Berita Tarakan Terkini

BPJS Ketenagakerjaan Ditanggung Pemprov Kaltara, Umar Tukang Parkir di Tarakan Harap Seumur Hidup 

Umar tukang parkir di Tarakan, salah satu orang yang masuk kategori pekerja rentan. Oleh karena itu mendapatkan tanggungan BPJS dari Pemprov Kaltara.

Penulis: Andi Pausiah | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM/ ANDI PAUSIAH
Umar, tukang parkir di kompelks THM Tarakan, Kalimantan Utara yang turut menerima bantuan pembayaran BPJS Ketenagakerjaan yang dianggarkan Pemprov Kaltara. 

Alasannya tidak menyetor karena target tidak tercapai sementara setoran harus disampaikan Rp200 ribu per tiga hari. Sementara pendapatan Rp 60 ribu paling tinggi sehari.

“Belum lagi sangu anak-anak sekolah, makan sehari-hari, ini memang pelanggaran, tapi saya butuh juga. Mana saya diantar jemput pakai ojek pulang pergi. Bayar Rp 30 ribu sehari,” beber Umar.

Ia melanjutkan lagi, dua anaknya saat ini masih duduk di bangku sekolah dasar (SD). Sehingga dalam rumah ia menanggung enam orang. Penghasilan per bulan tidak pernah dikalkulasikan.

“Kadang sehari Rp40 ribu pendapatannya. Jadi pulang baru beli beras sekilo. Tapi saya tidak ditagih juga karena apa mau saya setorkan tidak sampai setoran,” ujar Umar lagi.

Sehingga tambahnya, ia hanya bisa menerima kondisi yang ada. Ia juga tak bisa menyetor karena terkadang harus nekat meminjam menutupi tagihan atau target setoran.

“Jadi kadang minjam. Akhirnya saya sempat minta empat hari setor Rp200 ribu tidak sampai, jadi dari pada minjam saya setop setoran. Karena kadang minjam koperasi. Bukan lagi tekor, rugi bandar,” akunya.

Secara visual, kondisinya juga tidaklah sempurnah seperti orang lain pada umumnya. Sejak lahir dalam kondisi tidak sempurna fisiknya. Sehingga cukup sulit mencari pekerjaan seperti orang normal lainnya.

Sebelum menjadi tukang parkir, ia pernah berjaga tambak. Namun kondisinya setelah menikah ia tak lagi berjaga tambak. Dan beralih sebagai tukang parkir.

“Saya di Tarakan itu tahun 2004 merantau masuk jaga tambak. Tiga tahun kalau tidak salah, keluar dari tambak, pergi bisnis jualan keliling pakaian, jualan Hp bekas, ada juga jadi nelayan, akhirnya berhenti nelayan terakhir jadi tukang parkir,” bebernya.

Sebenarnya penghasilannya di tambak cukup lumayan bahkan bisa tembus Rp40 juta di mana dulu pendapatan berjaga tambak setiap panen cukup tinggi.

Kemudian ia menambahkan lagi, pertimbangan menikah dan sudah beristri memutuskan berhenti sebagai penjaga tambak.

Dengan kondisi fisik tak sempurna, ia mengaku pernah juga mendapat perlakuan yang tak mengenakkan dari orang-orang yang seharusnya membayar parkir namun tak menunaikan kewajibannya.

“Apalagi saya sudah lihat tiga sampai empat kali parkir bolak balik tapi tidak bayar, ya tapi tidak mau bayar katanya tidak ada uang kecil. Tetap saya berusaha tenang, walaupun seakan-akan tidak ada etika. Jadi berusaha tidak masukkan di hati,” ujarnya.

Ia melanjutkan, kadang sambal jalan pergi, pelanggan tidak membayar dan mengomel. Ia hanya bisa bersabar atas perlakuan orang-orang tersebut.

“Namanya kita melayani masyarakat harus diterima,” tukasnya pria yang mengaku beralamat di Kelurahan Kampung Empat Kota Tarakan ini.

(*)

Penulis: Andi Pausiah

Sumber: Tribun Kaltara
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved