Berita Tarakan Terkini
Tolak Keberadaan LGBT, Warga Tanjung Pasir Tarakan Lakukan Aksi Protes, Minta Pemilik Kos Didata
Menolak keberadaan LGBT di wilayahnya, warga Tanjung Pasir Kelurahan Mamburungan Kota Tarakan melakukan aksi protes minta pemilik kos didata.
Penulis: Andi Pausiah | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN – Puluhan warga mewakili lima RT di Kota Tarakan berencana melakukan aksi demo menolak keberadaan kelompok orang diduga LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) yang bermukim di lima RT Tanjung Pasir.
Ketua RT 21, Asrin Saleh pun berusaha melakukan upaya mediasi dan puluhan warga, dan akhirnya berembuk membahas kasus tersebut.
Hasil rembuk warga yang digelar Jumat (24/6/2022) pagi hingga siang tadi, ada lima poin disepakati.
Poin pertama dikatakan Asrin Saleh, teguran keras untuk pemilik rumah sewa yang menampung penyewa yang memiliki ciri-ciri mengarah pada dugaan perilaku LGBT.
Poin kedua lanjut Asrin Saleh, akan ada pendataan terhadap warga yang menjadi penyewa dan bermukim di lima RT Tanjung Pasir Kelurahan Mamburungan dengan ciri-ciri mengarah pada perilaku LGBT.
“Hasil pendataan nanti akan ditindaklanjuti,” ujar Asrin Saleh.
Baca juga: Warga Tanjung Pasir Kota Tarakan Tolak Keberadaan LGBT, Diduga Pasangan Abnormal Ini Tinggal di 5 RT
Dikatakan Asrin Saleh, pertemuan pagi tadi juga melibatkan perwakilan manajemen perusahaan yang berdiri di lokasi Tanjung Pasir.
Karena diduga asal muasalnya sendiri, pelaku didominasi bekerja di perusahaan tersebut. Sehingga lanjut Asrin, pada poin ketiga kesepakatan warga berisi, pekerja di perusahaan itu ditindaklanjuti sesuai keinginan masyarakat yang diwakili oleh perwakilan perusahaan.
“Poin ke empat, mengusir LGBT secara totalitas di Tanjung Pasir dengan tetap memperhatikan hak kemanusiaan dan tidak melanggar hukum pidana,” ujarnya.
Baca juga: Ada Apa dengan Lightyear? Film Disney yang Terancam Batal Tayang di Indonesia Gegara Konten LGBT
Poin kelima, masyarakat ikut menjaga bersama dan mengawasi bersama agar LGBT tidak kembali merebak di Tanjung Pasir.
Pertemuan ini aka nada lanjutan setelah dilakukan pendataan terhadap mereka diduga pasangan pelaku LGBT yang ada di RT 21, RT 17, RT 18 dan RT 19 Kelurahan Mamburungan.
“Jadi ada beberapa poin hasil pertemuan tadi. Persoalan LGBT memang betul-betul meresahkan masyarakat di Tanjung Pasir. Karena ada beberapa kejadian sering terjadi, pelaku diduga LGBT sering bawa lari istri orang,” urainya.

Bahkan lanjutnya, mereka yang sudah memiliki suami dan anak mau ikut dengan pasangannya diduga pelaku LGBT atau dikenal perempuan tomboy.
“Inilah masyarakat beraksi betul-betul mengusir dan membersihkan kelompok LGBT di wilayah Tanjung Pasir,” ujarnya.
Ini bukan kasus pertama, awal mulai muncul di 2017 lalu kata Asrin Saleh. Mulai dari tahun 2017 mencapai 10 kasus selama menjabta sebagai ketua RT. Ia yang langsung turun menangani kasus laporan warga karena adanya kasus seperti istri ikut kabur atau dibawa kabur pelaku penyuka perempuan diduga penyuka sesama jenis.
Baca juga: Nasib Jenderal Bintang Satu Polri Seusai Diduga Terlibat LGBT, Begini Faktanya
“Misalnya ambil contoh 2021 kemarin total kejadian ada tiga kali. Di tahun 2022 ini awal Januari ada sekali warga kami sudah punya anak dan suami dibawa kabur pelaku orang tomboy waktu tengah malam,” ujarnya.
Ada juga kasus dalam kondisi hamil perempuan yang menjadi warganya dibawa kabur. Dan saat ini begitu berpisah dengan pelaku diduga penyuka sesame jenis atau lesbian, dan sebelumnya juga berpisah dengan sang suami akhirnya si perempuan tersebut kini tinggal sendiri.
“Akhirnya melahirkan kasihan anaknya tidak ada yang urus. Ada orangnya di sini,” ujarnya.
Ia melanjutkan, pertemuan hari bahkan sebenarnya bukan rembuk melainkan demo atau aksi. Namun karena tidak memiliki izin menyampaikan aspirasi dan akhirnya sama-sama berembuk bersama mencari solusia.
“Dan masalah ini sudah kami sampaikan ke pihak kelurahan, ke pihak trantib, Babinsa dan Babinkamtibmas,” ujarnya.
Sedikit mengulas asal muasal pelaku diduga penyuka sesame jenis LGBT muncul di wilayah Tanjung Pasir, lokasinya ada berdiri perusahaan.
“Mereka awalnya cari kerja, dan setelah kerja bawalah juga pasangan diduga lesbi itu. Mereka cari kontrakan didaerah Tanjung Pasir. Apalagi di lokasi saya banyak kontrakan dan rumah kos dan begitulah muncul kelompok mereka,” urainya.
Kemudian muncullah kasus di 2017 sampai di 2022 ini semakin dinilai menjamur. Pernah kasus yang diingat Asrin, ada yang sampai dilaporkan ke Polsek Tarakan Timur.
“Malam kejadian kami laporkan. Malam-malam dijemput mobil patroli, dua-dua dibawa ke Polsek Timur. Di sana dimediasi kekeluargaan dan dikembalikan ke pihak keluarga,” ujarnya.
Baca juga: Disdukcapil Kaltara Pastikan Layani Administrasi Kependudukan untuk Transgender
Ia melanjutkan, ini jika dibiarkan akan terus berkembang. Kasus pertama seingat dia, ada istri seorang laki-laki yang merupakan warga Tanjung Pasir, dibawa selama berhari-hari oleh pelaku diduga penyuka sesame jenis (LGBT).
“Tidak pulang-pulang. Tahun-tahu didapat suaminya ternyata kumpul sama-sama perempuan itu. Sampai sekarang cerai. Dan ini dikeluhkan karena saya yang tangani saya mediasi,” ujarnya.
Tahun 2020 kemarin, muncul kasus lagi ada perempuan berstatus sebagai istri seseorang dibawa kabur oleh pelaku diduga sesame jenis. “Saya tangani lagi sama anak-anak muda di sini, kami pulangkan yang satu dibawa keluarganya ke Amal. Satunya dibawa ke Nunukan,” ujarnya.
Pernah pula ada kasus perkelahian ternyata setelah ditelusuri lagi-lagi penyebabnya saling berebut sesama perempuan. “Mereka bawa pisau berebut pasangan. Inilah yang mengkhawatirkan warga karena perkelahiannya cukup mengganggu,” pungkasnya.
(*)
Penulis: Andi Pausiah