Siswa SD di Tarakan Ditonjok

Kronologi Siswa SD Ditonjok Teman Kelas Versi Sekolah, Sudah Mediasi Orangtua Korban dan Pelaku

Gegara kursi yang buat pelaku inisial F tonjok korban. Saat peristiwa terjadi di dalam kelas, guru kelas tak lihat karena sedang menulis di papan.

|
Penulis: Andi Pausiah | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM/ ANDI PAUSIAH
Kepala SDN 024 Tarakan, Siti Masitah (kanan) dan didampingi guru kelas korban, Masita (kiri) saat diwawancarai media menjelaskan kronologi penonjokan sesama teman di kelas. 

TRIBUNKALTARA.COM,TARAKAN- Siti Masitah, Kepala SDN 024 Kelurahan Karang Anyar, Tarakan, Kalimantan Utara didampingi Masita, guru kelas membeberkan kronologi penganiayaan yang dialami Muhammad Irawan yang diduga dilakukan teman kelas inisial F. 

Kronologi awal kejadian pada Agustus 2024 lalu.

Saat itu di dalam kelas, Masita sedang mengajar dan menulis di papan tulis dan di kursi belakang ada peristiwa penonjokan korban yang dilakukan F .

Namun saat korban ditonjok pelaku F, Masita tidak melihat langsung kejadian. 

“Jadi tiba-tiba si anak Muhammad Irwan ditonjok sama temannya F.

Saat kejadian itu, Ibu guru Masita tidak tahu permasalahannya karena si anak tidak menangis dan teman-teman yang lain tidak ada melapor. Pelajarannya berjalan aja seperti biasa waktu itu,” ungkap Siti Masitah.

Kemudian selanjutnya kata Siti Masitah, sampai pulang sekolah tidak ada terjadi apa-apa pada sang anak termasuk bengkak dan bekas.

Sang anak pulang seperti biasa. Kemudian keesokan harinya datang orangtua Muhammad Irwan melaporkan ke sekolah kondisi mata anaknya berair setelah ditonjok pelaku inisial F. 

Baca juga: Alami Pembengkakan di Mata dan Koma, Siswa SDN 024 Tarakan Meninggal,  Diduga Dipukul Teman Kelasnya

Mendapatkan laporan dari ayah Muhammad Irwan, Masita sebagai guru kelas mengaku, saat kejadian itu Muhammad Irwan tidak menyampaikan kepada dirinya kalau ditonjok  satu kali oleh F.

Bahkan Masita sempat menyakan kepada F kenapa  Muhammad Irwan ditonjok. Dijawab oleh F soal kursi yang tidak bagus.

“Saya nanya kenapa nonjok nak. Karena tidak semua kursi bagus, mungkin dia tuh awalnya bagus kemudian ada pemindahan tempat duduk.

Nah dia tuh maunya dapat kursi yang awal, tidak mau dapat kursi tidak bagus setelah dipindah. Anak kelas dua,” ujarnya.

Masita mengaku, Muhammad Irwan merupakan anak pendiam, sehingga ketika dilakukan penonjokan oleh F, kemungkinan Muhammad Irwan tidak merasakan apa-apa.

"Jadi mungkin nda ada dirasa apa-apa di hari itu. Nah orangtuanya sampaikan matanya berair. Besoknya itu dibawa orangtuanya ke puskesmas.

Dari puskesmas kemudian tak ada perubahan dirujuk ke Rumah Sakit Carsa," ungkapnya.

Sebenarnya sekolah sudah melakukan mediasi kedua belah pihak. Orangtua korban juga kebetulan ingin bertemu. Kemudian pihaknya juga memanggil orangtua F yang menjadi pelaku penonjokan namun orangtua korban (Irwan) saat itu belum mau bertemu dengan orangtua pelaku F.

Baca juga: Momen Paredes Ditonjok Guendouzi usai AS Roma Menangkan Derby della Capitale, Sikap Wasit Disorot

“Jadi cukup dia (orangtua korban) datang melaporkan ke saya bahwa ada kejadian. Saya ceritakan kronologisnya saat itu.

Seandainya tadi saat kejadian, gurunya tidak ada di kelas, sepenuhnya beliau (guru kelas) disalahkan.

Tapi beliau di kelas sedang mengajar, kejadian beliau  guru kelas mengajar jadi tidak bisa disalahkan sepenuhnya ke beliau,” ujarnya.

Ia melanjutkan lagi, saat bertemu orangtua korban, ia menyampaikan bantuan biaya pengobatan namun oleh ayah korban menyatakan bahwa ada BPJS Kesehatan.

“Bapaknya ngomong tidak usah dulu bu kami ada BPJS. Kemudian berapa lama, dapat informasi lagi sudah mau operasi. Sejak pemukulan belum turun sekolah lagi karena mau pengobatan,” jelasnya.

Setelah operasi,  sekolah mendatangi kediaman korban  dan memberikan bantuan.

Pada saat itu informasinya kondisi Irwan membaik. Dan perban tinggal dibuka dan kondisi sang anak sudah membaik tidak ada keluhan.

Lalu tidak lama, orangtua korban datang ke sekolah meminta bantuan pengobatan. Kemudian disitu dibuat mediasi dan perjanjian.

“Saya hadapkan, mereka mau ketemu ibunya si korban dan si pelaku saya ketemukan. Saya tanyakan ke orangtua korban apa masalahnya bu, dijawab minta bantuan pengobatan.

Saya bilang orangtua siap membantu jika ada bukti nota dikumpul sebagai dasar meminta bantuan. Saat itu.

Buat perjanjian lagi saat itu tapi kita tidak bisa memaksa bu, ibaratnya harus minta sekian dibayar sekian saat itu. Kemudian dijawab ibunya tidak apa-apa,” terangnya.

Siti Masitah Kepala SDN 024 Tarakan 06112024.jpg
Siti Masitah Kepala SDN 024 Kelurahan Karang Anyar, Tarakan, Kalimantan Utara.

Baca juga: Diduga Rumah Sengaja Dibakar, Polres Tarakan Buru Pelaku, Saksi Sebut Sempat ada Perkelahian

Ia menegaskan tak ada intimidasi. Yang jelas dari pihak orangtua pelaku berusaha membantu lanjutnya. Lalu dilakukanlah perjanjian kemudian ditandatangani disaksikan sekolah

“Sudah selesai kan sudah lama. Nah, kejadiannya dia masuk rumah sakit lagi katanya makan, mual muntah dibawa lagi ke Klinik Carsa September.

Saya dapat informasi dari ibunya, saya datang ke sana mengecek langsung katanya di IGD tapi sudah pindah lihat langsung dimasukkan ke Ruang PICU,” ujarnya.

Ia melanjutkan lagi sempat menanyakan ke pihak rumah sakit untuk memastikan kondisinya apakah umum atau BPJS.

Dijawab pihak rumah sakit menggunakan BPJS tak ada biaya dikenakan. 

“Waktu itu saya juga bawa uang Rp2 juta. Kami ketemu bapak dan neneknya, kami dari pihak sekolah menyampaikan ada bantuan dari orangtua pelaku.

Dan dicerita masalahnya, katanya mau makan mual mau muntah lagi dan dibawa ke IGD.

Mohon maaf saya tanya apa masalah pemukulan aja atau masalah lain, saya tanya asisten dokter dapat informasi mungkin ada bawaan.

Jadi bukan karena tumpukan (cairan) itu sepenuhnya. Saya berapa kali mau ketemu dokter belum bisa,” terangnya.

Namun demikian penyakit bawaan dimaksud tidak didetailkan dengan jelas. Dan oleh orangtua korban juga mengakui anaknya tak pernah memiliki penyakit sebelumnya.

Ia melanjutkan yang dijahit operasi ada nanah dikeluarkan. Tidak lama kemudian, dirujuklah ke umum dan kondisinya ditangani ke dokter anak. Kemudian informasinya harus dirujuk ke Rumah Sakit dr Sutomo Surabaya.

Baca juga: Nasib Enam Orang Oknum Mahasiswa Pelaku Pemukulan di Ujung Tanduk, Dua Korban Belum Ada Niat Damai

Sekolah berusaha menghubungi Baznas untuk meminta bantuan. Kembali ditanya apakah pelaku juga mengaku memukul korban, informasi diperoleh pelaku (F) benar menonjok. Namun bukan berkelahi.

“Spontan menonjok, korban tidak membalas penonjokan yang dilakukan pelaku karen korban dikenal pendiam,” terangnya lagi.

Siti Masitah kembali menambahkan, sekolah sudah berupaya melakukan mediasi terhadap orang tua korba dan pelaku dan melaporkan kasus ini ke Disdik Tarakan.

 “Yang jelas kami sudah koordinasi ke Disdik Tarakan juga ada satgas kan. Saya temui Sekretaris Disdik Tarakan Pak Agung, Ketua Satgasnya Pak Kamal, Pak Iskandar semua sudah saya temui, saya sampai ke Baznas saya sendiri minta bantuan,” tukasnya.

(*)

Penulis: Andi Pausiah

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved