Ramadan

Cegah Menstruasi dengan Minum Obat di Bulan Ramadan, Begini Hukumnya Dijelaskan Buya Yahya

Begini hukum minum obat pencegah menstruasi di bulan Ramadan dijelaskan Buya Yahya.

Tribun Pontianak
Ilustrasi Ramadan. 

TRIBUNKALTARA.COM - Begini hukum minum obat pencegah menstruasi di bulan Ramadan dijelaskan Buya Yahya.

Bulan suci Ramadan 2022 sisa menghitung hari.

Pengurus Pusat Muhammadiyah sudah memutuskan jadwal Ramadan 2022 Masehi 1443 H tahun jatuh pada 2 April.

Namun, pemerintah dan ormas Islam terbesar di Indonesia, Nahdatul Ulama (NU) secara resmi belum mengumumkan jadwal Ramadan 2022.

Jadwal Ramadan 2022 diumumkan Muhammadiyah dalam Maklumat PP Muhammadiyah Nomor 01/MLM/I.0/E/2022 tentang penetapan hasil hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1443 Hijriah.

Pada bulan Ramadan, ada kaum hawa yang merasa sayang harus meninggalkan puasa karena siklus bulanan menstruasi.

Demi berpuasa penuh di bulan Ramadan, bahkan ada yang rela meminum obat penahan menstruasi.

Lalu, bolehkan perempuan minum obat pencegah menstruasi agar dapat melaksanakan puasa satu bulan?

Menanggapi hal itu, Buya Yahya mengingatkan agar tak terbawa hawa nafsu saat melakukan suatu ibadah.

"Beribadah tak boleh mengikuti hawa nafsu. Hai para wanita sholehah memangnya dirimu protes dengan haid? Haid itu diberikan Allah kepada wanita demi kesehatannya," ucap Buya Yahya dilansir Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Al-Bahjah TV.

Baca juga: Lupa Jumlah Utang Puasa Ramadan Tahun Lalu? Simak Cara Menggantinya

Buya Yahya menambahkan, darah haid yang keluar setiap bulan adalah berupa kotoran yang wajib dikeluarkan.

Ini sebagaimana buang air kecil dan juga buang air besar untuk kebersihan. Jika seseorang minum obat penvegah haid sama halnya diibaratkan seseorang yang minum obat pencegah kencing dan berak agar wudhunya tidak batal.

"Haid biarkan seperti itu, pahalamu tidak akan dikurangi, tidak usah melawan kodrat," tegasnya.

Buya menambahkan haid merupakan sesuatu yang normal dan fitrah bagi wanita.

Kesempurnaan puasa Ramadhan sendiri menurut Buya tidak dalam bentuk dhohir, tetapi kepasrahan seorang hamba kepada Allah.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved