Meski begitu, perempuan yang tinggal di Kelurahan Sepaku ini juga mengaku, sempat kesulitan dengan bahasa Inggris.
Namun, alasan tersebut tak mematahkan semangatnya dalam mempelajari program coding.
"Kita kesulitannya di bahasa inggris. Tapi seiring berjalannya waktu, ada anak juga yang bisa bantu di rumah. Mungkin bisalah kita sedikit-sedikit mengatasi itu," jelasnya.
Senada dengannya, peserta coding Difabel, Suprapto mengatakan, bahasa dalam internet juga menjadi kendala untuk memahami pembelajaran dalam pelatihan tersebut.
"Kendalanya banyak. Karena belum mengerti tentang internet. Kayak skripnya yang dipakai zaman sekarang apalagi bahasa Inggris," ungkapnya.
Baca juga: Otorita IKN Buka One Stop Shop Investor di IKN Nusantara, Luhut Pimpin Satgas Percepatan Investasi
Namun, bagi Suprapto, ia lebih senang dengan pelatihan yang berkaitan dengan keterampilan.
"Program ini bagus, cuma kalau untuk saya sendiri yang diperlukan pelatihan secara fisik modelnya kayak pelatihan keterampilan.
Kalau inikan, pelatihan website yang untuk menjalankan saja. Sedangkan fisiknya kita gak punya," tuturnya.
Meski begitu, dengan keterbatasannya sebagai tunadaksa, ia tetap tertarik dengan dunia digital.(m12)
Baca artikel dan berita menarik Tribun Kaltara lainnya di Google News