Berita Tarakan Terkini

Cara Lapas Tarakan Berdayakan WBP Jadi Pelaku UMKM, Latih Barista hingga Punya Tabungan Sendiri

Kemandirian menuju Lapas industri, Lapas Kelas IIA Tarakan terus melakukan pemberdayaan kepada seluruh warga binaannya untuk dididik mandiri.

|
Penulis: Andi Pausiah | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM / ANDI PAUSIAH
Michael bersama rekan-rekannya sesama barista saat meracik Kopi Bui pesanan pengunjung di area kafetarian Lapas Kelas IIA Tarakan, Sabtu (6/5/2023).  

TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN – Berangkat dari tujuan kemandirian menuju lapas industri, Lapas Tarakan terus melakukan pemberdayaan kepada seluruh warga binaan ( WBP ) untuk dididik mandiri dan saat bebas kelak diharapkan bisa menjadi pelaku UMKM, memiliki kemampuan berwirausaha.

Terhitung kurang lebih empat tahun sudah, Lapas Tarakan memiliki kafetarian di area kiri dalam Lapas yang disediakan untuk keluarga saat ingin membesuk warga binaan.

Diberi nama Kopi Bui, karena bui didefinisikan sebagai kopi di balik jeruji.

Demikian penamaan kafetarian Lapas Tarakan dan saat ini memiliki kurang lebih lima barista andalan setelah melalui proses pelatihan yang cukup panjang bekerja sama dengan D’uncle dan LLK Tarakan.

Baca juga: Sektor Transportasi jadi Penyumbang, Inflasi di Tarakan dan Tanjung Selor Masih Terjaga di Ramadan

Ide memunculkan Kopi Bui kata Andhika Abrian Kepala Seksi Kegiatan Kerja didampingi Muhamad Fauzan Rizki, Pengelola Bimbingan Kemandirian Lapas Tarakan berasal dari keinginan Lapas untuk melepas stigma sebagai sebagai lembaga konsumtif menghabiskan anggaran negara.

Selain itu juga berangkat dari instruksi dari Kemenkumham RI.

Empat tahun Lapas Tarakan membina warga binaannya, sebagai upaya memanusiakan manusia dan menghilangkan citra Lapas yang dulu kerap dianggap seram.

Lapas kini berubah fungsi sebagai wadah pendidikan dan pelatihan agar kelak ketika keluar dan sudah dinyatakan bebas, bisa membuat usaha sendiri tanpa bergantung pada keluarga dan bisa menjadi orang lebih baik lagi.

Mengawali ceritanya, Andhika mengungkapkan, selama empat hari saat dibukanya kembali jam besuk keluarga setelah tiga tahun pandemi ditutup untuk umum, ribuan keluarga memadati Lapas Tarakan di momen Idul Fitri 1444 Hijriah .

Ini membuat barista, termasuk juga penjual bakso yang juga adalah warga binaan dalam lapas kebanjiran orderan dan sekaligus keteteran.

Kurang lebih Rp 3 juta omzet diperoleh di hari pertama Lebaran Idul Fitri 1444 Hijriah kemarin khususnya Kopi Bui dan berlangsung selama empat hari.

“Pengunjung membeludak lebaran di 2020,2021 dan 2022 gak ada kunjungan, begitu 2023 dibuka empat hari berturut –turut stabil Rp 3 juta didapat.

Kalau hari kelima keenam sudah kunjungan biasa dan dapatnya rata-rata Rp 600 ribu sampai Rp 700 ribu. Hari Sabtu biasanya ramai,” urainya.

Pembeli dari keluarga pengunjung, keluarga WBP dan petugas termasuk warga binaan di dalam Lapas Tarakan.

“Petugas tetap wajib beli juga tidak bisa gratis. Napi juga bisa beli karena tujuan kita buat masyarakat dalam lingkungan lapas,” paparnya.

TribunKaltara.com, yang mewawancarai salah seorang barista, sebut saja Michael Tekson, ia mengakui saat itu Lapas membuka kesempatan lowongan bagi warga binaan yang berminat menjadi barista di tahun 2019 lalu.

Ia pun berminat dan mengikuti proses seleksi.

Ia mengakui, ia sudah memiliki basic sebagai barista.

Empat tahun menjalani profesi dalam lapas sebagai barista, tak ada duka ia rasakan, semuanya dijalani dengan penuh suka cita, karena teman-temannya dalam lingkungan yang sama saling mendukung.

“Salah satunya karena ada pemasukan. Dalam sehari bisa dapat sampai Rp 500 ribu, Rp 800 ribu, saya nanti dapatnya tergantung pemasukan, dibagikan keempat barista lain,” ungkap Michael.

Ia juga mengakui perkiraan dalam tabungannya yang disiapkan Lapas Tarakan sudah mencapai Rp 1 juta apalagi sudah cukup lama kurang lebih empat tahun ia mengumpulkan pendapatan tersebut meski saat ini tabungannya masih dikelola petugas lapas lewat program Gerakan Narapidana Menabung (Gernabung).

Ia mengakui masuk ke dalam Lapas karena kasus narkotika dan dipidana kurang lebih lima tahun.

Ia berharap bulan November 2023 mendatang sudah ada kabar baik bisa dinyatakan bebas dari Lapas Kelas IIA Tarakan.

“Saya berharap bisa lanjut jadi barista di luar. Yang pastinya semoga bisa jadi lebih baik lagi,” tukasnya.

TribunKaltara.com dalam pantauannya melihat sejumlah keluarga pembesuk tampak santai menikmati makanan dan minuman yang disediakan di dalam area kafetarian lapas.

Baca juga: Jadwal Speedboat di Pelabuhan Tarakan, SB Tri Putri Tunggal Dewi 2005 Siap Berangkat Pagi Rute Bunyu

Seperti berbagai pilihan kopi di Kopi Bui, ada kopi Vietnam Rp15 ribu saja, kemudian V60 dihargai Rp16 ribu untuk kategori manual brewing.

Kemudian untuk espresso and latte, bermacam-macam seperti espresso di harga Rp10 ribu saja.

Ada juga americano Rp15 ribu, es kopi jeruji dan café latte, brown sugar coffe latte, vanilla coffe latte, hazelnut coffe latte, caramel coffe latte, pandan coffe latte, banana coffe latte, greentea coffe latte dan tiramisu coffe latte semua dipatok hanya Rp20 ribu saja.

Bagi yang tak sanggup dengan kafein kopi, ada fresh drink seperti mango yakult, strawberry yakult, pandan choco cheese, chocolate cheese, red velvet cheese di angka Rp 20 ribuan, dan ada aneka tea and milk seperti thai tea, matcha greentea, strawberry mulk, manggo milk, vanilla milk, pandan milk, banana milk dan es susu di kisaran harga rerata Rp15 ribuan saja.

Kembali Andhika melanjutkan penjelasannya, bahwa Lapas Tarakan saat ini memiliki pembinaan kepribadian dan kemandirian salah satunya keterampilan.

Kopi Bui, Bakso Lamok, Pastry, menjahit, pembuatan kursi sofa meja semua sudah dirambah Lapas Tarakan.

Yang menjadi andalan jajannya adalah Kopi Bui dan Bakso Lamok.

Dari keterampilan yang dimiliki warga binaan setelah bebas, bisa buat usaha sendiri.

“Kebanyakan warga binaan masuk ke lapas karena faktor ekonomi, kalau ada usaha dan mereka punya keterampilan, ekonomi mereka bisa terbantu saat keluar nanti,” paparnya.

Saat ini pemasaran Kopi Bui sendiri sudah bisa dipesan melalui aplikasi Grab Food sejak 2020 dan juga produk dalam lapas ada yang dititipkan sampai ke UMKM Center Kota Tarakan yang berlokasi di Kelurahan Pamusian.

Lapas kini siap masuk ke OPD semenjak kegiatan MoU bersama Wali Kota Tarakan dilaksanakan dalam rangka kerja sama peningkatan kualitas SDM warga binaan melalui berbagai pelatihan dan terintegrasi dengan berbagai stakeholders terkait.

“Jadi kami beri mereka keterampilan kerja sama dengan D’Uncle pelatihannya di depan, ada sertifikatnya. Prosesnya dibuka untuk warga binaan, diseleksi nanti kriteriannya hukuman dan kasusnya dia jadi tidak semua bisa lolos,” paparnya.

Ia mengakui, saat ini ada 53 warga binaan aktif bekerja dan di Kopi Bui khususnya ada 5 orang, Bakso Lamok ada lima orang dan di dalam ruang produksi juga lebih banyak, begitu juga di perkebunan, penjahitan, sablon dan barbershop serta pastry.

Jika dulu kata Andhika, lapas mungkin memiliki kesan seram, padahal tidak demikian.

Andhika melanjutkan, momen HUT Ombudsman misalnya, ada disiapkan stan Kopi Bui di Lapas Tarakan.

Warga binaan lapas yang sudah terampil dibawa ke sana untuk menyiapkan kopi.

“Dengan persyaratan dan pengawalan tentunya,” ujarnya.

Dari sisi penghasilan, sesuai peraturan, keuntungan yang diberikan sebagai gaji mereka adalah sebesar 50 persen dari laba.

Saat ini mereka sudah memiliki tabungan dan sisa keuntungan disetorkan ke Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) ke negara.

Ke depannya kata Andhika, pihaknya mempersiapkan stan kafe di depan Lapas dan setelah jadi, para warga binaan yang memasuki masa akhir masa tahanan bisa diberdayakan di luar Lapas.

“Dulu pernah tahun 2020 buka malam minggu, peminatnya lumayan banyak jadi kami lihat ada potensi,” terangnya.

Ia mengutip apa yang disampaikan Menkumham di momen Hari Bhakti Pemasyarakatan bahwa pemasyarakatan belum sempurna tapi selalu berusaha menjadi lebih baik lagi.

“Tidak semua warga binaan di dalam lapas jahat dan tidak semua juga orang di luar itu baik. Ada saja belum kena waktunya,” terangnya.

Baca juga: Tiga Pilihan Speedboat Reguler dari Tana Tidung ke Tarakan Weekend ini, Berikut Jadwalnya

Saat dibuka pengumuman kata Muhamad Fauzan Rizki, Pengelola Bimbingan Kemandirian Lapas Tarakan, para WBP cukup antusias ikut seleksi bahkan saat ini masih banyak mengantre untuk bisa bergabung bekerja dalam pelatihan dan pembinaan keterampilan ini.

Ia mengungkapkan saat ini Lapas dan LLK sudah terjalin kerja samanya dan ada sertifikat yang bisa dimilik setelah mengikuti pelatihan.

Syaratnya sendiri kata Fauzan, minimal berkelakuan baik, menjalani masa hukuman sepertiga masa tahanan, punya komitmen disiplin mengikuti pelatihan dari pagi sampai sore.

Mereka wajib mengikuti pelatihan baru bisa bergabung bekerja.

“Kami juga sering sharing dengan barista di luar, kadang datang ke Lapas belajar sama-sama,” ujarnya.

Penghasilan yang diterima 53 warga binaannya saat ini, dikumpulkan dalam tabungan dan memiliki program namanya Gernabung bekerja sama dengan BRI Cabang Tarakan.

Dari petugas lapas yang memanajemen dan membantu membuka tabungan atau rekening BRI. Karena warga binaan belum memiliki wewenang membuka tabungan.

“Statusnya masih WBP . Jadi yang memanjemen dari petugas, kalau sudah bebas baru nanti diserahkan ke mereka. Yang bebas sudah banyak saat ini dan keluar dari Lapas bawa bekal, tabungan BRI, apalagi buka tabungan agak rumit, dan kami fasilitasi, ada saldo juga dan sertifikat,” paparnya.

Selama menjadi warga binaan, ada yang bebas bisa membawa uang keluar dari Lapas Tarakan sebesar Rp 2 juta. Ada juga di kisaran Rp 500 ribu.

“Saldonya mereka beda-beda bergantung dia bekerjanya di bidang apa, pernah tembus Rp 2 juta. Mereka dalam Lapas justru menghasilkan uang, kalau mereka mau jajan di kantin bisa mengajukan dari premi atau gaji yang mereka kumpulkan jadi tinggal dipotong,” terang Fauzan.

Ia melanjutkan, berbicara PNBP, tujuan dari kegiatan industri di lapas ada dua.

Pertama adalah untuk memberikan warga binaan keterampilan, menjadi produktif dan keluar nanti tidak lagi kembali menjadi residivis alias keluar diharapkan bekal yang dibawa bisa dimanfaatkan oleh yang bersangkutan.

“Tugas kami sebagai petugas pemasyarakatan adalah memberikan bekal. Pemasyarakatan adalah suatu sistem kolektif untuk membenarkan atau membuat benar kembali orang yang melanggar hukum, yang tadinya tidak punya keahlian bisa menjadi ahli. Tergantung orangnya,” paparnya.

Ia mengakui, beberapa warga binaan saat ini berhasil melanjutkan profesi yang ditekuni dalam Lapas.

Seperti mereka yang pernah mengikuti pelatihan membuat mebel, begitu juga mantan barista ada yang bekerja di kafe.

“Minimal tidak menganggur. Kemudian kedua, bagaimana upaya Lapas bisa meningkatkan PNBP. Sumbangsih ke negara ada, cita-cita pemasyarakatan menjadikan warga binaan ikut serta dalam pembangunan berjalan,” paparnya.

Setiap bulan aku Fauzan, 15 persen dari laba dibayarkan ke PNBP.

Bahkan kemarin sudah selesai One Day, One Prison’s Product yang merupakan ajang pengenalan produk hasil warga binaan, dimana Lapas Tarakan ikut berkontribusi mengenalkan produk hasil warga binaan.

“Seluruh Lapas di Indonesia berhasil mengumpulkan Rp 5,5 miliar se-Indonesia. Kalau Lapas Kelas IIA Tarakan, kami berhasil kumpulkan Rp 38 juta dalam kurun waktu 1,5 bulan saja.

Angka itu bruto hasil penjualan produk. Bersihnya ke negara sebagai PNBP adalah Rp 2,8 juta dalam kurun waktu 22 Maret 2023 sampai 2 Mei 2023 karena pelaksanaannya 1,5 bulan saja,” urainya.

Kemudian, untuk kue kering kata Fauzan juga berhasil dikumpulkan sebanyak Rp 12 juta menjelang lebaran.

Karena pembelian dilayani sampai luar Provinsi Kaltara yakni di Provinsi Kaltim.

Merek kue yang dimiliki Pemasyarakatan and Bakery (Pastry).

Ia berharap ke depan nantinya warga binaan tidak mandiri bekerja dan ada pembinaan berlanjut dari instansi lainnya.

Ia mengakui misalnya bersama BRI melalui Gernabung, memang syaratnya bisa mendapatkan program KUR minimal UMKM bisa berjalan satu tahun.

Sementara saat ini jalinan kerja sama baru di sebatas Gernabung sejak 2020.

“Tapi tidak menutup kemungkinan, kalau nanti BRI bekerja sama dengan kami dalam KUR, memfasilitasi warga binaan saat bebas, kami terbuka, kami sangat harapkan demikian,” ujarnya.

Ia kembali memaparkan sebenarnya di Lapas Tarakan khususnya keterampilan, negara memfasilitasi untuk pelatihan.

Kemudian dari pelatihan ada produksi dan diolah untuk dijual.

Hasil penjualan berkesinambungan artinya modal awal diberikan tidak besar dan hasil produk penjualan terus diputarkan dan sudah empat tahu berjalan.

Nantinya akan ada penilaian narapidana dan masuk poin plus mereka yang aktif bekerja di Lapas Tarakan.

“Kutipan Dirjen PAS, membina anak sekolah saja sudah repot, apalagi membina orang yang bermasalah, tapi kita semua di Lapas berusaha karena itu menjadi tanggung jawab kita bersama,” terangnya.

Menutup kunjungan TribunKaltara.com ke Lapas Tarakan, awak media menyempatkan melakukan wawancara bersama Kepala Lapas Tarakan, Mohammad Ridwantoro.

Kepada awak media, Mohammad mengungkapkan apapun kegiatan positif di Lapas Kelas IIA Tarakan, pihaknya selalu mendukung. Ia berharap bisa berkembang dan warga binaan juga memiliki keterampilan dan skill saat bebas.

Ia mengakui, belum lama bertugas sebagai Kepala Lapas Tarakan atau belum sampai satu tahun.

Dari sisi penilaian juga belum bisa dilakukan dan ia mempersilakan semua inovasi yang ditampilkan petugasnya bisa berjalan selama itu berdampak positif.

“Kalau ada kendala, kita atasi bersama, kalau tidak ada kendala, tingkatkan lebih baik lagi. Nanti juga kan ada evaluasi dari mitra kerja sama dari LLK misalnya,” urainya.

Ia mengungkapkan selama ini sudah banyak yang mengunjungi Lapas seperti dari Ketua PKK Provinsi Kaltara bersama IWAPI Kaltara sudah pernah juga menyambangi Lapas Tarakan.

Ke depannya langkah yang akan dilakukan dan disasar dalam hal memaksimalkan pembinaan pasca MoU, pihaknya siap berkomitmen pembinaan harus tetap berjalan.

“Nanti lebih disempurnakan, kemarin sudah ada LLK kegiatan budi daya ikan dan berbagai pelatihan lain nantinya,” ujarnya.

Ia menyebutkan saat ini Lapas Tarakan memiliki penghuni 1.537 orang terdiri dari tahanan 213 orang dan 1.324 orang warga binaan.

Saat dibukanya kembali jam besuk kemarin di momen Idul Fitri di hari pertama mencapai 1.600 pengunjung.

Baca juga: Weekend ini Arus Penumpang Speedboat Reguler Pagi Rute Nunukan-Tarakan Terbilang Naik

“Membeludak kesannya, kunjungan pertama kemarin Lebaran, lebih dari satu dikunjungi sampai dua mobil rombongan kami persilakan,” urainya.

Momen ini juga termanfaatkan bagi mereka yang bekerja di dalam Lapas berhasil menarik omzet tembus Rp 3 juta per hari khususnya kopi bui saja belum omzet dari bakso lamok.

“Secara umum, tidak ada menonjol, semua aman, karena kalau ada apa-apa pasti kami laporan ke kanwil dan unsur lainnya, Alhamdulillah aman mudahan seterusnya selalu demikian,” tukasnya.

(*)

Penulis: Andi Pausiah

Sumber: Tribun Kaltara
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved