Berita Tarakan Terkini

Kenaikan Harga Bawang Merah Berdampak ke Petani Tarakan, Elang Buana Beberkan Hal Ini

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Tarakan Elang Buana membenarkan terjadi kenaikan harga bawang beberapa pekan terakhir. Petani tak menanam.

Penulis: Andi Pausiah | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM/ ANDI PAUSIAH
Tampak kondisi bawang merah yang harus cepat dipanen petani Tarakan. 

TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN – Pihak Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Tarakan membenarkan terjadi kenaikan harga bawang beberapa pekan terakhir.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Tarakan, Elang Buana membeberkan selain harga mahal dari wilayah asal, kondisi di Tarakan saat ini banyak petani tidak melakukan penanaman bawang dan lebih memilih menanam komoditas yang berpotensi memberikan keuntungan lebih.

Ia menjelaskan, kebutuhan bawang sendiri per bulan di Tarakan secara normal berbeda dengan menjelang hari besar seperti Idul Fitri. Per minggu sendiri di bulan biasa mencapai 16,5 ton.

Baca juga: Harga Cabai dan Bawang Merah Makin Mahal di Pasaran Nunukan, Warga Melirik Produk Malaysia 

“Masih normal menurut saya. Kita masuk ke Tarakan itu 19 ton seharusnya cukup sebenarnya. Tapi harga dari sana sudah mahal. Didatangkan dari Sulawesi dan Jawa,” aku Elang.

Bawang merah dipasok dari Surabaya juga ada selain dari Sulawesi. Untuk bawang dari Sulawesi ukurannya cukup besar dan dari Jawa relative kecil namun tingkat kualitasnya lebih baik dari Jawa.

Lebih jauh ia mengungkapkan, meskipun sudah ada bantuan bibit misalnya, tetap tidak berjalan jika dari para petani tidak melakukan penanaman.

Baca juga: Harga Bawang Merah di Kota Tarakan Tembus Rp 65 Ribu per Kilogram, Pasokan dari Sulawesi Kosong

“Kalau tidak mau dan tidak menguntungkan petani tidak akan menanam komoditas tersebut.
Berbicara soal swasembada sendiri, di Tarakan sudah ada upaya dilakukan meski harga jual hasil panen tetap mengikuti harga di pasaran.

Adapun hasil produksi pun diakuinya sudah membaik. Namun lanjut Elang, petani juga memikirkan keuntungan.

“Kemudian tingkat kesusahan. Seperti contoh kedelai ditanam, dan tidak menanam terus, alasan petani ingin cari yang mudah,” ujarnya.

Tampak kondisi bawang merah yang harus cepat dipanen petani Tarakan.
Tampak kondisi bawang merah yang harus cepat dipanen petani Tarakan. (TRIBUNKALTARA.COM/ ANDI PAUSIAH)

Bawang merah juga demikian, pasca panen yang dipikirkan. Karena harus dikeringkan dan dijemur lagi prosesnya. “Dirawatlah, ada dijemur supaya tidak busuk, diasapin supaya awet termasuk cuaca. Jadi karakter petani kita beda, cari yang mudah,” ujarnya.

Ia melanjutkan, persoalan bantuan subsidi bawang sempat diberikan untuk produksi sebanyak 8 ton per hektare. Namun sampai saat ini tidak lagi berjalan dan pihaknya masih mencari petani yang ingin menanam lagi.

Baca juga: Awal Juni 2022, Harga Cabai Rawit dan Bawang Merah Naik di Pasar Kabupaten Malinau

“Karena tidak semua petani mau menanam. Itu juga permasalahannya di Tarakan. Mau menanam yang cepat untung. Seperti melon misalnya. Kita silakan saja yang penting bisa menyejahterakan,” pungkas Elang.

(*)

Penulis: Andi Pausiah

Sumber: Tribun Kaltara
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved