Berita Islami

Momen-momen Penuh Duka Rasulullah Jelang Peristiwa Isra Miraj Bertemu Allah

Berikut kisah penuh duka Rasulullah SAW Jelang Peristiwa Isra Miraj bertemu Allah SWT.

Fingerspot
Ilustrasi Isra Miraj. 

TRIBUNKALTARA.COM - Berikut kisah penuh duka Rasulullah SAW jelang Peristiwa Isra Miraj bertemu Allah SWT.

Ada dua peristiwa penting yang melatarbelakangi terjadinya Isra Miraj Nabi Muhammad SAW.

Dua peristiwa itu amat berkesan dalam hati beliau, peristiwa yang diliputi dengan duka yang senantiasa menekan dadanya sebelum mengalami momen istimewa bertemu Allah SWT melalui Isra Miraj.

Dikutip dari TribunKaltara.com dari situs resmi Nahdlatul Ulama, demikian berat peristiwa itu dirasakan oleh Nabi, sehingga para ahli sejarah menyebutnya dengan istilah “Aam al-Huzni” atau tahun kesedihan.

Peristiwa pertama adalah wafatnya Abu Thalib, seorang paman yang sangat dicintai, paman yang selama bertahun-tahun memeliharanya. Sejak beliau berusia delapan tahun sampai diantar ke gerbang kebahagiaan ketika ia menikah dengan Khadijah dalam usia 25 tahun.

Baca juga: 8 Hikmah di Balik Peristiwa Isra Miraj Rasulullah, Termasuk Pentingnya Salat dalam Islam

Abu Thalib sangat mencintai Nabi, ia senantiasa melindungi dari berbagai tantangan dan rongrongan yang datang dari kaum musyrik Quraisy. Ia yang menjadi pelindung dan perisai bagi Nabi dari segala tindakan musuh. Ia juga pemimpin Quraisy yang amat berwibawa dan disegani berbagai kalangan.

Peristiwa kedua adalah wafatnya Sayyidah Khadijah, istri yang sangat beliau cintai dan ia pun sangat mencintainya. Istri yang senantiasa mendampinginya selama bertahun-tahun dalam segala suka dan duka.

Khadijah adalah wanita bangsawan Quraisy yang memiliki sifat keibuan yang luhur. Ia selalu berusaha membahagiakan Nabi dalam segala kehidupannya dan senantiasa mendukung kegiatan-kegiatan yang dilakukannya.

Perananan Khadijah begitu besar dalam perjuangan Nabi Muhammad. Ia senantiasa menghibur Nabi dari segala kesedihannya. Ia juga selalu berusaha membela Nabi dari segala rintangan dan tantangan.

Sampai Khadijah wafat, Nabi tidak pernah nikah dengan siapapun, dialah istri satu-satunya yang beliau cintai. Demikian besarnya cinta dan kasih sayang Nabi pada Khadijah, sehingga setelah ia wafat Nabi selalu mengingatnya.

Setelah Nabi menikah dengan Aisyah sepeninggal beliau, meskipun Aisyah seorang wanita yang sangat cantik dan cerdas, ia tidak bisa menggeser kedudukan Khadijah dalam diri Nabi.

Baca juga: Kisah Menarik di Balik Isra Miraj, Ini Doa Sambut Peringatan Turunnya Perintah Salat kepada Nabi

Mengenai Khadijah yang kedudukannya tidak bisa digeser siapapun di samping Nabi, beliau mengatakan: “Allah tidak menggantikan untukku seorang yang lebih baik dari Khadijah, ia seorang yang pertama kali beriman kepadaku, pada saat orang lain mendustakan aku.

Ia yang senantiasa mencintaiku tatkala banyak orang membenciku. Ia korbankan harta kekayaannya dalam rangka membela agama”.

Setelah kehilangan dua orang yang dicintainya itu, Nabi Muhammad semakin menjumpai berbagai kesulitan.

Tekanan orang-orang Quraisy dirasakan semakin keras saja. Dua peristiwa di atas akan meninggalkan luka yang parah dalam jiwa manusia, bagaimanapun ia kuat dan tabahnya. Ia akan menimbulkan benih-benih keputusasaan dalam jiwa seseorang, andaikata tidak dibekali dengan iman yang kuat.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved