Berita Bulungan Terkini

Diduga Sungai dan Laut Bunyu Bulungan Tercemar, Ikan dan Kapah Banyak Mati, Nelayan Mengeluh

Pencemaran air sungai dan laut di Bunyu Bulungan, Kalimantan Utara, yang diduga akibat tumpahan limbah tambang batu bara berdampak pada nelayan.

HO
Diduga gegara limpahan limbah tambang batu bara yang jebol tanggulnya beberapa waktu lalu, air sekitar Pantai Bunyu berubah warna, Minggu (2/4/2024). 

TRIBUNKALTARA.COM, TANJUNG SELOR - Pencemaran air sungai dan laut di Bunyu Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, yang diduga akibat tumpahan limbah tambang batubara berdampak pada pendapatan nelayan setempat.

Banyak biota laut yang menjadi sasaran tangkap para nelayan, mati.

“Bukan hanya setelah ada tanggul jebol itu. Tapi memang sejak lama, semenjak ada tambang batubara di Bunyu, penghasilan nelayan turun. Apalagi akhir-akhir ini, pencemarannya semakin parah,” kata Darwan, warga Bunyu.

Belakangan, kata dia, tidak hanya ikan yang banyak mati akibat airnya tercemar, biota lain, yaitu kerang jenis kapah yang menjadi komoditi andalan juga banyak ditemukan mati.

Baca juga: BREAKING NEWS - Air Pantai Bunyu Berubah Warna, Benarkah Tumpahan Limbah Tambang Batu Bara?

Material lumpur merendam rumah dan kebun warga di Pulau Bunyu, diduga hal itu terjadi karena jebolnya tanggul kolam penampungan limbah batubara di Desa Bunyu Barat, Pulau Bunyu, Bulungan, Kaltara
Material lumpur merendam rumah dan kebun warga di Pulau Bunyu, diduga hal itu terjadi karena jebolnya tanggul kolam penampungan limbah batubara di Desa Bunyu Barat, Pulau Bunyu, Bulungan, Kaltara ((HO/Ist))

“Dulu kapah banyak dipantai, sekarang sulit mendapatkannya. Bagaimana tidak, pantai yang dulu pasir, sekarang sudah dipenuhi lumpur,” keluhnya.

Pantai indah berpasir putih di Pulau Bunyu berubah jadi pantai lumpur.

Limbah tambang batubara masuk ke Sungai Siput dan Sungai Barat lalu mengalir ke laut.

Kondisi kedua sungai di ujung Utara Kalimantan ini keruh dan berlumpur.

Para nelayan, kata dia, banyak yang mengeluhkan pembuangan limbah perusahaan tambang batubara yang terus berulang.

“Sebenarnya bukan waktu ada tanggul jebol saja, dari semenjak sebelum-sebelumnya perusahaan buang limbahnya ke laut. Jadi kalau pencemaran ini sudah lama, dan sampai sekarang belum ada tindakan serius oleh instansi terkaitnya dari pemerintah,” tandasnya.

Selain ikan tangkapan yang banyak mati, Nelayan tangkap di Bunyu juga mengeluh kehilangan umpan yang biasa mereka pakai seperti mumpun dan cacing untuk memancing ikan.

“Dari batubara itu lumpur menggenang dari hutan langsung tembus ke perairan pinggir pantai Sungai Siput,” katanya.

Untuk diketahui, luas Pulau Bunyu 198.32 km persegi dengan penduduk sekitar 11.000 jiwa.

Jarak tambang batubara ke pantai hanya sekitar satu kilometer.

Terdapat beberapa perusahaan yang memiliki izin lokai tambang batubara di pulau kecil itu.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltara
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved