudah Rencana Menikah

Sejak tamat dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada pada 1975, Fransiskus Xaverius Soedanto mendaftar Program Dokter Inpres dan dinyatakan lulus di tahun yang sama.
Soedanto muda mendapat penempatan di Asmat, Irian Jaya, atau sekarang dikenal Papua.
"Begitu SK Gubernur keluar 1975, saya ke Asmat dan jadi dokter di rumah sakit peninggalan Belanda," tutur pria kelahiran Kebumen, Jawa Tengah, itu.
Terhitung, 6 tahun Soedanto melayani masyarakat di Asmat.
Berjalan kaki masuk – keluar hutan dan rawa, Soedanto mengecek kesehatan masyarakat dari satu kampung ke kampung lainnya.
Bahkan, saat melalui luasnya hutan Asmat untuk menjangkau para pasien, Soedanto hanya mengkonsumsi makanan seadanya.
"Saya hanya makan sagu dan ikan, sebab tidak ada sayur di sana, karena daerahnya rawa," ujarnya.
Baca juga: KRONOLOGI dan Identitas Anggota TNI AD Gugur saat Baku Tembak di Yahukimo dengan KKB Papua
Tapi, selama di Asmat, saya tidak sendiri. Saya ditemani beberapa tenaga medis masyarakat asli di sana," terang Soedanto kepada Tribun-Papua.com, di Jayapura, Jumat (21/01/2022).
Soedanto menceritakan masyarakat Asmat hidup dengan nilai budaya yang kental, bahkan mereka masih memakai pakaian berbahan dasar rumput.
“Selama melayani, banyak masyarakat tak mampu. Mereka hanya membayar dengan sagu, ataupun kayu bakar dari hutan," katanya.
Berita Daerah Terkini
TribunKaltara.com
Dokter Seribu Rupiah
Papua
kayu bakar
sagu
Fransiskus Xaverius Soedanto
Soedanto
Universitas Gadjah Mada
Hendak Salip Kendaraan di Depannya, Mobil Tabrak Motor di Balikpapan, Korban Tewas di Tempat |
![]() |
---|
Kantor Jasa Ekspedisi di Palaran Terbakar, Petugas Pemadam Temukan Tandon Berisi BBM Solar |
![]() |
---|
Ular Piton 4 Meter Berkeliaran di Tempat Umum Resahkan Warga, Disdamkartan Bontang Turun Tangan |
![]() |
---|
Inilah Dua Pelajar Asal Balikpapan dan Bontang, Calon Anggota Paskibraka Nasional Wakil Kaltim |
![]() |
---|
Kisah Ruspendy, Guru Honor di Perbatasan Kaltim, Ambil Bahan di Hutan buat Praktik Belajar di Kelas |
![]() |
---|