Perang Rusia dan Ukraina

Serangan Rusia Diawali Bunyi Sirine yang Terdengar Seantero Ukraina, WNI Ceritakan Suasana Mencekam

Seorang Warga WNI di Ukraina bernama Benni Sitanggang menceritakan kondisi di tempat tinggalnya dengan serangan yang diterima dari Rusia.

Twitter @Conflicts
Pesawat angkut militer An-26 Ukraina ditembak jatuh di wilayah Kiev antara desa Zhukivtsi dan Trypillya di distrik Obukhiv. Ada 14 orang di dalamnya, 5 orang tewas. (Twitter @Conflicts) 

TRIBUNKALTARA.COM - Seorang Warga Negara di Indonesia atau WNI di Ukraina bernama Benni Sitanggang menceritakan kondisi di tempat tinggalnya dengan serangan yang diterima dari Rusia.

Operasi militer Rusia ke Ukraina tercatat menjadi serangan terbesar di Eropa setelah Perang Dunia kedua.

Serangan Rusia ke Ukraina dimulai pada Kamis (24/2/2022) dini hari waktu setempat.

Invasi Rusia diawali dengan suara sirine yang terdengar hampir di seantero Ukraina.

Benni yang tinggal di Ukraina Barat tepatnya di Kota Ternopil, melalui channel Youtubenya Benni Sitanggang menyampaikan bunyi sirine membuatnya merinding.

Dalam video yang dibagikan di Youtubenya tersebut, Benni merekam suasana di sekitar tempat tinggalnya dan terdengar suara sirine.

Video tersebut direkam Benni pukul 8.30 pagi waktu setempat.

Baca juga: Rudal Vladimir Putin Menyerbu, Serangan Rusia ke Ukraina Terbesar di Eropa Setelah Perang Dunia II

Dia menyebut, sirine tersebut adalah tanda atau peringatan perang sudah dimulai.

Beberapa kota di Ukraina, kata Benni, sudah diserang.

Dia dan keluarganya pun telah bersiap meninggalkan kota tempat tinggalnya ke daerah yang lebih aman jika kondisi semakin mencekam.

Militer setempat dijelaskan Benni, sudah mulai berjuang untuk mempertahankan wilayah Ukraina.

Benni pun mengaku kaget saat mendengar suara sirine alarm serangan Rusia dimulai.

“Di setiap kota di Ukraina ada suara sirine yang sama untuk peringatan agar kita tetap waspada,” jelas Benni.

Serangan dilakukan setelah Rusia mengakui kedaulatan Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Lugansk (LPR) yang memproklamirkan diri telah merdeka.

Baca juga: Ancaman Mengerikan Putin untuk Negara yang Ikut Campur Konflik Rusia-Ukraina, Termasuk Indonesia?

Pasukan Rusia menyerbu Ukraina melalui darat, laut, dan udara pada Kamis (24/2/2022) dalam serangan terbesar oleh satu negara terhadap negara lain di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.

Apa yang menyebabkan Rusia menyerang Ukraina?

Seperti diketahui, wilayah yang sekarang disebut Ukraina, Rusia, dan Belarusia adalah bagian dari Kievan Rus.

Kievan Rus adalah negara adidaya abad pertengahan yang berpusat di tepi Sungai Dnieper, hampir 1.200 tahun yang lalu.

Namun Rusia dan Ukraina memiliki bahasa, sejarah dan politik yang berbeda.

Presiden Rusia Vladimir Putin telah berulang kali mengklaim bahwa Rusia dan Ukraina adalah "satu", bagian dari "peradaban Rusia" yang juga mencakup negara tetangga Belarusia.

Sementara itu, Ukraina menolak klaim Putin tersebut.

Ukraina mengalami dua revolusi pada 2005 dan 2014.

Keduanya menolak supremasi Rusia.

Ukraina malah mencari jalan untuk bergabung dengan Uni Eropa dan NATO (North Atlantic Treaty Organization) atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara.

Putin pun sangat marah dengan kemungkinan adanya pangkalan NATO di perbatasannya jika Ukraina bergabung dengan aliansi tersebut.

Sebab NATO adalah aliansi militer yang didirikan lantaran persaingan blok Barat dengan Uni Soviet dan sekutunya pasca-Perang Dunia II.

Anggota NATO diisi negara-negara sekutu Amerika seperti Inggris.

Konflik Rusia dan Ukraina 2014

Konflik Rusia dan Ukraina sebenarnya telah terjadi sejak 2014.

Saat itu, Ukraina menggulingkan presiden yang pro-Rusia yakni Viktor Yanukovych.

Pelengseran Yanukovych menyebabkan konflik dalam pemerintahan Ukraina yang terbagi menjadi dua golongan yaitu pendukung Uni Eropa dan pendukung Rusia.

Putin pun menggunakan kekosongan kekuasaan untuk mencaplok Krimea dan mendukung pemberontakan dari golongan separatis atau pendukung Rusia di provinsi tenggara Donetsk dan Luhansk.

Campur tangan Rusia atas permasalahan Ukraina didasarkan pada kepentingan politik dan ekonomi.

Letak geopolitik Crimea yang strategis ingin dimanfaatkan Rusia untuk memperkuat pengaruh di kawasan Eropa Timur dan Timur Tengah.

Konflik Rusia dan Ukraina tersebut berubah menjadi perang terpanas di Eropa.

Serta telah menewaskan lebih dari 13.000 orang dan jutaan orang mengungsi.

Saat konflik Rusia dan Ukraina tahun 2014, militer Ukraina kekurangan perlengkapan dan demoralisasi, sementara pemberontak memiliki “konsultan” dan persenjataan Rusia.

Namun pada konflik Rusia dan Ukraina saat ini, Ukraina jauh lebih kuat secara militer dan ribuan sukarelawan yang membantu mengusir separatis siap untuk melakukannya lagi.

Ukraina membeli atau menerima persenjataan canggih dari Barat dan Turki, termasuk rudal Javelin yang terbukti mematikan bagi tank separatis.

Serta drone Bayraktar yang memainkan peran penting dalam perang tahun lalu antara Azerbaijan dan Armenia.

Sementara itu, Ukraina telah mendorong pembangunan domestik dan produksi senjata beberapa di antaranya sama efektifnya dengan persenjataan Barat.

Dimensi ekonomi konflik Rusia dan Ukraina

Terlepas dari alasan ideologis dan politik, ada dimensi ekonomi dibalik konflik Rusia dan Ukraina.

Putin telah mati-matian memaksa Ukraina menjadi anggota dalam blok perdagangan bebas yakni Uni Ekonomi Eurasia (EAEC) yang didominasi Rusia.

Baca juga: Serangan Militer Rusia ke Ukraina, 40 Jiwa Dilaporkan Meninggal, Korban Diperkirakan Terus Bertambah

Uni Ekonomi Eurasia (EAEC) menyatukan beberapa negara bekas Republik Soviet dan secara luas dipandang sebagai langkah pertama untuk mereinkarnasi Uni Soviet.

Dengan populasi 43 juta dan hasil pertanian dan industri yang kuat, Ukraina seharusnya menjadi bagian terpenting dari EAEC setelah Rusia, tetapi Ukraina menolak untuk bergabung.

Mengacu pada teori ekonomi model Paul Krugman, untuk menciptakan pasar swasembada, seseorang membutuhkan populasi sekitar 250 juta.

Sehingga, Ukraina dan Uzbekistan (dengan populasi 34 juta) perlu dimasukkan dalam "reinkarnasi Uni Soviet" tersebut.

Itu sebabnya ada perang geo-politik permanen di sekitar negara-negara ini termasuk memicu konflik Rusia dan Ukraina. Ekonomi Ukraina tenggelam setelah memutuskan hubungan dengan Rusia, yang pernah menjadi mitra ekonomi terbesarnya.

Tetapi tujuh tahun setelah konflik, resesi berakhir, karena harga dunia untuk biji-bijian dan baja sebagai ekspor utama Ukraina mulai meroket sehingga memulihkan kondisi ekonomi Ukraina.

Itulah penjelasan mengenai ada apa dengan Rusia dan Ukraina serta penyebab konflik Rusia dan Ukraina.

(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved