Berita Daerah Terkini

Kisah Guru di Perbatasan Bertahan di Tengah Keterbatasan, Harga-harga Mahal: Beli Beras Seharga Emas

Simak kisah para guru yang bertugas di perbatasan bertahan di tengah keterbatasan, harga kebutuhan pokok mahal, beli beras setara harga emas.

Editor: Sumarsono
Tribun Kaltim
Suasana kehidupan masyarakat di Kecamatan Long Apari, Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Mereka hidup dengan segala keterbatasan dan terkadang mengalami kesulitan ekonomi. (TribunKaltim.co/Kristiani Tandi Rani) 

TRIBUNKALTARA.COM, UJOH BILANG -  Simak kisah para guru yang bertugas di perbatasan bertahan di tengah keterbatasan, harga kebutuhan pokok mahal, beli beras setara harga emas.

Di tengah kondisi geografis dan ekonomi, guruguru di perbatasan Indonesia-Malaysia tetap bertahan dengan dedikasi tinggi, kendati harga kebutuhan pokok kerap melambung tinggi.

Kepala SMA Negeri 1 Long Apari, Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, Achmad Marzuqi, mengungkapkan suka duka mengajar di wilayah perbatasan yang seringkali menantang.

"Dengan harga-harga di sini kan mahal," katanya, menggambarkan realitas ekonomi di Long Apari, daerah yang bergantung pada pasokan dari wilayah lain.

"Beli air mineral ukuran tanggung itu bisa sampai Rp10.000 di warung," sebutnya.

Baca juga: RDTR Long Nawang Seluas 3.888 Hektare, Status Lahan Batasi Pembangunan di Perbatasan Malinau Kaltara

Untuk gas LPG 12 kilogram harga bisa mencapai Rp350.000, bahkan bisa lebih tinggi saat musim kemarau.

Pasokan bahan bakar yang terbatas turut memicu kenaikan harga lainnya, termasuk gas.

“Kalau kemarau, harga gas LPG 12 kilo di sini naik sampai Rp450.000. Distribusinya jadi susah, BBM juga susah, otomatis langsung naik," tuturnya.

Situasi semakin memprihatinkan ketika harga beras melonjak tinggi di tengah musim kering, mencapai angka fantastis.

“Harga beras bisa sampai Rp700.000 - Rp800.000 per karung, setara dengan harga emas," tutur Marzuqi.

“Ini sudah rahasia umum di sini. Warga sudah tahu dan biasa dengan kenaikan ini di musim kemarau,” jelasnya.

Baca juga: Kisah Inspiratif Brigpol Jajang, Anggota Polisi di Mahulu Kaltim Nyambi Jadi Guru, Menolak Dibayar

Menurut Marzuqi, warga seringkali dihadapkan pada kondisi unik, uang ada, namun barang yang dibutuhkan justru langka.

“Kita mampu beli, tapi barangnya nggak ada, terutama pada saat kemarau," imbuhnya.

Terlepas dari semua tantangan, Marzuqi menyatakan, para guru dan warga tetap berusaha bertahan di tengah situasi tersebut.

“Untuk kita di hulu sini, bukan hanya aksesnya sulit, tetapi juga harus menghadapi fluktuasi harga yang sangat tinggi,” tambahnya.

Keteguhan para pendidik di perbatasan ini menggambarkan betapa pengabdian dan keuletan mereka menjadi magnet kuat yang membuat pendidikan tetap berjalan, meski harus menghadapi tantangan yang besar. (*)

Penulis:  Kristiani Tandi Rani

Baca berita menarik Tribun Kaltara di Google News

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved