Berita Nunukan Terkini

Melihat Rumah Kubu', Tempat Pelestarian Budaya Nenek Moyang Masyarakat Dayak Lundayeh di Krayan

Melihat Rumah Kubu', tempat pelestarian kebudayaan nenek moyang masyarakat suku Dayak Lundayeh di Krayan, Nunukan, Kalimantan Utara.

Penulis: Edy Nugroho | Editor: Sumarsono
Tribun Kaltara
Ellias Yesaya, bersama alat musik yang dimainkan di Rumah Kubu', rumah adat suku Dayak Lundayeh di Krayan, Nunukan, Kalimantan Utara. (Tribunkaltara.com/Edy Nugroho) 

Rambut panjangnya diikat dengan ikat kepala yang terbuat dari kulit pohon.

Kalung, gelang, serta pakaian bermotif Dayak Lundayeh selalu ia kenakan. Begitu lah gaya Ellias.

Di sela-sela menemani penulis dan rombongan yang berkunjung ke Rumah Kubu', dengan ramah dan penuh semangat, ia kenalkan beberapa alat musik tradisional yang ada di rumah itu.

Bahkan dia pun memainkan satu persatu alat yang ada.

Salah satunya adalah seruling Dayak, alat musik tiup yang memiliki suara khas dan mengandung unsur mistis.

"Musik ini menggambarkan semangat api. Sebagaimana api ada kalanya berkobar, ada kalanya meredup. Dan pada akhirnya akan mati," katanya sambil memainkan alat musik tersebut.

Kemudian ada Agung Bulu', alat musik petik, terbuat dari bambu yang memiliki tiga buah senar. Berbentuk tabung, dengan tinggi 50 centimeter, dan berdiameter 15 centimeter.

Baca juga: Pelihara Budaya Lewat Festival Seni, Ketua Adat Dayak Lundayeh Malinau: Bahasa Daerah jadi Identitas

"Kalau ini dibuatnya dari pohon bambu yang lurus, dan tidak mudah patah. Ini bahan-bahannya kita ambil dari pohon yang tidak di dekat sungai," terang Ellias Yesaya.

Pria 60 tahun yang tergabung di dalam Forum Masyarakat Adat Dataran Tinggi Borneo (Formadat) ini pun menceritakan asal mula pembangunan rumah Kubu' yang berada di Desa Terang Baru, Krayan, Nunukan tersebut.

Rumah kubu' yang berdiri sejak 2011 lalu, dibangun atas bantuan pemerintah daerah yang bekerja sama dengan WWF, lembaga kemasyarakatan dunia yang bergerak di bidang pelestarian lingkungan.

Juga dibantu oleh Yayasan Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM).

"Tujuan utama kita ingin melestarikan budaya nenek moyang kita, dayak Lundayeh," tegasnya.

Bersama WWF, Ellias terus bersemangat menghidupkan keberadaan Rumah Kubu' ini. Juga ada bantuan dari kementerian pariwisata, kementerian kehutanan dan lingkungan hidup, serta dari pemerintah daerah.

Sejak beberapa tahun terakhir, lanjut Ellias, bantuan itu tidak ada lagi. Apalagi semenjak lepas kerjasama dengan WWF pada 2019 lalu.

Baca juga: Lokasi SPN Dikenal Daerah Sakral di Malinau, Berikut Tujuan Digelarnya Ritual Feluwa Adat Lundayeh

Seiring itu, kondisi Rumah Kubu' pun seakan ditinggalkan. Beberapa bahan bangunan yang mulai rusak. Seperti atap yang bocor, dinding-dinding kayu yang lapuk.

Halaman
123
Sumber: Tribun Kaltara
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved