Berita Tana Tidung Terkini

Pasca Nataru Harga Cabai di Pasar Imbayud Taka Tideng Pale KTT Meroket Naik, Rp 170 Ribu Perkilo

Pasca perayaan Natal 2024 dan Tahun Baru 2025, harga cabai di Pasar Imbayud Taka Tideng Pale, Tana Tidung, Provinsi Kaltara melambung naik.

Penulis: Rismayanti | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM/RISMAYANTI
Aktivitas jual beli di Pasar Imbayud Taka Tideng Pale, Kabupaten Tana Tidung, Kaltara, Senin (6/1/2025).(TribunKaltara/Rismayanti) 

TRIBUNKALTARA.COM, TANA TIDUNG - Pasca perayaan Natal dan Tahun Baru 2025, harga cabai di Pasar Imbayud Taka Tideng Pale, Kecamatan Sesayap, Kabupaten Tana Tidung, Provinsi Kalimantan Utara ( Kaltara ) melambung naik.

Hal ini disampaikan, Nurjannah salah satu pedagang bahan pangan di Pasar Imbayud Taka Tideng Pale kepada TribunKaltara.com, Senin (6/1/2025).

"Kalau lombok itu Rp 145 ribu sampai Rp 150 ribu kami beli di agen sini terus kami jualkan Rp 170 ribu waktu sebelum Natal itu kan naik memang tapi harganya cuma Rp 100 ribu aja kami jual," ujar Nurjannah.

Ia mengungkap saat ini ketersediaan stok cabai di pedagang-pedagang yang ada di Pasar Imbayud Taka Tideng Pale sangat sedikit hal ini diakibatkan tingginya harga cabai.

Baca juga: Awal Tahun 2025 Harga Cabai di Tanjung Selor Bulungan Meroket, Tembus Rp 160 Ribu Per Kilogram 

Harga cabai rawit di Pasar Imbayud Taka turun, harga cabai besar naik ke Rp 110 ribu per kg
Ilustrasi - Harga cabai rawit di Pasar Imbayud Taka turun, harga cabai besar naik ke Rp 110 ribu per kg (TRIBUNKALTARA.COM/RISNAWATI)

"Ini lombok ni sudah harganya mahal kosong pula juga stoknya di sini, dari Malinau aja harganya Rp 160 ribu, terus dari Tarakan Rp 120 ribu jadi tidak berani orang ambil karena belum lagi hitung ongkosnya ke sini kan," ungkapnya.

Untuk cabai petik yang dijual dengan kondisi tidak sesegar cabai biasa pun turut terdampak, yang biasanya dibeli Rp 55 ribu kini menjadi Rp 90 ribu.

"Sedangkan lombok petik yang sudah kurang bagus biasa kami ambil Rp 55 ribu sekarang jadi Rp 90 ribu," ucapnya.

Ia menyebutkan harga cabai yang dijualnya sebenarnya termasuk rendah sehingga tak jarang justru membuatnya rugi lantaran adanya penyusutan timbangan dari cabai.

"Ini aja kami ambil untung paling Rp 20 ribu aja itu aja hitungannya rugi kami karena barang begini kan ada susut timbangannya belum lagi kalau ada yang busuk makin kurang lah beratnya," sebutnya.

Sehingga semenjak harga cabai melonjak naik ia hanya berani membeli stok cabai maksimal 1 kg dari yang biasanya 4 kg dalam sehari.

"Kami pun ambil sedikit aja paling setengah atau  sekilo aja kami ambil karena kalau ambil banyak takut tidak laku kan padahal biasa kami ambil 4 kg untuk sehari, yang penting ada pendampingnya ini jualan soalnya yang paling orang cari itu kan lombok memang," sambungnya.

Ia mengatakan penyebab tingginya harga cabai akibat hujan dan banjir yang belakangan terjadi di beberapa wilayah di Kalimantan Utara sehingga tak jarang petani alami gagal panen.

"Masalahnya memang banjir kan di beberapa daerah itu karena hujan terus juga jadi gagal panen petani," katanya.

Baca juga: Jelang Natal 2024 di Malinau Kaltara, Harga Cabai dan Tomat Naik Signifikan, Berikut Rinciannya

Bahkan petani-petani di Kabupaten Tana Tidung pun turut terdampak sehingga tak jarang petani memetik cabai yang belum siap panen.

"Petani-petani lokal juga biasanya ada aja mereka panen ini betul-betul kosong jadi biar yang masih muda pun mereka petik aja itupun masih kurang juga," tutupnya.

(*)

Penulis : Rismayanti 

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved