Berita Tarakan Terkini

Krisis Air Bersih di Tarakan, Fatkurrahman Warga Gunung Lingkas Jual Air Rp 10 Ribu per Tandon

Kemarau di Tarakan, penjual air bersih meraup keuntungan dengan menjual air, seperti yang dilakukan Fatkurrahman, warga RT 4 Kelurahan Gunung Lingkas.

Penulis: Andi Pausiah | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM/ ANDI PAUSIAH
Fatkurrahman, pemilik sumur bor di RT 4 Kelurahan Gunung Lingkas saat melayani pembelian air dari supir pikap. 

Adapun untuk prosesnya, tidak langsung masuk ke dalam tangka mobil pikap. Masih ada proses pengolahan terlebih dahulu. Air dari sumur bor ditampung dalam bak penampungan. Selanjutnya dialirkan lagi ke penampungan lain yang lebih besar.

Kemudian setelahnya, dialirkan ke lokasi penyaringan atau filter kemudian barulah dialirkan ke mobil pikap.

“Kalau di sini diolah lagi itu. Kalau dari sumur, warnanya kalah dari air sungai. Begitu keluar sih jernih. Besoknya berubah jadi kuning keruh dan berbau. Makanya kenapa harus melalui filter atau disaring sampai bersih cukup satu kali baru bisa digunakan. Proses filter kami tidak ada pakai kaporit karena pasti bau,” jelasnya.

Ia melanjutkan, bisnis jual air bersih ini sudah dimulai sejak 2010 lalu. Saat itu juga kebutuhan air bersih cukup tinggi.
Selain pelanggan dari penjual air tangka pikap keliling, juga langganan setianya berasal dari penjual air gallon di depo pengisian.

“Mereka di sana juga ada proses filter lagi sampai bisa layak diminum,” ujarnya.

Untuk pelanggan dari depo ari gallon, sehari rata-rata hampir ada permintaan dari 10 depo. “Jadi gantian hari ini ngisi besok depo lainnya. Kalau kemarau, keluar semua mereka bersamaan. Kalau hujan, ya paling banyak dari depo gallon saja,” urainya.

Saat ini sudah ada empat bak penampungan dioperasikan. Dan satu dalam proses.

Maksimal sebenarnya yang bisa diproduksi sehari di kisaran 50 tangki sampai 60 tangki.

Baca juga: Kualitas Air Sungai Sesayap Membaik, Produksi Air Bersih PDAM Tana Tidung Dapat Beroperasi

Harganya sendiri di kondisi saat ini tetap sama dan tidak ada kenaikan tarif dipatok pihaknya.

“Saya jual ini sistemnya tolong-menolong ibarat ga ada kerja jadi ada kerja. Kasian kalau dinaik-naikkan. Kelihatannya kalau di untung tidak banyak juga mereka. Kita sama-sama kerja sama,” ujarnya.

Ia bahkan dikira warga sebagai pemilik armada sehingga banyak yang meminta dirinya segera melakukan pengantaran.

“Armada bukan milik saya. kalau armada saya punya smua bisa. Ini kan masing-masing daerah Sebengkok, Gunung Lingkas, Markoni ambil di sini. Saya tidak bisa kendalikan supirnya mau dibawa ke mana dulu. Karena armada beda, yang drop air beda,” pungkasnya.

(*)

Penulis: Andi Pausiah

Sumber: Tribun Kaltara
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved