Berita Bulungan Terkini

Suplai Buku Anak Jadi Program Prioritas Pemkab Bulungan, 27.200 Siswa Telah Menerima Manfaat

Bulungan menjadi kabupaten pertama di Indonesia yang mensuplai buku anak melalui anggaran daerah atau APBD sejak 2018.

Penulis: Edy Nugroho | Editor: Sumarsono
HO/Disdikbud Bulungan
Seorang guru di Desa Binai, Tanjung Palas Timur, Bulungan membacakan buku anak saat memulai pembelajaran. Sejak 2018, Pemkab Bulungan mewajibkan sekolah untuk membeli buku anak. DOK/Disdikbud Bulungan. 

BOSDA berasal dari APBD Bulungan, sedangkan BOS bersumber dari APBN Pemerintah Pusat.

Sekolah memiliki banyak kebutuhan yang pembiayaannya tidak cukup dari BOS.

Salah satu kebutuhan 2018 yang dianggap mendesak adalah menyediakan buku-buku cerita anak. “Kami menyebutnya buku literasi,” terangnya.

Sejak 2017, Pemkab Bulungan sudah serius mengatasi masalah literasi.

Pemkab Bulungan menyadari betul, tanpa memperbaiki kemampuan literasi, tidak mungkin kualitas SDM Bulungan bisa ditingkatkan.

Seorang guru di Desa Binai, Tanjung Palas Timur membacakan buku anak saat memulai pembelajaran. Sejak 2018, Pemkab Bulungan mewajibkan sekolah untuk membeli buku anak. DOK/Disdikbud Bulungan.
Seorang guru di Desa Binai, Tanjung Palas Timur membacakan buku anak saat memulai pembelajaran. Sejak 2018, Pemkab Bulungan mewajibkan sekolah untuk membeli buku anak. DOK/Disdikbud Bulungan. (HO/Disdikbud Bulungan)

Kemampuan literasi merupakan pondasi untuk belajar. Hanya dengan terampil membaca, seorang pelajar baru bisa menguasai ilmu pengetahuan dan mengasah keterampilan.

Pemkab Bulungan membuat tiga strategi untuk meningkatkan keterampilan literasi.

Pertama, meningkatkan kemampuan guru untuk mengajarkan literasi melalui pelatihan dan pendampingan berbasis Kelompok Kerja Guru ( KKG ).

Kedua, meningkatkan pasokan buku anak. Ketiga, bantuan khusus bagi anak yang lamban membaca. Tiga strategi ini dijalankan pada level pendidikan sekolah dasar.

Syahrial mengatakan minat anak membaca di tingkat SD sebenarnya tinggi, akan tetapi buku yang tersedia di sekolah tidak releven dengan kebutuhan anak.

Survei Inovasi Pendidikan dan Pembelajaran Indonesia (SIPPI) yang dilakukan di Kabupaten Bulungan dan Malinau menemukan hampir 68 persen buku yang tersedia di sekolah adalah buku teks pembelajaran.

Program literasi akan berhasil jika ditopang buku yang sesuai. Buku yang sesuai usia, minat, dan level membaca, anak membuat anak senang membaca.

Baca juga: Kurikulum Fleksibel Bantu Puji Lestari Pulihkan Kemampuan Membaca Siswa di Tana Tidung

Namun buku yang terlalu berat untuk anak, tidak sesuai usia, dan level kemampuan, akan membunuh ketertarikan anak membaca secara berlahan.

Memberi buku yang tidak sesuai, membuat kegiatan membaca menjadi aktivitas yang menakutkan dan memberikan trauma karena buku yang diberikan terlalu sulit dipahami anak.

Dan, sejak 2018 itu, Pemkab Bulungan menjadi pasokan buku anak sebagai kebijakan prioritas.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kaltara
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved