Berita Tarakan Terkini

Tangis Ibunda Arya Gading Pecah Saat Rekonstruksi Pembunuhan Anaknya, Minta Pelaku Dihukum Mati

Melihat rekonstruksi anaknya yang dibunuh oleh pelaku, ibunda Arya Gading menangis, melihat langsung adegan cara pelaku membunuh putranya.

Penulis: Andi Pausiah | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM/ ANDI PAUSIAH
Jumiati (jilbab cokelat), ibu kandung Arya Gading menahan kesdihan saat menyaksikan rekonstruksi pembunuhan berencana di lokasi kandang ayam dan kebun nanas belakang Blok D Perum PNS, Kelurahan Juata Permai Kota Tarakan, Kamis (23/2/2023). 

TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN – Isak tangis Jumiati, ibunda Arya Gading, korban pembunuhan berencana pada April 2021 lalu tak bisa ia bendung.

Air matanya tumpah saat menyaksikan dari kejauhan rekonstruksi pelaku saat melakukan pembunuhan terhadap putranya. Dalam  rekonstruksi  pembunuhan berencana yang dilakukan EG alias ED tak lain adalah sepupu dari Arya Gading sendiri berlokasi di belakang Perum PNS, kandang ayam dan kebun nanas Kelurahan Juata Permai Tarakan, Kalimantan Utara Kamis (23/2/2023) siang tadi.

Kegiatan rekonstruksi menampilkan 40 adegan tersebut dilakukan para tersangka di lokasi TKP.

Kata Jumiati sembari menahan sesak, hukuman setimpal harus dibayar pelaku, nyawa dibayar dengan nyawa atas kehilangan puteranya yang dinilai begitu sadis disiksa kemudian dibunuh oleh komplotan tersebut.

Baca juga: Tersangka Pembunuhan Berencana di Tarakan Lakukan 40 Reka Adegan, Korban Dikubur di Kebun Nanas

“Harapan kami jangan ada istilahnya hukum yang dibeli, Kami berharap hukum pembunuhnya setimpal. Tidak semau-maunya membunuh orang. Kalau cuma 20 tahun, sebentar saja, nyawa tidak ada apa-apanya dengan vonis 20 tahun, sebentar ada lagi yang membunuh. Kalau bisa hukuman mati orang seperti itu,” ungkapnya seraya menyebutkan ia ke lokasi TKP bersama ayah Arya Gading, keponakan dan tante korban.

Yang membuat ia sulit ikhlas lantaran selama ini kebaikan yang dilakukan anaknya, Arya Gading terhadap pelaku EG alias ED justru berbalas begitu kejam dan sadis.

“Dia siksa dulu anakku, baru dibunuh. Saya berharap hukum seberat-beratnya. 20 tahun itu tidak cukup. Kalau bisa hukuman mati, harus setimpal dengan nyawa anak saya,” harapnya.

Jumiati menceritakan, memang seminggu setelah tak pulang ke rumah, Arya Gading saat itu dikabarkan sempat berpapasan dengan kenalan ayahnya.Sehingga kenalan ayahnya menyampaikan ke ayahnya bahwa Arya Gading sudah ditemukan dan berencana hendak ke rumah ibundanya.

Baca juga: Syafruddin Ditunjuk jadi Kuasa Hukum, Kawal Kasus Pembunuhan Arya Gading, Berkas Lengkap Pekan Depan

“Satu minggu dia kan dia tidak pulang. Satu minggu itu pergi dari rumah saya cari, kemudian saya pikirnya dia ke tempat si pelaku ini. Kemudian saya telpon bapaknya pelaku ini, informasinya juga si pelaku baru saja diusir. Kata bapaknya tidak ada si EG, saya usir dia,” ujarnya.

Sehingga lanjut Jumiati, ia meyakini kemungkinan anaknya mengikuti EG yang berstatus sebagai sepupu satu kali dari Arya Gading. Namun posisinya ia sudah tidak bisa menghubungi keduanya baik Arya Gading maupun EG.

“Saya tidak bisa hubungi saat itu karena handphone-nya sempat saya sita pada waktu itu dia main online, libur pada waktu itu satu minggu. Ternyata dia sudah sama sepupunya si EG itu tidak bisa dihubungi. Saya dengar informasi satu minggu dibawa, ayah Arya juga segera berkomunikasi untuk suruh cari Arya,” terangnya.

Kemudian lanjutnya, tidak lama setelah itu, ia dihubungi kembali oleh Ferris, ayah Arya Gading bahwa mendapat informasi dari orang yang dikenalnya bahwa sudah bertemu di daerah Lapangan. “Katanya tidak lama bapaknya bicara sama orang itu, dan sempat ditanya mau ke mana Gading, katanya Gading mau ke tempat mamaku.

Kegiatan rekonstruksi menampilkan 40 adegan reka ulang di lokasi kebun nanas, kawasan peternakan kandang ayam di belakang Blok D Perum PNS Kelurahan Juata Permai Kota Tarakan, Kamis (23/2/2023) dari pagi hingga siang.
Kegiatan rekonstruksi menampilkan 40 adegan reka ulang di lokasi kebun nanas, kawasan peternakan kandang ayam di belakang Blok D Perum PNS Kelurahan Juata Permai Kota Tarakan, Kamis (23/2/2023) dari pagi hingga siang. (TRIBUNKALTARA.COM/ ANDI PAUSIAH)

Makanya bapaknya hubungi saya apakah sudah ada Arya Gading ke rumah karena dari siang informasinya datang,” ujarnya.

Namun setelah menunggu lama Gading tak juga muncul saat itu, di April 2021 lalu. Ia menduga, Gading justru ke lokasi kandang ayam saat itu setelah dipanggil oleh pelaku yang merupakan sepupunya sendiri.

“Hati saya sudah gelisah saat itu, kemudian berapa hari itu saya ke lokasi kandang ayam ini saya cari. Sampai di sini saya lihat kandang ayam saya sudah dibobol, dirusak pintunya ternyata di situlah anak saya disiksa,” ujarnya.

Ia bahkan sempat merasakan firasat tak enak sehingga saat itu setelah dari kandang ayam, ia menuju ke lokasi kebun nanas dimana saat itu ia belum mengetahui ternyata Arya Gading sudah ada di sana dikuburkan oleh pelaku.

Baca juga: Viral, Korban jadi Tersangka Pembunuhan Gegara Membela Diri Hadapi Begal, Tips dari Polisi Disorot

“Sempat saya ke sana, ke kebun nanas itu, kaki saya tenggelam di sana karena tanahnya lunak, dan sampai di sana saya bingung kenakan seperti ada tumpukan tanah di sini, seperti habis galian, tapi saya tidak ada berpikir bahwa anak saya sudah ada dalam galian itu. Setelah terungkap baru saya paham sepertinya ini anak saya memanggil saya. Hati say aitu seperti mau ke kandang padahal tidak ada niat ke kandang ayam waktu itu,” akunya.

Namun karena mengikuti kata hati, menujulah ia ke lokasi kandang yang setelah belakangan terungkap, kandang dan kebun nanas jadi saksi bisu bagaimana pembunuhan sadis terhadap Arya Gading terjadi.

“Sampai sekarang kalau tengah malam, saya terbangun saya ingat anak saya disiksa, itu seperti bukan mimpi, Arya Gading teriak tolong Mak sempurnakan jasadku di sini, aku sakit di sini, anakku teriak-teriak di situ minta tolong, sampai saya datang ke kandang tengah malam. Sampai sekarang setelah saya tahu, biar tengah malam, saya ke sini (kandang ayam),” akunya sembari meneteskan air mata tak sanggup merasakan apa yang anaknya alami.

Itupun setahun lebih baru ia ketahui. Sepandai-pandainya menyimpan bangkai, pasti akan tercium, itulah pepatah yang tepat bagi EG, sepupu Arya Gading, pelaku pembunuhan berencana. Kasus terungkap karena informasi didapatkan dari Jumiati, EG sendiri yang bercerita kemudian dari mulut ke mulut akhirnya sampailah terdengar ke telinga ayah dan ibunya Arya Gading.

“Kami tahu kejadiannya itu, dari mulutnya sendiri, cerita kemudian dari mulut ke mulut,” ujarnya.
Selama ia pergi ke kandang memang belum ada laporan secara resmi dimasukkan ke Polres Tarakan karena ia dan keluarga tidak berpikir sampai anaknya menghilang karena dibunuh.

“Saya ke kandang ayam itu hanya feeling, ada panggilan, saya tidak mengerti juga. Ini belum ada bukti juga. Saat kandang dibobol juga saya tidak ada curiga, karena tidak ada juga hilang barang di kandang,” terangnya.
Posisinya juga saat itu, EG ternyata pandai membuat cerita seolah-olah EG masih hidup. Itu terbukti dari informasi disampaikan EG ke orangtua Arya Gading. Sekitar kurang lebih lima bulan kepergian Arya Gading.

“Dia (EG) ada nelpon katanya Arya sudah enak bekerja di Nunukan jual baju. Tidak ada niat sudah mau sekolah, itu kalau saya tanya, dia berusaha kasih tenang kami. Dan dalam hati kami juga berharap mudahan itu betul, tapi kami berpikir lagi kenapa pergi cuma bawa baju di badan. Hati ini tetap gelisah. Karena anak saya tidak liar, tidak pernah menginap tempat orang selain tempat keluarganya saja,” akunya.

Sehingga ia tahu anaknya bagaimana. Ia memang sedikit mencurigai EG namun tidak ada bukti saat itu. Dan saat diberikan kabar bahwa anaknya di Nunukan, kedua orangtuanya meminta nomor kontak yang dipakai Gading berkomunikasi dengan EG jika benar di Nunukan.

Baca juga: Pasca Pembunuhan Daeng Asri Kamtibmas di Gunung Tambang Dompeng Terganggu, ini Kata Kapolsek Sekatak

“Katanya tidak ada nomornya, sudah dihapus. Jadi saya bilang sudah tahu adekmu hilang, masa tidak simpan nomornya langsung dihapus, katanya hp-nya rusaklah. Kami waktu itu kan mau tanya jika memang tidak mau sekolah, kami mau tanya maunya apa, apakah bikin usaha, tidak mungkin dipaksa pulang, atau dipaksa sekolah kalau tidak mau sekolah. Tapi pikiran saya dia punya cita-cita, jadi tidak mungkin mau berhenti sekolah. Jadi bahasa EG ini masih ganjal, tapi kami tidak bisa apa-apa,” ujarnya.

Arya Gading sepengetahuannya begitu baik kepada EG dan istrinya. Bahkan saat itu, handphone barunya baru dibelikan, diberikan ke EG jika EG dalam posisi diusir dari rumah.

“Anak saya kasih ke dia pakai, kasih motornya digadai ke EG, dia paling banyak mengalah. Kalau tadi banyak masalah mungkin bisa kelahi, ini tidak pernah, dia bagus ke sepupunya. Istrinya itu sering curhat dipukul, Gading panggil bininya itu kakak. Saya lihat di chatnya, istrinya suruh Gading bawakan adekmu susu, sehingga sama sekali tidak ada pikiran kami pelaku bisa bunuh Gading, kurang apa anak saya sama dia, saya pun tidak percaya,” ungkapnya.

Namun memang, ayah Gading juga sudah mencurigai dan ternyata kecurigaan itu benar. Namun lagi-lagi, EG pandai membuat keluarga Arya Gading tenang.

“Karena saya dengar, sering EG datang ke bapaknya Gading kemudian bilang kalau ada yang disembunyi dari pihak keluarga kuhajar dia, rupanya dia berakting. Seolah-olah dia mencari padahal dia pelakunya, maling teriak maling. Jadi susah kita mencari pelakunya,” ujarnya.

Adapun lokasi kandang ayam saat ini memang miliknya dan milik orangtua EG alias kakak kandung dari Jumiati. Arya Gading juga diketahui jarang ke lokasi kandang ayam karena memiliki kesibukan bersekolah.

“Jarang dia ke kandang, pas panen saja baru datang karena sekolah. Kalau di EG dia kadang tinggal di kandang, itu lama kosong kandangnya, karena punya usaha bapaknya,” pungkasnya.

(*)

Penulis: Andi Pausiah

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved