Berita Tarakan Terkini

34 Tahun Jualan Bendera Merah Putih, Dadang Keliling ke 6 Daerah, Dua Kali Diangkut Satpol PP

Dadang dari Bandung datang ke Tarakan Provinsi Kaltara sejak 2014 berjualan bendera merah putih. Bendera dijahit sendiri, datang bersama temanya.

Penulis: Andi Pausiah | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM/ ANDI PAUSIAH
Pakde Dadang, penjual bendera Merah Putih dan pernak pernik 17 Agustus asal Bandung saat melakukan aktivitas berjualan di depan Stadion Datu Adil Kota Tarakan. 

“Dulu kami selalu diangkut, saya sudah dua kali dulu masuk kantor Satpol PP. Sekarang kami hanya ditegur, asal tidak berjualan di trotoar,” ujarnya.

Setelah diangkut, dari pihak Satpol PP hanya memberikan peringatan agar jangan merusak keindahan kota dengan memasang di pohon pinggir jalan dan jangan berjualan di area perkotaan.

“Jadi di pinggiran saja. Saya berharap jangan diangkut, kan hanya dua minggu dan mereka juga parkir di lokasi saya siapkan tidak mengganggu pengendara,” akunya.

Ia mengungkapkan jenis bendera dijualkan pertama ukuran lebar 60 sentimeter dan panjang 90 sentimeter dipatok Rp 30 ribu bahkan masih bisa ditawar di angak Rp 25 ribu hingga Rp 20 ribu jika mengambil jumlah banyak.

Kemudian untuk ukuran panjang 120 sentimeter dan lebar 80 sentimeter dipatok Rp 40 ribu dan masih bisa ditawarkan Rp 30 ribu.

Ukuran ketiga, lebar satu meter dan panjang 1,5 meter dipatok Rp 50 ribu sampai Rp 60 ribu.

Backgruound memiliki panjang 9 meter dijualkan Rp 300 ribu sampai Rp 350 ribu. Kemudian umbul-umbul Rp 25 ribu.

Biasanya banyak juga datang memborong dalam jumlah banyak. Biasanya ada yang sampai membeli 4 kodi sebanyak 80 lembar.

Memang semua yang dijualkan hasil buatan sendiri alias dijahit di toko sendiri. Proses pembuatan dimulai sejak Mei 2022 kemarin. Tahun ini ia memproduksi atau menjahit bendera bahannya disiapkan 90 yard.

“Satu yard kan sekitar 90 meter. Modalnya 100 yard itu saya beli Rp 750 ribu. Nama jenis kainnya peles punyak Kahatex yang terbesar di Bandung,” beber pria kelahiran Garut, 9 Oktober 1967.

Ia mengakui memang sengaja memilih berjualan di Tarakan sejak 2014 lalu karena pasar di Tarakan lebih besar dan masyarakatnya tidak cerewet saat menawar harga.

Ia ternyata sudah melanglang buana ke berbagai tempat. Sebelum menginjak Tarakan 2014, ia sudah pernah masuk ke NTT selama enam tahun. Kemudian sebelumnya, di Lombok selama enam tahun juga atau enam periode.

“Bali juga enam tahun, kemudian Sorong 2 tahun. Jadi mungkin sekitar 34 tahun saya sudah berjualan ini, ke kota-kota orang. DI Tarakan ini, kami bertahan karena orangnya tidak ngeyel istilahnya kalau menawar,” ungkap Dadang.

Baca juga: Bentangkan Bendera Indonesia Sepanjang 76 Meter di Jembatan, Ini Pesan Ekspedisi Kayan Merah Putih

Ia mengakui lulus sekolah sekitar 1987. Dan itu langsung keluar Bandung mencari peruntungan.

Berbicara omzet dalam sehari tidak menentu pendapatannya aku Dadang. Sehari bisa dapat Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu jika sepi atau masih awal buka lapak jualan.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved