Jejak Islam di Kaltim
Perjalanan Syiar Islam Tunggang Parangan, Berdakwah di Sepanjang Pesisir Kaltim
Setelah Raja Kutai Kartanegara memeluk Islam, beliau memfasilitasi Tunggang Parangan untuk berdakwah, daerah pesisir Kalimantan Timur (Kaltim).
TRIBUNKALTARA.COM - Setelah Raja Kutai Kartanegara memeluk Islam, beliau memfasilitasi Tunggang Parangan untuk berdakwah, daerah pesisir Kaltim menjadi bagian dari perjalanan dakwah sang ulama.
Di akhir hayatnya Tunggang Parangan dimakamkan tak jauh dari makam Aji Raja Mahkota Mulia, Raja Kutai Kartanegara pertama kali menerima dakwah beliau di kerajaan
Kisah siapa sebenarnya sosok Tunggang Parangan dan mengapa diberi gelar tersebut punya banyak cerita.
Sejarawan Kaltim yang juga penulis buku Histori Kutai, Muhammad Sarip menuliskan tentang soosk Tunggang Parangan dan prosesnya massk ke Kerajaan Kutai Kartanegara.
Diceritakan Tuan Tunggang Parangan sendirian menemui Raja Mahkota setelah sebelumnya ditemani Datuk Ri Bandang yang kemudian kembali ke Makassar.
Mengenai nama Tunggang Parangan, ini merupakan gelar yang diberikan pihak Kutai.
Baca juga: Kisah Tunggang Parangan, Pembawa Islam Pertama ke Kutai, Dapat Gelar dari Kerajaan Kutai Kartanegara
Kitab klasik Arab Melayu Surat Salasilah Raja dalam Negeri Kutai Kertanegara yang ditulis pada 1849 menceritakan hikayat mubaligh tersebut menunggangi ikan parangan di Sungai Mahakam ketika tiba di Kutai melintasi selat Makassar.
Salasilah tersebut telah diselidiki sejarawan Belanda, Constantinus Alting Mees dalam bukunya berjudul De Kronik Van Koetai Tekstuitgave Met Toelitching (1935).

"Lantas, Constantinus Alting Mees menafsirkan kisah ini sebagai kiasan bahwa sang ulama menaiki sebuah perahu yang ujungnya lancip seperti moncong ikan parangan.
Kitab Salasilah Kutai mendeskripsikan proses masuk Islamnya Raja Mahkota dengan proses yang bernuansa mitologis," jelas Sarip.
Terkait sosok Tunggang Parangan berbagai macam versi, setidaknya ada 5 versi yang pernah ditelitinya.
“Namun, yang sangat populer yakni sampai saat ini ada papan nama tertera di Makam Tunggang Parangan di Kutai Lama, proses islami yang bernuansa mitologis, penggambarannya dengan adu kesaktian, tetapi tetap diterima, dan tidak ada tindakan ekstrim," jelasnya.
Pada intinya, terlepas dari perdebatan siapa sosok Tunggang Parangan.
Proses islamisasi ke Kaltim ini masuk secara damai, tanpa kekerasan.
Meski ada proses Islam yang bernuansa mitologis, penggambarannya dengan adu kesaktian, tetapi tetap diterima, dan tidak ada tindakan ekstrim.
Baca juga: Islam Masuk Lewat Kutai Lama, Perjuangan Datuk Tunggang Parangan Adu Kesaktian Berujung Syahadat
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.