Berita Tarakan Terkini
PROFIL Yahya Ahmad Zein, Guru Besar Termuda Universitas Borneo Tarakan, Jabat Dekan Fakultas Hukum
Simak Profil Yahya Ahmad Zein, yang belum lama ini jadi Guru Besar termuda di Universitas Borneo Tarakan
Penulis: Andi Pausiah | Editor: Amiruddin
Ia melanjutkan, saat itu Prof Jabarsyah yang mendorong sejumlah dosen melanjutkan S-3 dan ia memilih Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta.
Selepas meraih gelar doktor (S-3) prosesnya sangatlah panjang, terus bergerak dan akhirnya sampailah pada tahap proses pengajuan Guru Besar. Sampai pada tahapan ini, jika dihitung ia mengabdikan diri menjadi dosen PNS, artinya butuh waktu sekitar 17 tahun jika dihitung sejak 2005 lalu mengajar di Universitas Borneo Tarakan, akhirnya berhasil menjadi guru besar atau yang dikenal professor.
Waktu ini baginya tidaklah sebentar. Karena prosesnya sendiri, memulai dari Asisten Ahli selanjutnya mengajukan lagi ke Lektor Kepala selanjutnya sampai pada tahapan pengajuan guru besar.
Buah dari perjalanan panjang mengabdi sebagai dosen, kemudian mengikuti berbagai pelatihan, seminar, penelitian, kerap juga ikut penelitian hibah dari kementerian, dan semua ia administrasikan secara rapi, ini yang mengantarkan dan mempermudah pengajuan dirinya menjadi Guru Besar.
Banyak ucapan selamat dan tak sedikit yang menilai, ia terlalu muda untuk usia yang bisa mendapat gelar tertinggi di level perguruan tinggi tersebut.
Yahya juga mengakui hal itu. Tak sampai setahun, SK sudah diterbitkan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek RI), Nadiem Anwar Makarim pada 3 Agustus 2022 kemarin.
SK itu berkaitan kenaikan jabatan akademik atau fungsional dosen dimana sebelumnya, Yahya masih menjabat sebagai Lektor Kepala dan terhitung 1 Juli 2022 dinaikkan jabatannya menjadi profesor atau guru besar dalam bidang ilmu Hukum Tata Negara dengan angka kredit 879.
Lebih jauh dikatakan Yahya, menjadi guru besar atau profesor sendiri harus memenuhi syarat khusus yang dimiliki dosen termasuk tulisan di Jurnal Internasional dan kemarin tiga tulisan yang diajukan di Jurnal Internasional.
“Kemudian beberapa kegiatan internasional termasuk menulis satu buku berbahasa Inggris dipasarkan secara luas. Beberapa buku intinya proses pendidikan pengajaran, pengabdian dan yang paling pokok adalah penelitian,” ujarnya.
Adapun untuk penelitian lanjutnya, menjadi syarat khusus bahkan di guru besar, syarat khusus berikutnya harus pernah mendapatkan hibah penelitian dari Dikti.
“Kebetulan saya memang dari dulu rajin sekali mengajukan hibah-hibah penelitian dan memang beberapa kali dapat hibah penelitian dari kementerian sehingga syarat itu sedikit lebih mudah saya penuhi,” ujarnya.
Perjalanan yang cukup panjang dilalui seorang Yahya dan capaian ini adalah tak lepas dari bantuan berbagai pihak juga.
“Untuk bisa sampai pada tahap jabatan akademik guru besar ini. Saya kira hanya berjuang saja apa yang bisa saya lakukan, sebagai dosen saya meneliti, sebagai dosen saya mengabdi dan sebagai dosen melakukan pendidikan pengajaran dan selebihnya diajukan dan sampailah keluar SK Menteri per Juli 2022 kemarin,” bebernya.
Standar pengajuan guru besar atau professor sendiri lanjutnya, setiap orang yang mengajukan bermacam-macam. Ada yang waktunya sampai tiga tahun, ada empat tahun.
Ia kebetulan bergabung juga dalam Group WhatsApp Ahli Hukum Tata Negara di Indonesia. Tepatnya Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara di Indonesia.