Berita Tana Tidung Terkini

Kabupaten Tana Tidung tak Masuk Wilayah yang Dipantau Inflasinya, Kepala BPS KTT Ungkap Alasannya

Kabupaten Tana Tidung tak Masuk Wilayah yang Dipantau Inflasinya, Kepala BPS Umar Riyadi Ungkap Alasannya.

Penulis: Rismayanti | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM / RISNA
Kepala BPS Kabupaten Tana Tidung, Umar Riyadi mengatakan, keberadaan pasar modern dan pasar tradisional yang cukup besar sangat penting untuk melakukan survei biaya hidup di Tana Tidung. 

TRIBUNKALTARA.COM, TANA TIDUNG - Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tana Tidung mengungkapkan, Kabupaten Tana Tidung tak termasuk wilayah yang dipantau inflasinya oleh pemerintah pusat.

Kepala BPS Kabupaten Tana Tidung, Umar Riyadi mengatakan, salah satu alasannya, karena Kabupaten Tana Tidung belum memiliki pasar tradisional yang cukup besar maupun pasar modern atau swalayan.

Dia mengatakan, keberadaan pasar modern dan pasar tradisional yang besar ini, menjadi hal yang sangat penting untuk melakukan survei biaya hidup di Kabupaten Tana Tidung.

"Kita ( KTT) hampir masuk wilayah yang dipantau inflasinya, karena beberapa kategori sudah terpenuhi.

Baca juga: Pelaksanaan Iraw Tana Tidung Akan Pecahkan Rekor Muri, Bupati KTT Ibrahim Ali Masih Rahasiakan

Tapi, kita ndak punya pasar yang besar dan kita juga ndak punya pasar modern kaya di Tanjung Selor dan Tarakan," ujarnya kepada TribunKaltara.com, Senin (19/9/2022)

Lebih lanjut dia sampaikan, sebanyak 154 kabupaten dan kota yang dipantau inflasinya oleh pemerintah pusat.

Dia menambahkan, 154 kabupaten dan kota ini, tentunya menjadi bagian dari proses penghitungan inflasi di level nasional.

94 dari 154 kabupaten dan kota tersebut, merupakan wilayah inflasi yang sudah dilaksanakan pada 2018 silam.

Sementara 60 kabupaten dan kota lainnya, merupakan wilayah baru yang masuk dalam wilayah yang dipantau inflasinya.

"Kalau di Kaltara sekarang ada tiga yang dipantau. Karena ada tambahan Kabupaten Nunukan," sebutnya.

Dia menyampaikan, bagi daerah yang tak dipantau inflasinya, dapat menggunakan dua metode penghitungan inflasi.

Yaitu, menggunakan metode survei mandiri dengan biaya yang cukup besar, dan membutuhkan petugas serta responden yang banyak dalam waktu yang sangat panjang.

Baca juga: Kepala BPS Tana Tidung Ungkap Alasan Inflasi di KTT Kecil: Baseline Harga Sudah Mahal Dari Awal

Atau menggunakan metode sister city (kota mitra), dengan meminjam diagram timbang yang pola konsumsinya hampir sama dan letak geografisnya berdekatan.

"Kalau Tana Tidung itu bisa pinjam dengan wilayah terdekatnya, Tanjung Selor yang berjarak sekitar 170 km dari Tana Tidung.

Sehingga, peluang adanya barang kebutuhan yang sama antara Tana Tidung dan Tanjung Selor itu semakin besar," jelasnya.

Penulis: Risna

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved