Perang Rusia dan Ukraina
Invasi Rusia ke Ukraina Pecah, Kontraksi Pasar Global Dimulai, Rupiah Langsung Dikabarkan Melemah
Perhatian masyarakat internasional kini tertuju pada invasi yang baru saja digencarkan Rusia kepada Ukraina.Kondisi ini tak pelak memicu kontraksi pad
Peristiwa ini pun langsung berpengaruh pada perekonomian dunia.
Pasar Rusia dan Ukraina pun terjun bebas. Rubel melemah hampir 7% menjadi 86,98 per dolar AS yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Dikutip dari Kontan, Indeks MOEX Rusia runtuh sebanyak 45% pada hari Kamis, dengan pasar kehilangan lebih dari U$ 250 miliar kapitalisasi pasar.
Bank sentral Rusia kemudian memerintahkan larangan short selling dan pasar over-the-counter sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Lalu, indeks pan-Asia turun 2,6%, Indeks STOXX 600 Eropa mengekor turun 2,75%. Kinerja saham Uni Eropa ini mencapai level terendah sejak Mei 2021 dan 10% di bawah rekor tertinggi Januari.
Kinerja DAX Jerman ikut melorot 3,7% lantaran negara ini memang sangat bergantung pada pasokan energi Rusia. Begitupun dengan hubungan dagang yang besar ke Rusia.
Lonjakan harga minyak membantu membatasi kerugian pada FTSE 100 yang menjadi acuan bagi investasi Inggris. Namun indeks ini juga mengalami penurunan hingga 2,68%. Adapun S&P 500 e-mini turun 2% dan Nasdaq futures turun 2,8%.
"Di masa lalu ketika Anda mengalami gejolak geopolitik, Anda cenderung memiliki periode yang sangat fluktuatif di pasar saham. Lalu terjadi normalisasi, tetapi sulit untuk menilai kapan akan terjadi," kata manajer portofolio LGIM Justin Onuekwusi.
Kinerja saham di kawasan Asia juga kompak memerah. Nikkei 225 Index turun 1,81%. Hang Seng Index Hong Kong melorot 3,21%. Sedangkan Shanghai Composite Index melemah 1,70%. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Jakarta juga mengikuti tren global yang terkoreksi 1,48%.
Bagaimana dengan Indonesia?
Nilai tukar mata uang Rupiah sore ini ditutup melemah 54 point di level Rp14.391 dari sebelumnya di level Rp14.337.
Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi namun ditutup melemah direntang Rp14.370 hingga Rp14.420
Pengamat pasar uang sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, hal tersebut efek dari menguatnya Dolar Amerika Serikat (AS), yang juga menguat terhadap mata uang lainnya.
Menguatnya Dolar AS disebabkan oleh konflik yang terjadi oleh 2 negara di benua biru, yakni Rusia dan Ukraina.
“Dolar menguat terhadap mata uang lainnya pada Kamis, setelah Ukraina mengumumkan keadaan darurat dan Rusia mengirim pasukan ke Ukraina timur,” jelas Ibrahim, Kamis (24/2/2022).