Jejak Islam di Kaltim
Pemakaman Kelambu Kuning, Saksi Bisu Penyebaran Islam di Kesultanan Kutai Kartanegara
Dalam sejarah Kesultanan Kutai, terdapat makam yang memiliki nilai penting yang berpengaruh terhadap jejak penyebaran syiar Islam di Kalimantan Timur.
TRIBUNKALTARA.COM - Di makam yang terletak di Tenggarong, Kutai Kartanegara ini bersemayam 3 tokoh besar dari Kesultanan Kutai Kartanegara.
Mereka adalah yakni Sultan Aji Muhammad Alimuddin, sang anak Aji Raden Lesminingpuri serta menantunya ulama besar yang berjasa dalam penyebaran Islam, Pengeran Noto Igomo
Dalam sejarah Kesultanan Kutai, terdapat makam yang memiliki nilai penting yang berpengaruh terhadap jejak penyebaran syiar Islam di Kalimantan Timur.
Adapun makam tersebut familiar dengan sebutan Komplek Pemakaman Kelambu Kuning.
Berlokasi di Gunung Gandek Jalan Sultan Aji Muhammad Alimuddin, Kelurahan Melayu, Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Karena daerah makam adalah perbukitan, maka posisi makam berada lebih tinggi dari jalan raya.
Baca juga: Perjalanan Dakwah Pangeran Noto Igomo, Menyebarkan Agama Islam Sembari Membuka Perkebunan
Dengan letak posisi yang bertepatan di pinggir jalan, wajah luar dari komplek pemakaman tersebut ikonik dengan tiang bercorak hijau.
Pemakaman Kelambu Kuning ini menjadi salah satu wisata religi di Tenggarong. Makam ini menjadi bagian dalam sejarah Kesultanan di Kalimantan Timur.
Khususnya pada masa Kesultanan Kutai Kartanegara pemerintahan Sultan Aji Muhammad Alimuddin tahun 1899-1910.
Salah seorang ulama besar yang dimakamkan di sana adalah Habib Muhammad Bin Ali Bin Hasan Bin Thaha Bin Yahya atau Pangeran Noto Igomo.

Gelar ini sendiri diberikan oleh kesultanan Kutai karena jasa sang ulama dalam perkembangan Islam di wilayah kesultanan
Melalui salah satu keturunan Pangeran Noto Igomo, Habib Mubarak, tim Tribun Kaltim mencoba menelusuri makam yang menjadi salah satu peninggalan bersejarah tersebut.
“Nama jalan dari makam itu pun diambil dari nama sultan Alimuddin yang juga dimakamkan disini ( Makam Kelambu Kuning ),” kata Habib Mubarak.
Tepatnya pada 26 Rabiul Awal 1366 Hijriah atau 17 Februari 1947 Masehi, Pangeran Noto Igomo meninggal di usia 103 tahun.
Jasadnya dimakamkan di Komplek Pemakaman Kelambu Kuning tersebut.
Pada komplek Pemakaman Kelambu Kuning ini terdapat tiga buah bangunan berupa cungkup besar yang diperuntukkan untuk golongan bangsawan Kutai Kartanegara.
Baca juga: Penyebaran Islam Makin Masif Pasca Kepemimpinan Raja Aji Dilanggar, Gelar Raja Diubah Jadi Sultan
“Kerajaan dari Keraton Kutai Kartanegara yang menamakan makam ini.
Nama Makam Kelambu Kuning sendiri itu disematkan oleh raja-raja pada zaman itu ialah Raja Alimuddin yakni anak dari pada Raja Sultan Sulaiman,” ulas Habib Mubarak.
Bangunan cungkup pertama yang sudah tua, beratapkan kayu lengkap dengan dinding dan pintu.
Di cungkup inilah berada dua bilik makam. Satu bilik makam untuk Sultan Aji Muhammad Alimuddin, dan satu bilik untuk makam Pangeran Noto Igomo disandingkan dengan dengan makam istrinya Aji Raden Lesminingpuri
Tampak dari dalam bilik ruangan, makam Sultan Aji Muhammad Alimuddin dihiasi bak kelambu dengan kain berwarna kuning pekat.

Demikian bilik untuk makam Pangeran Noto Igomo dan istrinya Aji Raden Lesminingpuri dengan hiasan yang sama. Menjadi kausa dari penamaan makam tersebut yakni Makam Kelambu Kuning.
Bilik makam Sultan Aji Muhammad Alimuddin bercungkup kecil ini berbentuk tiga seraya masjid Demak. Beratapkan kayu, yang tersusun tiga dengan hiasan ukiran di pinggirnya.
Dengan dinding kayu berwarna coklat kehitaman lengkap dengan kaca dan pintu masuk yang menghadap jalan raya.
Di dalam bilik ini, tidak ada ruang untuk duduk lantaran selain empat tiang kelambu, batu pada Sultan Aji Muhammad Alimuddin ini bersusun seraya tiga anak tangga.
Sementara itu, bilik makam Pangeran Noto Igomo dan sang istri bersebalahan dengan bilik makam milik Sultan Aji Muhammad Alimuddin, hanya ditengarai dinding pemisah.
Di dalam bilik makam tersebut, terdapat dua buah lemari kecil untuk buku-buku doa dan Al-Qur’an, serta lemari tempat kain putih dan kuning yang dibawa oleh para peziarah.
Kemudian dua buah cungkup di luar bilik ruangan Pemakaman Kelambu Kuning, tampak terbuka tanpa dinding.
Baca juga: Raja Aji Dilanggar, Ulama Sekaligus Umara Penyebar Agama Islam di Wilayah Kerajaan Kutai Kartanegara
Bernisan kayu seragam merupakan makam kerabat kerajaan dari keraton Kutai Kartanegara pada zamannya.
Terdapat juga pemakaman umum, percampuran antara makam tua dan makam baru dengan nisan bervariasi.
Namun yang paling menonjol adanya perbedaan yang menyolok antara nisan laki-laki dan Perempuan, yakni nisan laki-laki berbentuk ganda dan nisan Perempuan berbentuk pipih.
Di sebelah utara komplek pemakaman Kelambu Kuning ini juga terdapat bangunan memanjang berbentuk aula. Bangunan ini menjadi tempat istirahat bagi peziarah.
Selain itu, Habib Mubarak menuturkan, bangunan tersebut dijadikan tempat istighazah bagi peziarah yang datang berkelompok, dan tempat acara haul tokoh yang dimakamkan di pemakaman tersebut.
Pada 2013, makam Kelambu Kuning telah menjadi cagar budaya yang dirilis oleh BP3 Samarinda yang mengwilayahi provinsi Kalimantan.
“Alhamdulillah untuk kondisi makam semakin tahun semakin ramai, orang semakin berdatangan untuk berziarah ke makam seorang wali Allah yakni Habib Muhammad Bin Ali bin Yahya atau Pangeran Noto Igomo,” katanya.
Terlebih, terdapat gelaran haul yang diadakan pada bulan Rabiul Awal setiap tahunnya.
Setiap tahun pula jumlah jamaah yang hadir meningkat hingga 7.000 jamaah berkat penyebarluasan media sosial dari dakwah majelis taklim. menunjukkan sosok Pangeran Noto Igomo yang disegani masyarakat.
Baca juga: Perjalanan Syiar Islam Tunggang Parangan, Berdakwah di Sepanjang Pesisir Kaltim
“Ahamdulillah selalu ramai dengan jamaah yang hadir. Imbasnya juga mmbantu perekonomian masyarakat Kutai kartanegara di sekitar makam,” ucapnya.
Sementara kegiatan setiap bulan Ramadan, terdapat khotmil Quran keliling yang diselenggarakan oleh Rabithah Alawiyah Kutai Kartanegara bekerjasama dengan sekretaris majelis masjid.
“Setiap bulan Ramadan di malam 11 Ramadan keliling khataman Quran dari masjid ke masjid atau majelis talim.
Kemudian di malam 29 Ramadan kita khotmil Quran di sini ( Pemakaman Kelambu Kumimg ) yang secara umum masyarakat bisa hadir.
Alhamdulillah itu kita laksanakan sudah berjalan hampir 7 tahun sudah,” katanya. (*)
Penulis : Ary Nindita Intan R S
Pemakaman Kelambu Kuning
penyebaran
Islam
Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura
Kutai Kartanegara
Pangeran Noto Igomo
Sultan Aji Muhammad Alimuddin
Batu Indra Giri, Penanda Hubungan Diplomatik Masuknya Islam di Paser, Kalimantan Timur |
![]() |
---|
Al Quran Tulisan Tangan Asli Khatib Muhammad Saleh, Jejak Penyebaran Islam di Paser |
![]() |
---|
Masjid Jami Darul Ibadah, Saksi Bisu Perkembangan Islam di Ujung Selatan Kalimantan Timur |
![]() |
---|
Sosok Datu Bejambe, Leluhur Tokoh Penyebar Agama Islam di Paser |
![]() |
---|
Makam Kuno Bertuliskan Arab Jejak Syiar Islam di Desa Pasir Mayang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.