HUT Kemerdekaan RI di Kaltara

Cerita Paskibraka Tarakan Jadi Pengerek Bendera, Sempat Gugup hingga Bendera yang Dipegang Licin

Farel, salah satu paskibraka Tarakan yang jadi penggerak bendera mengakui, bendera yang dipegang licin, di tapi tetap konsentrasi.

Penulis: Andi Pausiah | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM/ ANDI PAUSIAH
Petugas Paskibraka tahun 2023, dari kiri ada M. Farel asal SMAN 1 Tarakan, kemudian tengah ada M. Rizal asal Hang Tuah Tarakan dan M.Kusman asal SMKN 2 Tarakan. 

TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN – Isak tangis bercampur rasa haru dan lega tampak diekspresikan para anggota Paskibraka Tarakan yang bertugas pagi tadi.

Tampak seluruh Paskibraka Tarakan dengan formasi lengkap keluar dari halaman Pemkot Tarakan kembali ke formasi semula bangga setelah berhasil menaikkan Sang Saka Merah Putih sampai ke ujung tiang di Upacara Peringatan HUT ke-78 RI pagi tadi.

Hari ini sama dengan tahun-tahun sebelumnya, anggota Paskibraka Tarakan yang bertugas direkrut dari masing-masing perwakilan sekolah. TribunKaltara.com mewawancarai tiga orang Paskibraka ada yang bertugas sebagai pembentang Bendera Merah Putih dan ada juga bertugas sebagai penggerek.

Seperti diketahui formasi dengan tugas pembentang Bendera Merah Putih biasanya yang paling dinantikan saat hendak mengibarkan. Jangan sampai bendera saat dibentangkan terbalik ataupun salah posisi.

Baca juga: Jadi Inspektur Upacara HUT ke-78 RI, Wali Kota Tarakan Khairul Pakai Baju Adat Tidung, Ini Pesannya 

Namun pantauan media tadi, Bendera Merah Putih dibentangkan sempurna langsung oleh petugas bernama M.Farel. Farel, sapaan akrabnya berasal dari SMAN 1 Tarakan. Ia mengakui sempat merasakan gugup.

“Benderanya agak licin juga jadi pas mau terbentang rasa mau terlepas sedikit jadi ditahan kuat-kuat. Sewaktu mau naik juga ke atas akhirnya baru rasa lega Bendera Merah Putih berjalan naik ke atas,” ujar M.Farel.

Kendala lanjutnya bukan di pembungkus tangan yang ia kenalan melainkan di Bendera Merah Putih yang berbahan licin. Dan tahun-tahun sebelumnya juga demikian.

“Tekniknya harus memegang atau mengambil banyak di ujung itu diikat di tangan. Alhamdulillah lancar, walau ada salah saat melangkah sewaktu pegang bendera ke depan, itu posisi saya maju kaki kiri dua kali, harusnya habis kaki kiri, kanan dan kiri lanjut kanan lagi,” ungkap Farel, salah satu Paskibraka Tarakan.

Namun tidak mengurangi hikmatnya berjalan Upacara Peringatan HUT ke-78 RI dan ia tetap melanjutkan tugasnya. Ia saat disebut namanya sebagai pembentang Bendera Merah Putih merasa senang meski sebenarnya tidak terlalu berambisi menjadi pembentang.

Baca juga: BREAKING NEWS Pakai Baju Adat Dayak, Wagub Kaltara Pimpin Upacara HUT ke-78 RI di Lapangan Agatish

“Saya terserah saja mau ditugaskan di mana. Tidak sangka juga jadi pembentang Bendera Merah Putih,” ujarnya.

Ia menyebutkan saat Pusdiklat ia menghabiskan waktunya 14 hari dan sebelum Pusdiklat ada Latgap antar peserta lolos di kota selama tiga bulan.

Mengatur waktunya, lanjutnya setelah ditugaskan Pusdiklat, ia dan seluruh petugas mendapat dispen dari sekolah masing-masing.

“Dari tanggal 1 Agustus sampai 18 Agustus. Kami dari pagi fokus latihan sampai sore, malamnya istirahat dan lanjutnya besok pagi. Yang latgap hari Sabtu dan Minggu serta Jumat Sore, sisanya sekolah,” papar M.Farel yang mengaku bercita-cita ingin menjadi polisi.

Farel sendiri lahir di Tarakan 23 Juli 2007 dan bertugas sebagai pembentang bendera. Ia dilahirkan dari pasangan Muhammad Ali Subandi dan Nurhayati. “Kalau bapak, polisi juga dan ibu hanya ibu rumah tangga,” ujarnya.

Wali Kota Tarakan, dr.H.Khairul,M.Kes saat menyampaikan sambutan dan menjadi inspektur upacara di momen HUT ke-78 RI, Kamis (17/8/2023).
Wali Kota Tarakan, dr.H.Khairul,M.Kes saat menyampaikan sambutan dan menjadi inspektur upacara di momen HUT ke-78 RI, Kamis (17/8/2023). (TRIBUNKALTARA.COM/ ANDI PAUSIAH)

Selain M. Farel, ada Muhammad Kusman, pria yang berumur 16 tahun ini mewakili SMKN 2 Tarakan lolos dan menjadi bagian dari Paskibraka tahun ini.

Ia hari ini bertugas sebagai penggerek Bendera Merah Putih dan di sebelah kiri penarik.

Muhammad Kusman lahir dari pasangan Mansyur, ayahnya dan sang ibu, Usdiah dengan profesi orangtua sebagai nelayan.

“Tadi sempat gugup sewaktu dari hotel menuju perjalanan ke lokasi upacara saja. Sambil berdoa yakin saya pasti bisa Alhamdulillah sampai di wilayah persiapan, gugup sudah hilang bangga sudahbisa ambil bagian di Hari Kemerdekaan,” aku Muhammad Kusman, yang saat ini duduk di bangku kelas II SMKN 2 Tarakan ini.

Sementara itu Muhammad Rizal, perwakilan dari SMK Hang Tuah Tarakan, hari ini bertugas sebagai Danpog 8 Pagi. Ia yang lahir di Tarakan 25 Desember 2006 mengakui sama dengan semua rekan-rekannya, sangat merasakan gugup luar biasa.

“Saya bertugas pengambil bendera dari baki. Jadi cara mengatasi gugupnya, yakin saja karena harus banggakan Indonesia. Ada orangtua menonton jadi itu buat gugup saya berkurang,” akunya.

Baca juga: Peringatan HUT Ke-77 RI, Bupati Bulungan Syarwani Pimpin Upacara di Sekatak, Berikut Agenda Lainnya

Muhammad Rizal adalah putera dari pasangan Sunarko dan Sri Wulandari dan berprofesi sebagai polisi. Ia mengakui sebenarnya berharap bisa tembus nasional.

“Tapi bisa terpilihnya tingkat kabupaten saja, tetap bersyukur juga,” tukasnya.

(*)

Penulis: Andi Pausiah

Sumber: Tribun Kaltara
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved